Chereads / WULI, THE MISSING FLOWER / Chapter 6 - Yang Harusnya Datang, Datang! (3)

Chapter 6 - Yang Harusnya Datang, Datang! (3)

Di Bukit Tersembunyi

Kakek abu - abu menyaksikan beberapa pria di udara dengan pandangan kontemplatif.

"Bagaimana kalian bisa menemukanku?" pertanyaan ini sebenarnya tidak perlu kakek lontarkan karena sudah ada dihatinya. Bagaimana mungkin dia lupa tentang benda itu.

"Ha ha ha! Surawa, Surawa apa perlu aku memberitahumu. Jangan banyak bicara sebaiknya kau katakan dimana benda itu?" Suara serak pria berbaju hitam menembus sanubari, yang membuat kakek abu - abu berpikir dengan hati - hati.

"Aku tidak tahu apa maksudmu, dan meskipun aku tahu tidak akan pernah aku memberitahumu" sahut kakek Surawa, Surawa adalah nama asli kakek abu - abu.

"Tahun itu kau mendapatkan rahasia keberadaan benda itu, dan hanya kau yang tahu. Tidakkah kau anggap kami bodoh dengan mengatakan kau tidak tahu" senyum seram terlihat pada pria itu.

Kakek abu - abu sangat waspada dan berusaha menata hatinya agar tidak dibaca oleh orang - orang itu, tentu saja dia tahu apa yang dibicarakan orang itu. Namun dia tidak akan pernah memperlihatkan sedikitpun petunjuk.

" Omong kosong darimana yang kau dapatkan?" hina Kakek abu - abu.

" Omong kosong, katamu! hehe benarkah? " sarkasme pria itu. " Tidak ada asap tanpa api, apakah kau akan menyangkalnya?"

"Jangan banyak bicara dengan si tua itu, kita tidak bisa lama - lama" sahut pria satunya lagi, sepertinya tidak tertarik dengan obrolan ini. Pria ini terlihat tenang dengan wajah seakan tidak peduli dan tanpa ekspresi.

Kakek abu - abu memperhatikannya, orang ini tidak bisa ditebak, tapi Kakek abu - abu tetap menjaga kewaspadaannya.

" Bila kau tidak menyerahkannya, maka nyawamu sebagai gantinya" tanpa peringatan lagi pria bengis itu mulai serangan.

Gua

Dunia ini gelap, Wuli dalam kegelapan membuka matanya dan menyesuaikan dengan sekelilingnya, hanya gelap hitam dan sunyi, "Dimana ini?" gumamnya. Kemudian ada cahaya yang semakin jelas, Wuli menyipitkan matanya dan mengantisipasi cahaya itu. Perlahan ia a bergerak menuju cahaya itu. Pikirannya seakan kosong, hanya kaki itu sendiri seperti berjalan dengan sendirinya, cahaya itu semakin jelas dilihat dan menyilaukan. Wuli memejamkan matanya karena silaunya dan kemudian perlahan membuka matanya dan apa yang dilihatnya adalah keajaiban.

Itu adalah hutan musim semi, penuh bunga warna warni dan tanaman hijau ada juga daun merah juga kuning, tempat yang seharusnya tidak pernah dia lihat bahkan di Bukit Tersembunyi, hutan yang sering ia jelajah meskipun indah tak bisa dibandingkan dengan yang ada didepannya ini. Itu adalah tampilan hutan alami dengan bunga-bunga warna mengagumkan. Ada bunga besar warna merah, biru, hijau, kuning, putih pun lebih banyak lagi. Ada juga beberapa tanaman yang bisa dijadikan obat. tempat ini sungguh kaya.

"Tunggu.... dimana Wicagha, makhluk itu membuatku pingsan dan kemudian kabur, sungguh tidak bisa diandalkan" gerutu Wuli.

" Apa maksudmu pergi, aku adalah makhluk suci. Bagiamana aku melakukan hal tercela seperti itu?" sebuah suara bayi bergema ditelinga Wuli, seketika dia terkejut dan mencari asal suara itu.

Apa yang dia lihat adalah binatang berbulu putih bersih yang berdiri dengan bangga di atas batu bertulis seperti prasasti.

"Kau? kau bisa bisa bicara, Wicagha?" " Wow...hebat!!!" seru Wuli.

Makhluk kecil itu memasang tampilan bangga, tetapi kemudian menjadi suram karena tangan Wuli terus menerus mencubit wajahnya. Apa aku ini mainan, dasar manusia gadis kecil ceroboh, arghhh.....kenapa aku harus melakukan kontrak dengannya, gerutu Wicagha dalam hati dengan kesal. Baiklah kumaafkan kali ini, karena terasa nyaman juga dielus gini.

Melihat tampilan binatang berbulu yang terlihat bangga kemudian suram lalu bahagia sepertinya Wuli tahu apa yang ia pikirkan, dan semakin membelai bulunya yang putih dan lembut, sangat menyenangkan.

"Oh ya, ini dimana? Dan apa yang kau lakukan tadi, kenapa melukaiku, huh!!! Aku belum membuat perhitungan denganmu ya!" Wuli masih sangat gemas padanya, dan makhluk kecil itu tak bisa berkata-kata, tak berdaya.

Sebelum menjawab pertanyaan Wuli, Wicagha memiringkan kepalanya dan bergumam " bagaimana orang itu adalah kau, hah...."

Wuli bingung kenapa Wicagha bersikap begitu, "Kenapa kau menghela napas seperti itu? Apa kau melakukan hal buruk, ah aku tahu, kau punya penyakit menular kan, jadi kau menggigit jariku untuk menularkannya padaku, sehingga kau tidak kesepian disini, iya 'kan?" Wuli memberikan serentetan kata - kata yang sulit dimengerti Wicagha.