Syeh Maulana mengangkat Saidul yang terjerembab dikakinya. Dibantu dua orang santri Saidul yang masih gemetar dibaringkan di dipan teras. Syeh maulana meminta segelas air putih, membacakan doa lalu meminumkannya pada Saidul. Seketika gemetar di tubuh Saidul menghilang dan ia mulai bernafas dengan normal kembali.
Hari menjelang subuh, kegelapan malam perlahan-lahan tersibak dengan datang nya fajar subuh. Syeh Maulana memerintahkan Saidul untuk mandi dan berganti pakaian, karena tubuhnya sangat kotor berlari jungkir balik di jalan tanah berlumpur bekas hujan badai semalam. Selesai shalat subuh, Syeh Maulana memanggil Saidul untuk menceritakan kejadian semalam.
Dengan cepat Saidul menceritakan kejadian di Goa sumur kepada Syeh Maulana dan Tengku Razak yang duduk disisinya. Mulai dari keluarnya Andika dari bilik khalut lalu bagaimana Andika dan Jazulan tertelan masuk ke dalam sumur yang berkabut tersebut. Setelah mendengar cerita Saidul, Syah Maulana memutuskan ia dan Saidul akan pergi ke sumur tersegel itu. Ia menyuruh Tengku Razak mengurusi pesantren selama ia pergi. Lalu ia menyuruh Saidul bersiap-siap dan menunggunya dikemah Jazulan sampai ia datang.
Saidulpun pamit kembali pondok untuk bersiap-siap seperti perintah Syeh Maulana.---+++
Sementara itu. Tim expedisi Rudi dan Prof Sugara yang sebulan lalu melakukan penelitian selama satu minggu tentang adanya retakan baru di Goa Naga, kini sudah dua hari ini melanjutkan penelitian tahap dua di Goa Naga. Kali ini rombongan hanya terdiri dari lima orang saja. Ekspedisi kali ini langsung dipimpin oleh profesor Sugara sendiri, Rudi, Handoko, Ramli dan Malika. Malika yang ternyata anak pak Mursalin adalah seorang mahasiswi jago fisika dari fak. Sains. Pantesan Prof. Sugara menjadikannya asisten lab, sepulang dari ekspedisi pertama.
Rombongan kecil ini, saat ini sedang merangkak di lorong retakan yang mereka temukan. Retakan itu ternyata sangat panjang membentuk terowongan dan terhubung dengan beberapa goa kecil. Sepertinya ada banyak Goa kecil didalam gunung putri ini, mereka dihubungkan dengan celah-celah sempit, bahkan ada yang tidak bisa di lewati.
Rombongan bergerak lambat, karena lorong semakin menyempit. Rudi berada paling depan, lalu prof Sugara, Malika dan terakhir Handoko paling belakang. Sedang Ramli berjaga- jaga di base camp dengan handy talky nya. Rudi merangkak perlahan, Sudah dua hari mereka menyusuri celah sempit ini, tapi celah ini yang paling sempit.
" Sepertinya kita tidak bisa lanjut prof. Celah didepan sangat kecil dan sempit, cuma kucing yang bisa lewat. Apa kita kembali ke persimpangan sebelumnya Prof.? Jaraknya kira-kira satu setengah kilo," Kata Rudi sambil memeriksa catatannya.
Rudi dan rombongan berhenti dan memeriksa kompas catatan meternya. Mereka sudah berjalan sejauh 18,7 km, tapi masih belum ada tanda - tanda goa ini akan tembus dimana.
" kita istirahat disini dulu sebentar,
kata prof Sugara. Mereka memang sangat lelah merangkak terus hampir dua jam tanpa menemukan Goa berongga besar, Handoko memberikan air minumnya pada Malikah yang duduk memejamkan mata. Tapi dia tenang sekali. Fisiknya benar-benar prima. Untuk ukuran wanita, Malikah sangat hebat, ia memiliki daya tahan tubuh yang kuat.
Handoko merasa kagum juga pada gadis ini. Tapi Malikah orangnya pendiam. Dia lebih banyak bicara pada Rudi. Hal yang kadang membuat sedikit rasa cemburu dihatinya.
Mereka duduk dalam keremangan cahaya senter. Celah Goa itu sangat gelap. Namun tiba-tiba Rudi melihat ada cahaya redup dari jalan buntu didepannya. Karena Celah itu mengecil sejauh hampir satu meter, cahaya itu tadi tidak begitu kelihatan. Namun Rudi merasakan hembusan angin keluar dari lubang sempit tersebut dan suara-suara seperti manusia. Serentak ia dan Prof Sugara berpaling dan berusaha melihat ada apa dibalik celah sempit itu. Namun karena dinding yang memisahkan cukup tebal, mereka hanya bisa mendengar deru angin dan merasakan angin yang keluar dari celah semakin kencang.
Segera saja Rudi dan Handoko menggali celah kecil itu dengan peralatanan menggali yang memang sudah dipersiapkan. Sedikit demi sedikit batu cadas mulai terkikis.
Satu jam kemudian akhirnya lobang celah itu tembus juga. Dengan nafas tersengal-sengal dan hampir habis mereka satu persatu merangkak keluar dari celah sempit dan kini berada di dalam sebuah goa yang besar dan cukup indah dengan batu kristal yang tertancap dilangit-langit goa. Tampaknya batu itu berfungsi sebagai penerangan goa. Prof. Sugara berjalan perlahan memutari Goa.
"Goa ini seperti buatan manusia," bisiknya takjub. Ia mengambil beberapa foto. Mereka terkesima melihat keadaan goa itu. Tetapi suara-suara yang mereka dengar tadi telah hilang. Kini yang ada hanya keheningan saja didalam goa itu. -----+++
Dikemah Jazulan. Setelah menunggu lebih kurang satu jam, Saidul melihat Syeh Maulana datang dari arah pondok. Kapan sampainya ya? batinnya. Padahal sedari tadi ia memperhatikan terus jalan kearah pondok kecil, tidak ada seorangpun yang berjalan menaiki bukit. Sejak Kapan Syeh Maulana telah sampai di pondok? Saidul sama sekali tidak melihat.
"Sudah siap Dul?" tanya Syeh yang tiba-tiba sudah berada disamping Saidul.
"Eh..Su..sudah Aba." jawabnya tergeragap. Lho? udah nyampe sini? batinnya.
"Kalau begitu ayok kita pergi" Kata Syeh Maulana memegang tangan Saidul. Langsung saja Saidul mengambil tasnya dan hendak beranjak masuk kedalam sumur Jazulan, namun Syeh Maulana memegang tangannya, tiba-tiba ia merasa limbung dan matanya seperti kelilipan. Begitu sadar Saidul merasa sangat heran, ternyata mereka telah berada didalam Goa sumur. Dan yang lebih terkejut lagi adalah lima orang yang berada didalam Goa, ketika tiba-tiba ada dua sosok manusia muncul di tengah Goa.
Serentak mereka merapatkan diri ke dekat prof.Sugara. Begitu melihat Syeh Maulana, serentak Malikah dan Rudi berteriak," Aba!"
Syeh Maulana melihat rombongan kecil itu dan menaikkan alisnya.
"Lho...Rudi? kok kalian ada disini? masuk dari mana?
Rudi dan Malika segera menyalami gurunya itu diikuti oleh prof dan Handoko. Prof memperkenalkan dirinya pada Syeh Maulana, dan menceritakan bagaimana mereka bisa sampai di Goa itu. Juga suara-suara yang mereka dengan dari balik dinding goa.
Rudi dan Malikah yang ternyata mereka adalah murid Syeh Maulana, bertanya mengapa Syeh Maulana juga ada disana. Syeh Maulana menunjuk sumur yang berada ditengah-tengah goa. "Kami mau menyusul Andika. " sahutnya.
"Lho... Jadi itu ..." profesor Sugara berjalan mendekati bibir sumur. Tadi mereka tidak memperhatikan kalau itu adalah sebuah sumur, karena hanya terlihat seperti susunan batu biasa. Lalu semua orang bergerak mendekat dan menglilingi sumur. Sumur itu tampak biasa saja. airnya tampak jernih tapi tidak dapat diduga berapa dalamnya. Secara sigkat Saidul yang sudah kenal dengan Rudi menceritakan kejadian yang membuat Andika menghilang ke dalam sumur. Semua orang kecuali Syeh Maulana memandang Saidul dengan terncengang.
" Jadi maksud Syeh, Andika hilang?" tanya prof. Sugara dengan nada menyesal.Mereka semua terdiam. "Apakah ini berarti dia sudah meninggal? Apakah maksud dari cerita Saudul tadi hendak mengatakan bahwa sebenarnya Andika telah tiada?" tanyanya lagi.
Kalau tidak ada Aba yang membenarkan, Rudi pasti sudah menjitak Saidul karena menceritakan dongeng. Tapi mereka semua melihat Syeh Maulana diam saja, namun akhirnya ia menjawab juga,"Sebaiknya kita berdoa kepada Allah untuk keselamatan Andika. Saya tidak punya banyak waktu, saya harus pergi sekarang."
" Handoko dan prof. Sugara melongok kedalam sumur yang kelihatannya sangat biasa itu."
Lalu prof. Sugara bertanya," Jadi Syeh sendiri akan menyusul Andika dengan masuk kedalam ini? Sumurnya penuh air ini Syeh! Bisa tenggelam."
"Apa tidak mungkin Andika sudah tiada? tenggelam di sumur ini? tanya prof. Sugara lagi.
" Bagaimana jika kita kuras saja airnya? mungkin Andika sudah tenggelam dan jasadnya ada didasar sumur," timpal Handoko. Mendengar kata-kata Handoko, Saidul dan yang lain bergidik ngeri. Lalu Syeh Maulana berkata dengan tenang,
"Hidup dan mati ada di tangan Allah. Kita manusia hanyalah hamba yang selalu terbuka untuk memohon pertolongan Allah. Dengan izin Allah saya akan membawa Andika kembali. Ini bukan perjalanan biasa. Saya tidak menyarankan kalian untuk ikut. Cukup tunggu saja disini dan berdo'a.
"Kalau Aba mau menyusul Andika bolehkah saya ikut? Saya merasa ikut bertanggung jawab karena saya yang mengajaknya kemari." Tanya Rudi.
"Gila lu Rud. sumur ini dalam bro. Kita tidak tau berapa dalamnya dan apa isinya." Handoko memperingatkan Andika.
"Benar, sebaiknya kita selidiki dulu sumur ini." kata prof. Sugara. Ia tidak berani mengambil resiko kehilangan mahasiswanya lagi. "Mohon maaf, tolong semua mundur dan jangan berdiri dekat bibir sumur. Syah Maulana berdiri dibibir sumur diikuti Saidul.
Tolong dipikirkan lagi Aba. Ini sangat berbahaya, saya tidak bisa membiarkan ini terjadi didepan mata saya. "
Prof Sugara mencoba membujuk Syeh Maulana untuk mengurungkan niatnya. Ia memberi kode pada Handoko agar pada saatnya nanti membantunya menarik Sang Syeh ketika ia hendak masuk ke sumur.
Syeh Maulana berdiri dibibir sumur sambil mulai memilih biji tasbihnya ditangannya, ia memberi isyarat agar Saidul mendekat padanya. Lalu ia mulai membaca istighfar serta selawat kepada Nabi dan disambung bacaan ayat-ayat Alqur'an surat tertentu dengan khidmat. Diulang-ulangnya beberapa ayat sambil memilih biji tasbihnya satu persatu. Segera saja suasana goa berubah drastis. Angin mulai bertiup dan berputar. semakin lama semakin kencang. Putaran berpusat pada air sumur yang kini berubah menjadi kabut pekat berwarna biru muda mengeluarkan cahaya terang menyilaukan mata. Tubuh Syeh Maulana melayang keatas mulut Sumur lalu dalam sekejap mata ia seperti ditarik kedalam sumur dan menghilang. Prof. Sugara yang terpana tidak sempat berfikir untuk menyelamatkan Sang guru, ia tercengang dengan apa yang dilihatnya.
" ini diluar sains! it's unreal!" bisiknya masih terpana.
Melihat Syeh Maulana menghilang, Saidul segera melompat keatas bibir sumur diikuti Rudi. "Aku ikut Dul, jeritnya diantara deru pusaran, segera keduanya lenyap tertelan pusaran kabut. Lalu terdengar suara Malikah yang bening, " Tunggu, aku juga ikut." Malikah segera melompat tanpa ragu menyusul Rudi dan Saidul. Tapi tangannya sempat ditarik oleh Handoko.
"Sadar Mel, ini bunuh diri namanya." "Lepaaaas...aku tau siapa Syeh Maulana." Jerit Malikah. Tapi Handoko memegang semakin erat. Handoko mencoba menarik tangan Malikah dan meraih tubuhnya, namun tubuh Malikah sangat berat karena sedotan dari pusaran kabut. Prof. Sugara lalu ikut menarik tubuh Handoko yang kepayahan menahan Malikah. Arus pusaran dimulut sumur semakin kuat, teriakan Handoko tidak terdengar oleh deru angin pusaran. Lalu segera tubuh ketiganya tersedot masuk ke dalam sumur diiringi teriakan ngeri dari Handoko dan prof. Sugara. setelah itu suasana goa kembali sepi seperti tidak ada kejadian apapun. Semua jejak kaki tersapu hilang oleh gelombang angin yang dahsyat.