Sementara itu memasuki Senja, Handoko dan rombongannya tiba ditepi sebuah pantai dengan pasir kaca keemasan, seharian mereka berkeliling wilayah Agartha, namun baru sebagian kecil saja. Agartha sangat indah. Setiap bangunan memiliki bentuk yang unik. Banyak taman-taman kota dengan tema berbeda dan tidak biasa. Ada kebun buah yang rimbun dan taman bunga dengan bunga -bunga beraneka watna, dari yang dapat bersinar atau menyemburkan serbuk emas yang berkilauan, bahkan ada juga tumbuhan yang unik dan sedikit mengerikan seperti bunga Kraunin. Bunga ini bila mekar, akan muncul kepala naga dan menyemburkan api bila ada binatang atau musuh yang mendekat.
Mereka berkeling Agartha hingga kelelahan dan menjelang senja, akhirnya Saqqara membawa mereka ke pantai dengan lautnya yang bening sebening kaca, sambil menunggu maghrib mereka melihat perahu-perahu nelayan memancing yang sangat bagus bentuknya. Tiap -tiap perahu memiliki pondok kecil dan digantungi lampu- lampu hias disekelilingnya. Tadinya pantai ini sepi ketika mereka baru tiba. Tapi menjelang senja suanana pantai dan lautan mulai ramai. Saqqara memimpin sholat maghrib semua penghuni pantai. Rudi dan kedua sahabatnya sangat heran melihat betapa patuhnya mereka dengan shalat yang baru sehari diumumkan dan langsung dipatuhi oleh bangsa ini tanpa bertanya. Dan anehnya mereka langsung faham sekali saja diajarkan tentang dasar - dasar agama seperti shalat. Sedangkan yang lainnya mereka dapatkan dari memahami Al Quran suci yang mengandung ilmu dan petunjuk sepanjang masa.
Memasuki malam, Saqqara memerintahkan salah satu pengawalnya untuk mengambil sebuah perahu yang cukup besar untuk mereka naiki. Didalam perahu kayu ini keadaannyapun tidak sama seperti perahu nelayan biasanya di bumi yang dipenuhi oleh bau ikan dan kotor, tapi sangat bersih dan dan nyaman. Tempat penampungan ikan tangkapan berada di atas air mengapung disisi perahu dengan bentuk kotak persegi. Didalam pondok kabinnya terdapat meja rendah dan lantai perahu sangat licin dan bersih, dialasi sehelai permadani tebal. "Memang lebih mirip perahu wisata", gumam Handoko.
Namun pada kenyataannya ini adalah perahu nelayan. Mereka menaiki perahu dan berlayar menuju lautan yang luas. Pemandangan laut semakin indah ketika malam.
"Masya Allah...Apa saya mimpi? Tolong katakan, ini bukan mimpi do?" (kebiasaan orang Tapak Tuan jika berbicara menambahkan do diakhir ucapan mereka).Saidul memandang sekelilingnya dengan mulut setengah ternganga.. Rudi memperhatikan air laut disekeliling perahu yang terang karena lampu hias, ikan-ikan beraneka bentuk dan warna berenang dalam air laut yang sebening kaca. Mereka sangat takjub melihat pemandangan yang luar biasa ini. Nelayan pemilik perahu mengambil ikan yang berenang diseputar perahu dengan sejenis tangguk yang bisa diarahkan kekiri atau kekanan atau berputar. Segera saja beberapa ekor sebesar lengan masuk kedalam jaring tangguk. Siap untuk menjadi santapan mereka yang mulai kelaparan. Melihat cara menangkap ikan yang menarik itu, Saidul dan Handoko tidak mau ketinggalan memancing. Mereka seperti anak kecil yang mendapat mainan baru, mereka berdua berebutan menangguk ikan dengan gembira seperti liburan di Ancol saja. Tapi ini jauh lebih menyenangkan.
Teriakan Saidul dan Handoko, memenuhi perahu mereka. Beberapa pengawal menyajikan ikan bakar untuk santapan mereka. Sehabis santap malam Saidul dan Handoko sibuk memancing ikan lagi. Kali ini mereka mencari ikan yang benar- benar besar dan unik.
Rudi duduk bersama Saqqara dianjungan belakang perahu.
"Sepertinya kita sebaiknya kembali ke Istana Khulandar. Apakah anda bisa memiliki alat untuk menghubiungi mereka?Saya khawatir mereka akan mencari kita." kata Rudi.
"Jika itu yang anda inginkan saya menurut saja. Tadi siang Jazulan menghubungi saya ketika mereka telah tiba dimakam Abid. Namun setelah itu, saya tidak bisa menghubunginya lagi. Kami berkomunikasi dengan telepati. Tapi sejak sore tadi saya belum bisa menghubungi Jazulan, saya tidak bisa menemukan getaran suara Jazulan. Namun saya juga tidak melacak adanya tanda bahaya dari Jazulan." jawab Saqqara.
"Apa maksudmu tidak bisa menghubungi Jazulan. Apa mereka dalam bahaya?" Rudi bertanya dengan khawatir.
"Saya tidak melacak sinyal darurat, kalau mereka dalam bahaya, Jazulan pasti mengirimkan sinyal getaran bahaya pada saya. Saya hanya tidak bisa melacak keberadaan lokasi mereka. Jangan khawatir, Jazulan bukan makhluk biasa, ia memiliki kekuatan seribu pasukan, dia adik Khulandar. Tapi saya rasa mungkin memang sebaiknya kita kembali." Saqqara menyahut sambil bangkit berdiri diikuti dengan anggukan oleh Rudi. Sekali lagi Rudi berdiri di anjungan dan menatap air laut malam disisi perahu yang di terangi lampu hias perahu.
"Apakah telah terjadi sesuatu pada mereka?" bisiknya.
Tiba-tiba dilihatnya seberkas sinar terang kehijauan muncul dari kedalaman air. Perlahan -lahan sebentuk makhluk bersinar hijau muncul dari dalam air berenang perlahan di air sambil memperhatikan Rudi.
"Seekor duyung?" bisik Rudi. Ia mendekat kesisi perahu untuk melihat lebih jelas. Duyung itu sangat cantik, tubuh atas manusianya tertutup sisik hijau berkilauan, ditempeli hiasan mutiara yang bejuntai dikedua bahunya. Rambut hitamnya sangat panjang sampai ke ekornya yang keemasan berkibar mengikuti riak gelombang. Matanya bening dengan pupil kebiruan, dan wajahnya adalah kecantikan dalam dongeng.
Rudi mengucek kedua matanya, ia berjongkok disisi perahu agar lebih dekat. Makhluk itu melihatnya seakan sedang mempelajarinya. Mereka saling tatap dan menilai. Ia ingin mencoba berkomunikasi dengan makhluk ini, tapi tidak tau bagaimana memulainya. Dimiringkannya kepalanya sambil berfikir cara apa yang tepat untuk berkomunikasi.
"Apa kau bisa bicara?" Rudi bertanya sambil memiringkan kepalanya. Tak disangka duyung itu juga ikut memiringkan kepalanya sambil mengeluarkan suara mirip Rudi," Apa kau bisa bicara? sahutnya juga meniru kata-kata Rudi.
Rudi terpana sejenak lalu iapun tersenyum. Diulurkannya tangan mencoba mengajak bersalaman. Ketika duyung itu juga ikut mengulurkan tangannya, tiba-tiba sebuah tangan lain menyambar tangan Rudi dan menariknya ke dalam air. Tanpa sadar Rudi berteriak memanggil Saqqara. Segera saja tubuhnya tercebur dan ia ditarik dengan kekuatan yang besar kedalam air menuju laut dalam.
Mendengar teriakan Rudi, Saqqara dan yang lain segera berlari menyusul. Namun mereka hanya sempat melihat Rudi terjun ke air diikuti beberapa duyung yang ikut berlompatan sehinga membuat air laut bergolak disebabkan jatuhnya Rudi. Handoko segera melepaskan bajunya hendak terjun ke air menyelamatkan Rudi. Tapi Saqqara menahannya.
"Di bawah air, kita tidak bisa gegabah. Bangsa Fighar air mungkin penasaran dengan kedatangan kalian. Jangan khawatir, teman kalian pasti selamat. Tidak ada yang berani gegabah pada tamu Khulandar. Dia dibawa untuk ditanyai oleh raja laut. Kita akan menyusulnya besok. Sebaiknya kita kembali saja ke istana sekarang." Kata Saqqara, membuat Handoko dan Saidul saling berpandangan dan mengangguk menyetujui saran Saqqara.
Mereka segera memutar haluan kapal kembali ke istana.
----++++
Rudi berusaha sekuat tenaga melepaskan kedua tangannya yang ditarik kuat oleh dua ekor duyung jantan. Sekuat tenaga ditahannya nafasnya agar tidak habis sambil terus berusaha menendang kedua duyung pengawal itu. Tapi sayang sekali mereka sangat kuat. Gerakannya melemah dan ia mulai kehabisan nafas. Rudi sudah setengah sadar ketika gadis duyung tadi meniup wajahnya dan membuat ia tak sadarkan diri. Dalam kegelapan lautan, Rudi terus ditarik menuju laut dalam yang dingin. Ia ditarik dalam sebuah gelembung udara buatan.
----+++
Sementara itu digunung emas hitam, dicelah tebing Andika dan kelompoknya bersembunyi, mulai menyusun langkah penyelamatan. Para ular terbang itu semakin banyak saja berputar memeriksa tiap celah gunung mencari Andika dan rombongannya. Andika sudah memasang tabir penghalang ayat kursi, sehingga mereka menghilang dari pandangan musuh. Namun Andika bukan makhluk super atau malaikat, ia hanya manusia yang punya keterbatasan. Apalagi ia termasuk pendatang baru dalam pondok. Ilmu yang dimilikinya masih sedikit, walaupun Abid kakeknya telah mentransfer ilmunya kepada Andika, tetap ia harus berlatih dan belajar lagi dengan Syeh Maulana.
"Kita harus berpencar untuk mengalihkan perhatian mereka," kata Jazulan.
"Saya dan Syeh Maulana akan memancing mereka agar mereka mengejar kami. Dua orang pengawal harus berganti pakaian dengan Andika dan profesor untuk mengelabui para ular terbang itu. Kami akan berlari menjauhi arah kalian lari nantinya." Jazulan menjelaskan singkat dan dijawab dengan anggukan oleh Syeh Maulana.
Tapi Malikah merasa khawatir berpisah dari Syeh Maulana. Bagaimana nanti jika mereka tertangkap? Jazulan menggelengkan kepalanya.
"Aku bukan orang yang golongan jin yang mudah tertangkap. Jika tertangkappun mereka tidak akan berani menyakiti adik Khulandar dan Syeh Maulana." jawabnya sedikit angkuh.
"Jin? Maksudmu kau adalah Jin? Bukan manusia? " sahut profesor Sugara kaget diikuti pandangan terkejut dari Malikah dan Andika.
Semua yang berada di Agartha adalah bangsa Jin kecuali kalian." Jawab Jazulan tenang. Profesor dan Malikah terduduk lemas.
"Pantas saja kau aneh dari semula, aku pikir kamu memang ada kelainan psikologis," sahut profesor sambil mengerutkan keningnya.
"Apa!?" Jazulan mendelikkan matanya menyeramkan dengan wajahnya yang hitam.
"Eeh..sudah -sudah, masalah ini kita balas lagi nanti. sekarang yang penting kita bisa segera keluar dari gunung ini dan kembali ke istana Khulandar." Malikah cepat menguasai keterkejutannya. Ia telah menebak -nebak sebelumnya para penghuni Agartha berbeda dengan manusia. Semula ia berpikir mereka adalah alien, tapi ia tidak berani bertanya. Ia merasa sangat segan dan takut pada Jazulan. Lalu Jazulan melanjutka lagi," Ketika kami berlari kearah bukit hitam disana, kalian harus mengambil arah berlawanan dengan kami. Kibra akan memandu kalian menuju istana melalui jalan pintas. Dia yang mengemudikan jakhwar kaluan Kesempatan itu harus kalian gunakan secepat mungkin kembali ke istana Khulandar. " Jazulan menjelaskan lagi dan memberi beberapa instruksi pada Kibra salah satu dari pengawal mereka tadi.
Setelah semua faham bagaimana harus bertindak, mereka mulai berpencar menjadi dua kelompok. Jazulan dan Syeh Maulana menaiki jakhwarnya dan melesat menuju bukit hitam. Serentak melihat jakhwar yang sedari tadi mereka cari-cari mendadak muncul dari tebing, para ular terbang dan seranom yang berputar-putar segera mengejar dengan berteriak marah. Andika dan yang lain melihat Jazulan dikejar oleh segerombolan ular yang sangat ramai, seperti seekor burung dikejar sekelompok lebah.
Melihat musuh sudah teralihkan, mereka segera melesat meninggalkan celah tebing dengan arah berlawanan. Andika duduk dusamping Kibra yang membawa kendaraan dengan tenang tapi serius. Mereka melesat didalam bayangan tebing yang tinggi.
Setelah berkendara lebih kurang satu jam lamanya, Kibra mendaratkan jakwarnya disebuah tebing dengan hutan bambu berdaun tebal. Tanpa berkata sepatah katapun Kibra dan pengawalnya segera menodongkan senjatanya pada Andika dan kedua temannya.
"Silahkan keluar." perintahnya singkat.
Andika dan kedua temannya keluar dengan tatapan waspada bercampur heran. Baru saja beberapa saat yang lalu Andika merasa ada keanehan pada Kibra yang diam saja mengemudi. Mereka telah berkendara hampir satu jam, tetapi belum ada tanda-tanda mereka memasuki kota lingkungan istana. Sebaliknya mereka justru pindah kegunung bambu dan terbang dalam bayang-bayang pohon.
Jadi ternyata mereka telah jatuh lagi kedalam perangkap musuh.
Ternyata Kibra sangat cerdik, ia menarik Malikah dan menjepat tengkuknya sambil mengancam," jangan coba-coba pakai ilmu menghilangmu, atau akan kuremukkan lehernya."
Kibra mermas edikit tengkuk Malikah dengan jemarinya yang besar. Malikah mengaduh menahan sakit di tengkuknya, kepalanya seketika sakit dan pandangannya berputar.
"Hei...apa yang kau lakukan? dasar pengkhianat." profesor Sugara berteriak marah. Tangannya terangkat hendak berontak tapi di tahan Andika.
"Baik...baik...aku tidak akan menghilang. tolong lepaskan tanganmu dari dia. " sahut Andika cepat. Kibra menyeringai.
"Kalau begitu jalan.." perintahnya lagi sambil mendorong Andika dengan ujung senjatanya. Ia menunjuk sebuah pintu goa yang ada dihutan itu. Mereka bertiga berjalan masuk kedalam goa dibawah todongan senjata Kibra.
--- ++++.
Penulis : Thanks a lot for your like. Hope you will enjoy this story. 😉