#Catatan Pengarang ;
Terimakasih atas partisipasi pembaca, sangat ditunggu kritik dan saran serta dukungan atas penulisan perdana saya ini. Semoga menjadi sedikit hiburan bagi para pembaca. 😁 # ----------------- ------- ------------- ----------++++
ISTANA KHULANDAR.
Binawali berjalan keluar dengan langkah cepat dari istana Khulandar. Hatinya sedikit lega, karena Annania telah mengembalikan Rudi semalam, Khulandar tidak memberikan hukuman padanya. Namun ia mendapat peringatan keras dari Khulandar agar tidak memancing perpecahan di Agartha. Namun tetap saja rasa penasarannya pada sosok pemegang kunci gerbang Tsaqil belum terlunasi. Ia belum bertemu dengan manusia tersebut. Dan ia masih sangat penasaran. Ia harus melihat keturunan Syaikuna Abid yang mampu membuka gerbang kembali ke bumi Tsaqil, bagaimanapun caranya.
Keesokan harinya pagi-pagi sekali sehabis subuh, Khulandar segera memanggil Saqqara untuk mengumpulkan semua tamunya dan para jendral pasukannya. Semakin cepat akan semakin besar peluang membebaskan Andika dan yang lain.
Ia telah menemukan lokasi Andika dan teman-temannya yang ditahan oleh Moullagar. Membutuhkan waktu dua jam lebih untuk tiba disana.
Dengan menculik Andika, Khulandar sangat menyadari apa yang menjadi keinginan Moullagar, oleh sebab itu mereka harus segera membebaskan Andika untuk menggagalkan rencana Moullagar menguasai Tsaqil. Moullagar adalah anak pertama raja Tsaqil, tapi dari seorang selir. Sedanfkan Khulandar, meskipun anak ke dua sang raja, ia adalah anak dari Ratu Tsaqil. Sehingga di pundak Khulandarlah gelar putra mahkota Tsaqil di sematkan. Hal inilah yang menjadi awal pertikaian Khulandar dan Moullagar.
Kembali ke pasukan Khulandar yang telah siap sedia untuk bertempur. Setelah semua pasukan siap untuk bergerak, tiba-tiba dari balik awan muncul sebaris Cahaya putih berkilau turun dan mendarat disisi Khulandar, Syeh Maulana dan yang lain menutup kedua mata mereka karena silau, mereka baru bisa melihat kembali setelah cahaya itu hilang dan menampakkan wujud seekor singa putih bersayap putih dengan surainya yang keemasan, ia berdiri dengan megahnya disisi Khulandar, segera saja seruan tahmid keluar dari mulut Syeh Maulana dan yang lain," Masya Allah, sungguh indah ciptaan Allah " bisik Syeh Maulana takjub diikuti anggukan oleh yang lain.
Syeh Maulana ingat Khulandar pernah mengatakan tentang makhluk satu ini sebagai jenis yang paling dihormati dari seluruh jenis makhluk di bumi Tsaqil. Mereka sangat jarang terlibat dengan urusan antar bangsa dan kelompok. Mereka hampir seperti makhluk dongeng yang memiliki kekuatan paling dahsyat dan merupakan jenis yang diagungkan karena kewibawaannya yang sangat besar. Sifat mereka hanya menjaga dan melindungi
Khulandar mengangguk kepada singa yang baru tiba dan memberi salam hormat.
"Mahgoum yang agung, terimakasih atas dukunganmu"
Mahgoum Singa yang disapa dengan hormat oleh Khulandar menganggukkan kepalanya dengan anggun.
Baru kali ini mereka melihat singa yang sangat gagah dan indah bagaikan hewan dalam dongeng. Bersamanya ikut dua ekor singa lagi dengan ukuran lebih kecil. Mereka datang bergabung atas panggilan Khulandar, hal ini menunjukkan betapa Khulandar mempunyai dukungan yang sangat kuat dan besar, karena jenis Singa agung bersedia turun membantu Khulandar. Selanjutnya berturut-turut disusul pula kemudian dengan kedatangan Binawali sang raja laut berikut petingginya serta Annania serta Nakhtour raja bangsa Thurban. Mereka ikut bergabung dan pasukan itu akhirnya berangkat dengan Khulandar sebagai pemimpin rombongan penyerbuan ini.
Rombongan berangkat saat fajar subuh menyeruak timbul dari kegelapan malam. Mereka bergerak menuju Lokasi Jurang Ballista tempat Andika ditahan oleh Moullagar. Khulandar maklum dan mengetahui dengan pasti kalau tempat itu adalah lokasi tempat keberadaan gerbang Tsaqil yang menjadi pintu masuk ke bumi Tsaqil. Bumi lapisan ketiga yang menjadi kampung halaman seluruh penghuni Agartha.
GERBANG TSAQIL.
Andika beserta kedua sahabatnya telah berdiri di pilar gapura tempat kemunculan Moullagar. Moullagar datang diiringi para jendral dan para petinggi nya.
Setibanya Molullagar di tebing jurang Ballista, segera saja ia menghampiri dan mendekati Andika.
" Sebaiknya kau mulai sekarang membuka gerbang sesuai kesepakatan kita. Aku tidak mau menunggu lebih lama lagi. Cepatlah !" katanya dengan gusar. Ia merasa gelisah karena laporan pengawalnya kalau dari semalam di istana Khulandar telah terjadi kesibukan dan aktifitas mendadak. Sekumpulan pasukan sedang dipersiapkan. Ia tidak ingin bertempur dengan Khulandar di Agartha. Kekuatannya masih lemah. Ia harus mencapai Tsaqil untuk menyiapkan pasukan yang besar.
Andika tidak menjawab. Harapannya atas datangnya pertolongan Jazulan sudah hampir sirna. Mungkin saja Jazulan tertangkap dan saat ini sedang di kurung.
Akhirnya ia menyerah dan mengikuti perintah Moullagar, karena setelah melihat Malikah berada di bawah ancaman cakar Goulfa, ia tidak bisa menolak keinginan Moullagar.
Andika lalu berjalan dan berdiri dibibir tebing, tubuhnya berada diantara dua pilar menghadap ke jurang luas dan dalam dihadapannya. Lalu ia mulai membacakan serentetan bacaan pujian dan doa. Tangan kanannya diarahkan ke depan kearah jurang yang dalam. Selang beberapa menit kemudian telapak tangannya yang terulur mulai berubah menjadi berwarna keemasan. Lalu perlahan terdengar suara gemuruh yang semakin lama semakin kuat memekakkan telinga yang datang dari dasar jurang. Di lanjutkan dengan suara angin yang muncul dan mulai berputar diatas jurang. Seketika itu gumpalan debu muncul dari dasar jurang. Perlahan-lahan dari dasar jurang muncullah sebuah pintu gerbang yang semakin lama naik semakin besar. Pintu itu terus naik dalam kepulan debu dan putaran angin menerbangkan daun-daun diseputaran tebing dan jurang.
Sumua mata memandang takjub melihat kemunculan gerbang emas yang sangat besar dan ajaib itu. Pintu itu sangat besar, terbuat dari tempaan besi meteor dan dilapisi emas murni. Lebarnya mencapai ratusan meter dan tingginya sama seperti tinggi Empire State Building di Amerika Serikat.
Moullagar tersenyum puas dan matanya bersinar buas melihat pintu yang dinantinya seumur hidupnya. "Gerbang Tsaqil!" bisiknya takjub.
Andika yang berada dalam kekuatan inti ruhnya terus mengarahkan tangannya hingga sekitar setengah jam kemudian gerbang Tsaqil akhirnya berdiri tegak sempurna tepat disisi tebing jurang Ballista. Tampak Andika sedikit tersengal kelelahan ketika menurunkan tangannya dan menatap takjub pada gerbang yang membentang dihadapannya. Ternyata jurang yang sangat luas itu adalah tempat disimpannya gerbang Tsaqil. Andika segera mengenali gerbang yang dilihatnya ketika dibawa sang kakek. Ia berjalan mendekati gerbang dan dengan tajam memperhatikan detail ukiran-ukiran besar yang terpatri pada gerbang emas tersebut.
Moullagar beserta pasukannya sampai berlutut karena terkejut sekaligus merasa tertekan dengan kemegahan gerbang Tsaqil yang seakan mempunyai aura kukuatan yang luar biasa bagi siapapun yang memandangnya.
Setelah gerbang berdiri sempurna, Andika berjalan mendekat dan memperhatikan gerbang dengan seksama, Andika berbalik menghadap Moullagar dan berjalan mendekatinya.Dengan tatapan tajam dan ketagasan tak terbantahkan ia berkata pada Moullagar sambil menunjuk pintu gerbang, "Sebelum aku membuka gerbang itu, lepaskan dulu ikatan selaput laba-laba mereka berdua. Karena aku tidak tahu apa yang bakal kami temui nanti di balik pintu gerbang. Aku harus memastikan keselamatan mereka sesuai kesepakatan kita. Jika tidak aku lebih senang melemparkan diriku ke dalam jurang bersama mereka."
Moullagar terdiam sejenak dan menatap Andika dengan tajam. Ia seperti sedang membaca pikiran Andika dan mencari tipu daya disana.
Lalu tanpa bersuara ia memberi isyarat pada Goulfa untuk membuka ikatan Malikah dan profesor. Walaupun masih dibawah ancaman cakar Goulfa, Andika merasa sedikit lega melihat kedua teman perjalanannya tersebut dalam keadaan baik dan tidak lagi terikat. Tampak profesor Sugarak terduduk lemas sambil menyeka sisa-sisa benang selaput laba-laba yang masih ada melekat ditubuhnya. Diambilnya termos air dari gantungan dipinggangnya dan memberikannya kepada Malikah. Mereka sangat kehausan dan kelaparan setelah semalaman dibungkus dalam selaput benang laba-laba.
"Cepatlah. Buka gerbangnya sekarang." Moullagar berseru dengan tidak sabar, diikuti teriakan dari para pasukannya.
Andika membalikkan kembali badannya setelah menatap Malikah sejenak dengan pandangan yang dalam. "Aku pasti akan melindungimu!" batinnya. Seakan mengerti Malikah balas menatap Andika dengan pandangan yang sama.
Andika berjalan mendekati pintu gerbang dan mulai berkonsentrasi. Perlahan-lahan tubuhnya terangkat hingga berada tepat dipertengahan gerbang Tsaqil. Lalu ia mengarahkan tangan kanannya yang kemudian bersinar memancarkan simbol-simbol yang tercetak ditelapak tangannya.Pancaran sinar simbol-simbol itu segera menyatu dengan simbol yang sama terukir ditengah-tengah pintu Gerbang. Lalu dengan suara bergemuruh yang sangat besar perlahan-lahan dari tengah pintu terbuka sebuah lubang pusaran yang semakin lama semakin besar. Andika mulai turun seiring membesarnya lubang pusaran yang menjadi penghubung ke dunia Tsaqil.
Moullagar berteriak kegirangan diikuti pasukannya dan bersiap- siap untuk kembali ke dunia asal mereka. Ketika gerbang telah terbuka hampir setengahnya, Moullagar segera memberi komando para pasukannya untuk segera masuk. Maka mulailah para pasukannya berjalan memasuki gerbang Tsaqil, para Seromon atau para manusia burung memasuki gerbang dengan pekikan dan kepakan sayap mereka. Mereka masuk dengan membawa serta peralatan perang dan kendaraan terbang mereka.
Tepat disaat itu, rombongan pasukan Khulandar tiba dan dengan sekali lompatan ia mendarat di hadapan Moullagar yang berdiri tidak jauh dari pintu gerbang.
"Moullagar! Hentikan pasukanmu." Bentak Khulandar membahana. Mendengar bentakan Khulandar dan kedatangan pasukannya, semua yang hadir membeku dan terdiam ditempat. Wibawa Khulandar membuat semua yang hadir menjadi gentar.
---++++