Tidak diketahui sudah berapa Wuli tak sadarkan diri, sejak di gua waktu itu setelah menyerupainya, Wuli tidak tahu apa - apa lagi , bahkan persepsinya yang biasanya waspada menjadi tidak berguna.' Apa yang terjadi padanya. 'Ini tidak benar!' batin Wuli sadar ada sesuatu yang salah.
Karena dia tidak merasakan apa pun pada raganya, dia secara reflek mengangkat tangannya, namun yang mengejutkannya Wuli tidak melihat apa - apa . Terkejut sudah pasti, apa yang terjadi dengannya, Wuli bingung dan mulai mengeluarkan suaranya sendiri, namun tak ada suara yang keluar. Wuli semakin bingung dan mulai panik, apa yang harus dilakukan? Kemudian cahaya biru muncul dari suatu tempat, karena yang Wuli lihat adalah cahaya biru pucat yang semakin terang semakin membesar di depannya dan terasa hangat dan nyaman menghiasinya. Ada bayangan yang muncul, itu seperti layar besar dan seperti air jernih ada bayangan atau gambar dan juga kata - kata yang lebih jauh, sekilas akan bingung dan bingung melihatnya. Gambar semakin bergerak dan berganti berapa saat berganti lagi dengan informasi lain. Pergantian gambar dan bayangan menjadi lebih cepat dan semakin cepat melintas dan semakin cepat lagi. Yang aneh Wuli seolah menerima begitu saja, seolah dia bisa memvisualisasikan dan melihatnya dengan jelas. Semua informasi tersebut sangat berharga dan tak terduga, namun proses ini cukup lama dirasakan Wuli. Setidaknya begitu menurut persepsi waktu Wuli.
Wuli seperti menjelajah waktu dan ruang yang berbeda, proses menyerap informasi ini tidak menyakitkan tapi tidak juga tanpa rasa sakit, setidaknya seluruh tubuh tidak nyaman, seperti membengkak, kepala terasa penat dan penuh. Berharap semua itu akan lepas darinya dan menjadi lega. Entah untuk waktu berapa lama menurut Wuli, dia dalam pesona perenungan informasi tersebut. Setelah kilatan cahaya terakhir melenyapkan seluruh dunia menjadi hitam, Wuli jatuh pingsan.
Wichaga yang melihatnya tidak panik, bahkan dengan ekspresi serius, tidak seperti hewan kecil yang lucu dan menggemaskan. Setelah beberapa saat ada senyum sedikit di sudut mulutnya matanya bersinar cerah. Wichaga terus menunggu di sebelah Wuli dengan patuh dan sesekali berputar di sekitarnya. Namun sewaktu-waktu kemudian sesuatu . mengalihkannya, dan menengok ke arah tertentu. 'Apakah itu?'. 'Sepertinya ini belum waktunya'.
Wicagha terlihat sangat khawatir saat tatapannya membelakangi Wuli yang masih menutup matanya. Tidak tahu apa yang dipikirkannya.
Beberapa jam kemudian Wuli terbangun, membuka matanya dan memancarkan sinar keemasan kemudian kembali normal, kedua matanya sangat jernih dan bersih penuh vitalitas. Ada aura samar yang berputar di sekitarnya, Wichaga mau tak mau terpesona dengan konyol. Setelah sembuh Wuli melihat Wichaga yang konyol langsung tertawa terbahak - bahak. "Hahahahhaha...hey kamu lucu sekali apa yang kamu lihat, hemm?" goda Wuli kali ini.
Sesaat sebelum Wuli terbangun dia merasa tidak nyaman tanpa alasan, seakan ada sesuatu yang buruk akan terjadi, dan kemudian Wuli mengingat kakek abu - abu. berharap ia akan segera menyingkirkannya kembali, dan apa yang memotivasinya, kesadarannya tetap ada, meski matanya tertutup namun ada sesuatu yang memaksa masuk ke kepalanya, dan Wuli harus menghadapinya. Akhirnya setelah bangun dan membuka matanya yang dia lihat adalah kekonyolan Wicagha yang cukup menggemaskan.
Deg..deg..deg..
Tiba - tiba ada yang sakit di hatinya, seolah ada yang menariknya keluar dengan paksa, untuk sesaat alisnya berkerut menahan nyeri. Wicagha melihatnya dengan bingung, ' apa yang terjadi, apakah transformasinya gagal?'. "Kakek!" gumam Wuli sesaat. Dia sedikit khawatir tentang kakek abu - abu.
"Apakah terjadi sesuatu pada kakek atau tidak, setidaknya kita akan segera keluar dari sini" Wicagha menegaskan.
"Bagaimana mengatakannya? Kau tahu jalan keluarnya?"
" Kau ambil itu" Wicagha menunjuk platform tinggi di gua tersebut, terdapat sebuah meja batu dengan dua lampu alas batu dan masih ada lilin yang belum padam.
Kemudian Wuli mengalihkan pandangannya ke tempat yang ditunjukkan jari Wicagha, disana dia juga melihat ada sesuatu yang ditempatkan disana.
Ada topeng aneh berwarna merah seperti darah, dengan pola bunga yang rumit dan Wuli tidak tahu bungan apa itu. dan juga selendang merah yang sama warnanya seperti topeng tersebut. Kaki Wuli lebih cepat dari otaknya, langsung melaju menuju kedua benda itu. ada dorongan kuat untuk menjangkau dan mengelusnya.
Dan Wuli langsung membuktikan dengan tindakannya, kedua tangan meraih kedua benda itu bersamaan, dan lingkungan langsung berubah.uli dan Wicagha sudah berada diluar gua. Wuli melihat bahwa dia masih memegang kedua pusaka itu ditangannya dan tanpa alasan yang jelas, itu melukai jarinya dan meneteskan darahnya kemudian diserap oleh topeng dan selendang merah.
Setelah mengenali tuannya, kedua pusaka tersebut menghilang. Untuk sesaat Wuli bingung apa yang terjadi namun segera dia menyadari bahwa kedua benda tersebut tidak hilang namun masuk ke dalam pikirannya.
"Bagaimana caranya mengeluarkannya"
"Kau sebut saja atau bayangkan topeng hantu dan selendang itu dan kau bisa mengendalikannya" kata Wicagha.
Wuli melakukan apa yang dikatakan Wicagha dan benar saja topeng itu berada ditanganya dan langsung terbang menuju wajah Wuli terpasang dengan baik. Serta selendang itu melilit pinggangnya.
Wicagha juga menjelaskan fungsi khusus kedua benda tersebut. Topeng hantu dapat dimanipulasi untuk membuat seribu wajah dan selendang merah bisa digunakan sebagai senjata bisa cambuk ataupun pedang sangat fleksibel. begitu Wuli mulai mengerti dan menguasai keduanya mereka bergegas kembali.
Namun apa yang dilihatnya setelah itu adalah pemandangan yang memilukan.