Seperti pagi-pagi sebelumnya Hans pergi menjemput Jessica dan sarapan pagi bersama wanita itu. Namun pagi ini Hans sepertinya kurang pagi. Seseorang telah duduk dimeja makan bersama Jessica.
"Kenapa dia ada disini?" Hans menunjuk langsung pada Jonatan yang sedang melahap sarapannya. Pria itu selalu terlihat seperti orang lapar yang baru diberi makan.
"Oh, kau sudah datang." Jessica menyambut Hans dan mempersilahkan dia duduk.
Namun Hans tetap berdiri, menunggu jawaban Jessica atas pertanyaannya sebelumnya.
"Begini, aku perlu mengubah beberapa agenda untuk hari ini." Jessica menyerahkan tablet agendanya pada Hans.
Apa lagi tepatnya yang perlu diubah? Hans telah meninjaunya dan tidak ada yang salah dengan agenda kerja Jessica hari ini. Tidak kurang, tidak lebih. Hans juga menyisipkan jeda disela-sela agenda kegiatan.
Hans membuka agenda baru yang konon sudah Jessica ubah. Tabel-tabel aktifitas itu bersih. Tidak ada satu pun kegiatan selain makan siang. Hans tidak yakin apakan ini agenda baru atau sekedar draf agenda kosong.
"Apa kau belum memasukan jadwal barunya?"
"Tidak, aku tidak akan melakukan agenda-agenda sialan itu hari ini." Senyuman licik Jessica membuat semakin yakin Hans kalau wanita itu memang berencana untuk tidak melakukan apapun hari ini. Memangnya dia minta cuti atau apa?
"Keluarlah bersamaku hari ini Hans. Jonatan akan mengurus semua agenda-agenda itu dan memindahkannya untuk minggu depan. Jadi mari bersantai untuk satu hari ini denganku."
Terdengar mudah saat Jessica mengatakannya tetapi Hans tahu betapa sulitnya mengubah kembali agenda-agenda yang telah dia susun itu. Apalagi Jessica ingin menarik Hans juga dalam rencana pembolosan ini.
Jessica dan Hans terlibat sedikit perdebatan sampai-sampai melupakan sosok Jonatan yang masih ada disana. Jika saja Jonatan tidak disuguhi makanan sejak awal maka dia akan segera kabur dari pada berpura-pura menjadi kambing tuli.
"Kita tidak akan pergi kemana pun jika kau masih ingin mengubah seluruh agenda hari ini. Kita hanya akan keluar sampai saat jam makan siang. Setelah itu kau harus kembali bekerja."
Penawaran Hans agak sedikit membaik setelah dia menyarakan Jessica hanya mengambil satu atau dua jam dari agendanya untuk bersikap egois. Tetapi setengah hari juga nampaknya tidak cukup banyak. Apa bedanya dengan satu atau dua jam sebelumnya?
"Oh, baiklah, aku akan ambil waktu sampai dengan jam makan siang." Hans memang negosiator ulung atau mungkin Jessica kurang menekankan otoritasnya dengan benar.
Hans memilah kembali agenda Jessica, beberapa harus tetap dilakukan setelah jam makan siang dan beberapa dapat menunggu bahkan sampai minggu depan. Akhirnya kesepakatan itu di tutup dengan mengusir Jonatan segera dari apartemen Jessica. Pria itu punya banyak pekerjaan pagi ini.
Setelah Jonatan pergi, hanya tersisa Jessica dan Hans di apartemen. Para pelayan juga sudah pergi.
"Apa yang ingin kau lakukan sekarang?"
Sejujurnya Jessica tidak datang dengan rencana yang matang kali ini. Dia secara impulsif menarik semua agendanya hari ini. Tapi tidak benar-benar tahu apa yang akan dia lakukan untuk menghabiskan waktunya. Yang pasti dia harus menghabiskan seluruh jatah luangnya hari ini dengan Hans.
Situasinya tidak cukup bagus. Biasanya Jessica bisa memikirkan sesuatu dengan cepat namun kali pikirannya kosong. Apa mungkin karena ini masih pagi?
Ya, ini masih pagi. Jam dimana orang-orang biasanya mulai untuk bekerja sementara Jessica dan Hans akhirnya terdampar di salah satu pusat perbelanjaan di pusat kota. Suasananya agak sepi dan membosankan.
Belum ada banyak pengunjung disana karena gerai dan toko-toko baru saja buka. Jessica bahkan tidak tahu mana tempat yang seharusnya mereka kunjungi.
Jessica tidak akrab dengan pusat perbelanjaan. Kadang kala, Jessica dan Hans pergi ke sini hanya untuk mengunjungi restoran atau tempat makan yang katanya enak.
Jessica hampir tidak pernah menghabiskan waktunya untuk berbelanja. Entah itu kebutuhan sehari-hari atau pakaian. Hal seperti itu diurus oleh asistennya yang lain. Untuk pakaian Jessica biasanya menerima katalog-katalog dan memesan secara daring.
Setelah berkeliling untuk beberapa waktu, Hans menunjuk sebuah gerai yang telah mereka lewati dua kali. "Bagaimana kalau kita mengunjungi gerai Rossel?"
Hans melangkah terlebih dahulu masuk kedalam salah satu gerai Rossel yang ada di pusat perbelanjaan itu. Sayang sekali Florence belum membuka gerai disini. Jika ada, maka Jessica akan pergi ke gerai Florence saja.
Hans memperhatikan produk yang ada di setiap rak dengan cermat sampai seorang pramuniaga menghampirinya. "Selamat pagi tuan, produk apakah yang sedang anda cari?"
Hans melirik Jessica untuk mendapat pencerahan. "Ah, bagaimana dengan produk untuk pasangan?"
"Sebelah sini, Tuan." Sang pramuniaga mengarahkan Hans dan Jessica ke etalase didekat meja kasir.
Ada produk baru Rossel yang dipajang di sana. Sang pramuniaga mempresentasikan produknya dengan baik, sepaket parfum yang dirangkaikan bersama. Satu untuk wanita dan satu lagi untuk pria.
Hans ingat pihak Rossel tadinya tidak berniat menggabungkan keduanya. Produk itu dipresentasikan secara terpisah saat acara grand launching Rossel. Pihak Rossel mungkin segera menyadari jika Florence mengusung konsep ini dan kebetulan mereka punya produk serupa. Jadi dengan segera mereka membuat kedua produk baru itu rampak serangkai.
Mendengar analisis dari Hans kali ini rasanya agak menyebalkan. "Apa kita sedang melakukan riset pasar sekarang?" Ya, mereka tidak ada di sana untuk menilai bagaimana kinerja Rossel dengan produk baru mereka yang terakhir itu.
Jessica segera menarik Hans keluar dari gerai Rossel. "Lalu kemana kita sekarang?"
Jessica melirik sekitarnya dan secara acak memilih masuk ke salah satu gerai Versace. Setelah melihat-lihat, tiba-tiba Jessica berpikiran untuk membelikan Hans sesuatu.
Hans tidak pernah memakai dasi bercorak aneh. Sepanjang waktu ini kebanyakan yang dipakainya polos atau motif geometris sederhana. Jessica sudah memilih sebuah dasi saat seorang pramuniaga disebelahnya mengoceh soal arti memberi sabuk pada seorang pria.
"Pilihan anda sangat bagus nona. Konon katanya, memberi sabuk berarti anda berniat mengikat pasangan anda untuk selamanya."
Ah, begitukah artinya memberi sebuah sabuk? Haruskah Jessica benar-benar membelikan sebuah sabuk untuk mengikat Hans selamanya disisinya.