Acara Grand launching Florence akan diadakan pada jumat malam artinya akan ada lima teaser iklan sampai hari jumat. Teaser kedua akan tayang siang ini.
Untuk hari ini Jessica tidak ingin begitu memusingkan teaser iklan yang akan keluar, boleh dibilang dia tidak mau tahu. Hanya ada satu hal yang ada dipikirannya yaitu Hans.
Makan siang hari ini harus berhasil. Makan siang Jessica dan Hans kemarin bisa dibilang gagal karena kedatangan paman Jay. Lalu pada sorenya Hans juga berhasil menghindari makan malam dengan Jessica.
Jessica hanya ingin menikmati waktunya berdua dengan Hans. Jika restoran yang dipilih Jessica kemarin adalah restoran biasa maka hari ini Jessica memilih sebuah restoran yang lebih berkelas dan tentunya menawarkan privasi bagi konsumennya.
Jessica baru saja selesai memeriksa reservasi restoran saat Jonatan masuk ke ruangannya dan memberikan laporan.
"Ada sebuah telepon dari agensi Bintang Utama untukmu, dia mengaku sebagai manajer Julian."
"Julian si aktor itu? Apa yang dia inginkan?"
"Dia memintaku untuk mengatur pertemuan Anda dengan Julian. Mereka menawarkan makan siang bersama hari ini. Kupikir mereka mencari sedikit penghargaan darimu atas kesuksesan teaser iklan Florence kemarin."
Jessica menatap Jonatan, tajub dengan simpulan pria itu. "Ini baru dua hari, tearser kedua bahkan belum keluar. Penghargaan apanya? Aku telah mengeluarkan cukup banyak uang untuk mengontrak Julian."
Manusia memang kadang serakah. Penghargaan katanya? Jessica mengerti tentang kebutuhan manusia yang satu ini. Sayangnya Jessica tidak berniat memenuhi kebutuhan orang-orang dari agensi atau pun Julian. Beraninya mereka menuntut sesuatu darinya!
"Kau tahu bukan, aku telah membersihkan seluruh jadwalku untuk minggu ini. Tolak mereka, katakan aku tidak punya waktu. Jika ada yang ingin mereka bicarakan, tuliskan saja. Kami akan bertemu diacara launching Florence nanti."
Jonatan tidak punya hal lain untuk dikatakan, jika Jessica memang tidak punya niat sama sekali untuk menanggapi tawaran sang manajer Julian.
"Apa Hans ada di depan?"
"Tidak, dia pergi ke menemui wakil presiden."
Jessica tahu, Hans punya banyak hal yang harus dia selesaikan. Seharusnya Jessica melimpahkan saja semua tugas Hans pada Jonatan. Jadi Jessica punya banyak waktu untuk bersama Hans.
***
"Bagaimana jawaban mereka?"
Julian menatap cermin di depannya, dia baru saja menyelesaikan riasanya. Julian telah menyiapkan dirinya beberapa jam terakhir. Baiklah dia seorang pria, tapi pria juga butuh untuk tampil lebih baik bukan.
Dia ingin tampil sempurna didepan wanita itu. Sang nona besar, Jessica Hartanto.
Julian cukup percaya diri, dia sudah punya citra seorang aktor tampan berprestasi dan nilai tambah atas keberhasilannya dengan teaser Florence.
Julian punya setidaknya cukup alasan dan nilai untuk bisa menemui Nona besar itu secara pribadi.
"Sekretarisnya bilang dia tidak punya waktu untuk makan siang denganmu hari ini, " Sang Manajer melaporkan.
"Omong kosong." Julian telah mendengar bahwa Jessica biasanya memberi kesempatan pada pria tampan, jadi dia harus mencobanya.
"Aku sudah tahu sejak awal, tidak akan mudah bagimu untuk mendekati wanita itu." Asisten Julian menambahkan pesimisme sang Manajer.
Bukan rahasia umum jika pria seperti Julian berencana mengejar wanita seperti Jessica, jadi mereka memakluminya. Banyak pria yang telah melakukannya. Jessica adalah impian para pria waras yang menghargai kecantikan, kecerdasan dan kekuasaan.
"Kalau begitu antarkan aku ke J Tower sekarang. Aku akan mengundangnya makan secara langsung."
Julian bangkit berdiri dan sang asisten membantunya memakai jas. Dia melirik cermin sekali lagi. Sempurna, pikir Julian. Dia siap untuk menaklukan Jessica.
***
Jessica telah menanyai keberadaan Hans pada Jonatan melalui pesan text beberapa kali. Jam makan siang akan segera tiba tapi Hans belum juga kembali ke mejanya.
Jessica siap pergi saat Hans kembali. Tapi dimana pria itu, dimana Hans ini?
Tak tahan dengan jawaban yang tidak memuaskan dari Jonatan, maka Jessica menghubungi Hans secara langsung, "dimana kau saat ini Hans? Apa kau sudah selesai?"
***
Mobil-mobil dari statsiun penyiaran terparkir sembarang di depan loby J Tower. Kerumunan wartawan sudah bersiaga sejak pagi. Mereka tak ingin melewatkan kesempatan kalau-kalau Anna muncul di markas besar Group J ini.
Dengan adanya para wartawan itu Julian dan vannya tidak mungkin bisa menepi di loby depan J Tower.
"Sudah kubilang seharusnya kita tidak kemari Julian," sang manajer mengeluh lagi. Menerobos wartawan sebenarnya bukan masalah selain merepotkan.
Namun sang manajer tidak menyiapkan alasan yang cukup bagus untuk kemunculan Julian di markas Group J itu.
Tidak mungkin mereka mengatakan kalau Julian berniat bertemu dengan sang presdir dan mengajak nona besar itu makan siang.
Pertama, nona besar itu agaknya tak bersahabat dengan publikasi. Nama wanita itu jarang disebut oleh media. Mereka hanya tau jika memang benar seorang wanita telah memimpin Group J beberapa tahun berakhir ini.
Sang manajer bahkan telah mendengar bahwa JNBC diam-diam menyebar peringatan untuk tidak membuat berita atau gosip tentang sang presiden Group J.
Kedua, mereka juga tidak bisa membiarkan aktivitas nekat Julian ini tersebar dan di ketahui oleh Claudia. Wanita yang satu itu tidak boleh sampai tahu jika Julian berusaha untuk mengejar Jessica.
Claudia menyukai Julian, rahasia publik lainnya. Bahkan wanita itu telah membuat citra seolah-olah dia dan Julian berhubungan.
Dengan dukungan Claudia juga Julian bisa melejit sukses sejauh ini. Claudia mampu mengangkat Julian begitu tinggi dan tentu saja wanita itu juga mampu menghancurkan Julian jika dia mau. Jadi sang manajer harus berhati-hati dengan rencana Julian yang satu ini. Jangan sampai Julian salah langkah dan menyebabkan Claudia kecewa.
"Kita tidak mungkin menerobos masuk." Sang manajer belum juga mendapatkan celah untuk meloloskan mereka.
Para wartawan tahu plat nomor van Julian. Jadi meskipun Julian tidak turun di loby, mobil van yang besar itu pasti akan menarik perhatian saat lewat. Mereka tidak bisa mengambil resiko.
Segera akan ada orang yang menyadari mobil van Julian ini mengintip tak jauh dari pintu masuk J Tower. Mereka harus segera pergi sebelum ada yang menyadarinya.
Julian mendengarkan nasihat sang manajer dan hampir menyerah juga. Namun saat sebuah jaguar abu-abu keluar dari J Tower dan melewati van milik Julian, rasanya Julian masih punya harapan.
Julian mengenali mobil itu. Jaguar abu-abu itu mobil yang dikendarai sekretaris Jessica sewaktu acara penanda tanganan kontrak duta Florence.
Tidak salah lagi. Julian juga telah melihat bahwa ada seorang wanita duduk didalam mobil itu. Wanita itu pasti Jessica.
"Ikuti jaguar abu-abu itu! Aku yakin Nona besar kita baru saja keluar, ikuti dia!"