Chereads / Tersesat di bumi lapisan ketiga. / Chapter 15 - Bab. 15 Sang juru kunci.

Chapter 15 - Bab. 15 Sang juru kunci.

Andika mengerjap-ngerjapkan matanya. Menoleh ke kiri dan ke kanan. Dengan cepat ia duduk sambil memperhatikan sekelilingnya.

"Dimana dia? Di mana kakek saya?" tanya Andika masih melihat sekeliling. Pandangannya akhirnya berhenti pada Syekh Maulana yang sedang menatapnya dengan serius.

"Tadi nak Andika tiba-tiba pingsan. Saya menduga tadi nak Andika telah masuk ke alam ruhani dimana kamu bertemu dengan kakek buyutmu Syaikhuna Khalil Abid, apakah saya benar?" tanya Syekh Maulana pada Andika dengan lembut.

"Hhhfffhhh...." Andika menarik nafas dalam lalu mengangguk. Kepalanya tertunduk mengingat pertemuannya dengan sang kakek.

"Jadi tadi dia masuk ke alam ruhani?" batinnya.

"Apakah beliau mengatakan sesuatu padamu" tanya Syekh Maulana lagi diikuti tatapan penasaran dari yang lain.

Andika terdiam sejenak. Kepalanya masih terasa pusing. Lalu ia teringat telapak tangannya yang terbakar. Diangkatnya tangan yang terbakar ketika digenggam oleh kakeknya tadi. Baru dia sadar kalau telapak tangannya telah terbalut dengan kain. Disadarinya pula kalau kain itu bagian dari pakaian Malikah, yang merupakan mantel luarnya. Mantel itu, ada bekas sobekan dibagian bawahnya.

"Malikah tadi membalut telapak tangan kamu, karena tiba-tiba merah dan berasap, apakah sakit?. " terang profesor Sugara pada Andika.

Andika menggelengkan kepalanya. Di bolak baliknya telapak tangannya beberapa kali. Lalu ia menoleh kepada Jazulan dan Syekh Maulana.

"Saya tadi memang bertemu dengan Syaikhuna Abid. Dia adalah kakek saya. Katanya dia telah menunggu saya. Dia berpesan bahwa saya harus menyelesaikan tugasnya sebagai keturunan juru kunci gerbang Tsaqil. Ia memberikan saya kuncinya, tapi saya tidak menerima kunci apapun kecuali telapak tangan saya sangat panas ketika ia menjabat tadi. Lalu menjadi dingin setelah ia meniupnya". Andika mengangkat tangannya yang terbalut kain ke hadapan Syek Maulana.

Mendengar penjelasan dari Andika, Syeh Maulana meminta Jazulan untuk melepas balutan kain pada telapak tangan Andika. Lalu serentak Malikah dan Profesor Sugara mendesah dan menahan nafas mereka sejenak....aahh....semua terkejut ketika ternyata telapak tangan Andika berwarna keemasan dan ditelapak itu terukir beberapa coretan membentuk sebuah simbol. Dengan cepat Profesor Sugara menarik tangan Andika lalu ia memotret gambar dari simbol tersebut. Diamatinya simbol itu dengan seksama.

"Simbol ini adalah tulisan yang sangat kuno. Bahkan lebih kuno dari tulisan hieroglif mesir kuno. Aku akan mencoba menterjemahkannya," kata prof. Sugara sambil mengeluarkan buku catatannya.

Syekh Maulana lalu bertanya pada Andika.

" Apakah kamu sudah melihat pintu gerbangnya?"

Andika mengangguk mengiyakan.

"Tapi saya tidak tahu dimana letaknya. saya hanya melihat pintu itu berada ditepi sebuah jurang. Ukurannya sangat besar dan terbuat dari emas."

Syekh Maulana mengangguk-anggukkan kepalanya. Lalu ia menoleh pada Jazulan sambil berkata sebaiknya mereka kembali ke istana. Jazulan menyetujuinya. Ia segera bangkit berdiri dengan cepat.

"Aku rasa sebaiknya kita segera melapor pada raja Khulandar. Hanya dia yang tahu dimana letak gerbang itu." kata Jazulan. Sangat kelihatan jika Jazulan sedang bersemangat. Andika melihatnya dengan heran. Mereka segera bergerak kembali menuju istana putih mengikuti Syeh Maulana, rombongan itu keluar dari komplek makam Syaikhuna Abid kembali menyusuri jalan setapak taman istana.

Jazulan berjalan beriringan dengan Andika diikuti profesor dan Malikah.

Jazulan berjalan dengan sigap. Sangat kelihatan jika ia sangat bersemangat kali ini. Biasanya Jazulan yang paling menakutkan auranya. Namun tidak demikian dengan profesor

"Mengapa kita langsung kembali? saya belum selesai menterjemahkan simbol ini. Lagi pula kita belum melihat-lihat seluruh tempat di negeri ini, " kata profesor Sugara dengan wajah sedih. Namun sejurus kemudian ia menatap Jazulan dengan kening berkerut. Lalu ia berkata dengan agak linglung.

"Melapor? Khulandar? Oooh...begitu. padahal saya belum selesai. menterjemahkan. Ada beberapa yang tidak singkron" Profesor bicara sendiri sambil berpikir dan kadang mengeluh sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Mendengar keluhan profesor Sugara, Jazulan terkekeh sambil melirik kepada profesor lalu pada Malikah yang sedari tadi mencoba membantu prof. Sugara menerjemahkan simbol ditelapak Andika. Malikah menatap Jazulan dengan heran.

"Kenapa anda tertawa? Kami cuma berusaha membantu!" tanyanya heran sambil menatap Jazulan dengan kening berkerut.

Tidak biasanya Jazulan ramah. Biasanya Jazulan makhluk paling kaku sedunia. Akan tetapi Jazulan hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menatap keduanya dengan tatapan kasihan, lalu wajahnya kembali kaku dan ia berjalan lebih cepat menyusul Syekh Maulana yang sudah didepan dan meninggalkan Andika yang kini beriringan dengan profesor dan Malikah.

Malikah menghentakkan kakinya kesal, makhluk yang satu ini memang makhluk langka bin aneh batinnya.

Andika yang tadi berjalan bersama Jazulan, kini jadi beriringan dengan Malikah dan profesor. Diliriknya Malikah yang cemberut berjalan disisi profesor. Sejak kejadian sorban kemarin, jantungnya berdetak lebih kencang dan nafasnya agak tersendat setiap bertatapan wajah dengan Malikah. Ketika tiba-tiba Malikah menoleh padanya, ia gelagapan. Namun belum sempat ia berfikir Malikah lebih dulu berbisik padanya, "Kenapa Jazulan menertawakanku?" Apakah ada yang tidak ku ketahui?" Tingkahnya hari ini bikin kesal saja." Malikah menggerutu sambil melirik kesal pada Jazulan didepan.

Andika yang sudah bisa menguasai jantungnya kembali tidak menjawab dan hanya mengangkat bahu acuh tanpa melihat Malikah, ia takut jantungnya kacau lagi jika melihat wajah yang semakin cantik saja menurutnya itu.

Namun Malikah malah mensejajarkan langkah mereka.

"Hei! Aku tanya denger nggak sih?" tanyanya kesal sambil setengah mendelikkan matanya, Andika melirik sekilas. Ia tidak berani menatap mata indah itu lama-lama. Jantungnya mulai bergemuruh lagi.

"Eh...i..itu. Ku rasa Khulandar pasti mengerti tulisan ini. Ia dan Abid dari dulu sudah pernah hidup pada masa yang bersamaan. Maksudku Khulandar telah berumur ribuan tahun. Mereka pernah berada pada suatu masa yang sama, jadi dia pasti mengerti tulisan ini." Andika menjawab sambil mengangkat tangannya yang diperban oleh Malikah.

"Aaah iya....benar juga, kok aku nggak kepikiran sampai kesana ya...pantas aku diketawain Jazulan. Huh!" Malikah menepuk jidatnya gemas. Andika yang melihat Malikah bicara sendiri jadi tersenyum. Kadang-kadang ia merasa gadis ini sangat jauh, tetapi ia bisa tiba-tiba mendekat dan hangat. Tanpa sadar ia meraba dada kirinya, detak jantungnya memburu lagi.

"Ya Tuhan, kenapa berada dekat Malikah detak jantungnya selalu memburu. Apakah ia mulai menyukai gadis ini?" Andika menghembuskan nafasnya yang terasa sesak.

Melihat itu Malikah tersenyum masam pada Andika yang langsung membuang mukanya. Takut semakin kacau jantungnya melihat senyum Malikah. Sementara Malikah mengerutkan keningnya kesal melihat sikap Andika yang moody, sebentar baik sebentar cuek.

-----+++

Namun setibanya mereka diluar istana putih, mereka dihadang oleh sepasukan kaum Fighar, dari jenis ular dan naga bersayap. Mereka mengepung dan menghunuskan senjata kearah rombongan kecil itu. Jazulan maju kedepan membentengi tamunya sementara Malikah tanpa sadar berlindung di balik Andika. Sementara yang lain berdiri dengan sikap waspada. Jazulan menunjuk kepada seekor naga hijau yang kayaknya pemimpin kelompok.

"Bikhasa! Apa maksudmu menghadang kami? Apa kau tidak tahu hukumannya mengganggu tamu Khulandar?" bentak Jazulan dengan marah.

Bikhasa sang naga hijau menggeliat pelan sambil terbang berputar menatap para tamu itu satu-persatu.

"Hhhhrmmm," geramnya.

"Yang mana anak itu.? Yang mana keturunan Abid ?" bentaknya sambil terus meneliti satu-persatu orang-orang dirombongan Jazulan. Mereka tidak bisa berkutik dibawah todongan senjata.

Bikhasa adalah ketua klan Naga yang merupakan kelompok pembangkang tersembunyi yang menjadi musuh pemerintahan Khulandar. Ia dan kelompoknya terobsesi dan sangat menginginkan masuk ke Bumi dan alam manusia dengan cara membuka gerbang Moldar yaitu gerbang yang menuju bumi manusia.

Namun Khulandar tidak pernah mengizinkan siapapun untuk masuk kedunia pertama yaitu bumi. Maka begitu Bikhasa tahu ada keturunan Abid yang datang, ia langsung memburu mereka. Seperti yang diketahui hanya keturunan Abidlah yang bisa membuka gerbang - gerbang antar lapisan bumi yang ada di Agartha.

Begitu mendengar dari informannya bahwa di istana Khulandar telah datang seorang keturunan Abid dari bumi pertama, maka ia tidak menunggu lebih lama lagi. Segera ia mengerahkan sekelompok pasukan terbaiknya untuk menculik keturunan itu.

Bikhasa memperhatikan satu persatu orang-orang yang berada dibawah todongan senjatanya, sejenak ia berhenti menatap Malikah, dimiringkannya kepalanya kekiri sambil bergumam,

"perempuan? mengapa kalian membawa perempuan?" tanyanya heran.

Ternyata di Agartha sangat jarang jenis betina terlihat berada diluar rumah mereka. Hanya pada waktu tertentu saja mereka dibolehkan keluar.

Segera saja Bikhasa memerintah prajuritnya untuk menangkap semua orang dirombongan itu. "Ranggola ! Tangkap mereka semua segera, dan bawa ke Istana naga."

Ranggola segera menyerbu rombongan kecil itu. Namun tiba-tiba Andika maju sambil membacakan ayat-ayat suci sambil menghentakkan kakinya ketanah. Selanjutnya pasukan Ranggola seperti terkunci tidak bisa bergerak. Mereka celingak-celinguk kebingungan sambil berteriak, "kemana mereka?".

Ternyata Andika telah membuat mereka menghilang dari penglihatan rombongan Bikhasa. Ia sendiri heran, sejak bertemu dengan kakeknya tadi ia merasa beberapa perubahan ditubuh dan pikirannya. Perubahan itu terus meningkat. Ia jadi faham, seluk beluk Agartha. Faham ilmu laduni, faham ilmu beladiri, dan banyak lagi pemahaman tentang alam ketiga ini.

Ia tiba-tiba hafal ayat suci, terutama ayat-ayat pelindung diri. Ia langsung faham apa yang harus dilakukan ketika Ranggola menyerbu.

Jazulan yang tadinya berada diantara rombongan melakukan perlawanan ketika Bikhasa dan pasukannya bergerak untuk menangkap mereka.

Namun berkat Andika, mereka bisa menyelinap dan pergi dari tempat itu tanpa kesulitan dengan segera, mereka berjalan disela-sela pasukan yang kebingungan mencari mereka.

-----*****

Jazulan memimpin rombongan itu membawa mereka kembali dengan mengendarai mobil terbang. Tapi segera mereka dikejar oleh pasukan Bikhasa yang lain. Maka kejar-kejaranpun tak terelakkan lagi. Andika dan kelompoknya terdesak hingga pegunungan batu emas hitam. mereka bersembunyi dicelah tebing menghindari pasukan Bikhasa yang berputar mencari keberadaan mereka. Untunglah Andika bisa membuat mereka menghilang lagi, sehingga pasukan Bikhasa dan Ranggola akhirnya pergi.

---+++