Chereads / Sekretaris Tampan ini Miliku / Chapter 51 - Pasangan Opera di Kafetaria

Chapter 51 - Pasangan Opera di Kafetaria

Itulah yang terjadi, Jessica termakan kata-kata sang pramuniaga dan akhirnya membeli sabuk untuk diberikan kepada Hans. Hebatnya wanita ini bahkan tidak hanya membeli sebuah sabuk.

Seakan-akan sebuah sabuk tidak cukup untuk mengikat Hans. Jessica membeli beberapa untuk Hans.

Tidak semuanya berasal dari Versace. Saat mampir ke gerai lain Jessica juga akan mengambil sabuk lainnya. Jadi sekarang dia telah membeli sabuk dari setidaknya tiga atau empat merek berbeda.

Mereka tentu saja tidak murah, uang bukan masalah sebenarnya. Namun Jessica biasanya adalah wanita perhitungan dan cenderung pelit. Dia sangat konservatif dalam menggunakan uang. Jadi saat melihat betapa antusiasnya wanita itu saat berbelanja, rasanya seperti menemani wanita asing berbelanja.

Ini nampak jelas saat mereka beristirahat untuk camilan sebelum makan siang. Jessica hanya memesan sepotong cheese cake dan secangkir latte untuk mereka berdua. Sangat jelas, alasannya antara wanita itu memang benar-benar diet dan menjaga makanannya atau dia benar-benar pelit.

Orang yang melihat pemandangan ini bahkan mungkin punya pemikiran yang lain. Apa sang pria mungkin tidak punya cukup uang untuk membeli masing-masing secangkir kopi?

Jessica memperhatikan Hans saat pria itu menyesap latte terakhir mereka. Ada jejak foam latte di sudut bibir Hans. Tanpa aba-aba dan peringatan, Jessica mengangkat tangannya untuk merangkak naik menghapus jejak latte dari sudut bibir Hans.

Gerakannya sengaja dibuat agak lambat, halus dan perlahan seperti sebuah video yang diberi efek slow motion. Mata mereka bertemu dan bertatap satu sama lain. Hans nampak terkejut sementara Jessica tersenyum simpul berusaha menyembunyikan giginya yang rapih.

Ah, tidakkah seharusnya Hans yang memperlakukan Jessica seperti ini. Posisi ini agak sedikit keliru bukan?

Hans menggapai tangan Jessica yang masih di bibirnya, menuntunnya turun menjauh dari wajahnya. "Lain kali kau yang harus menghabiskan kopinya."

Entah apakah ada lain kali lagi?

Hans masih menggenggam jemari Jessica, dia mengambil tissue untuk membersihkan mereka. Sementara Jessica akhirnya mengangguk seperti seorang gadis penurut yang sekarang nampak malu-malu.

Menyenangkan bisa menyesapnya berdua. Jessica tadinya berpikir sudah cukup bagus bisa berbagi dengan Hans di gelas yang sama. Pikirannya sangat sederhana. Menikmati bagaimana ciuman tidak langsung dengan perantara secangkir latte. Namun hasilnya lebih baik dari yang Jessica perkirakan.

"Mari menonton sebuah film di bioskop setelah ini." Jessica siap menarik Hans lagi menuju bioskop, namun kali ini Hans tak bergerak.

Pria itu melirik jam ditangannya. "Ini sudah hampir jam sebelas, kita akan terlambat untuk makan siang jika pergi ke bioskop sekarang."

"Tidak apa-apa, terlambat sedikit tidak akan membunuh kita berdua." Jessica benar, terlambat makan siang tidak akan mempengaruhi mereka berdua. Mereka juga tidak punya riwayat maag atau sejenisnya.

"Tidak! Jika kita terlambat makan siang makan kita juga akan terlambat untuk mengejar agenda siang milikmu."

Huh! Lagi-lagi ini tentang agenda Jessica. Tidak bisakah mereka melupakannya sejenak saja. Mengapa Jessica tidak bisa melepaskan diri dari agenda-agenda sialan itu?

Hans memenangkan babak yang satu ini lagi. Karena tidak jadi menonton di bioskop Jessica dan Hans berputar-putar lagi tanpa arah yang jelas sampai Hans akhirnya menyarankan mereka untuk segera kembali ke kantor untuk makan siang.

***

"Kalian sudah kembali?" Jonatan menyambut Jessica dan Hans di lobby tower J dan mengambil alih seluruh belanjaan hari itu. Jonatan kira dia baru akan melihat Jessica dan Hans setelah jam makan siang. Apa mereka akan makan siang di ruangan Jessica lagi?

"Bawa semua ini ke tempat Hans dan ambil bungkusan Fendi itu untukmu. Didalamnya ada jas yang bisa kau pakai untuk acara Florence nanti."

Wah, ternyata Jessica tidak melupakan Jonatan. Pria itu begitu senang sampai tidak mampu menahan perasaan gembira agar tidak terlukis diwajahnya, membuat Hans jengkel melihatnya.

Setelahnya Hans mengambil tangan Jessica untuk digenggamnya seraya memberi tahu satu lagi informasi penting pada Jonatan. "Kami akan pergi ke kafetaria untuk makan siang."

"Kalian akan ke kafetaria?" Sungguh? Jonatan tidak percaya ini. Mungkinkan seorang nona besar seperti Jessica akan makan di kafetaria perusahaan?Jonatan yakin seratus persen ini pasti bukan ide Jessica.

Berita cepat menyebar dan kafetaria itu menjadi lebih penuh dari bisanya, karena banyak karyawan yang ingin melihat fenomena ini secara langsung.

Meski publik tidak tahu bagaimana rupa sang nona besar Group J, tapi seluruh karyawan Group J tentu tau bagiamana rupa bos besar mereka. Melihat Jessica duduk di salah satu meja di kafetaria mungkin bisa didaftarkan menjadi salah satu keajaiban dunia.

Staf kafetaria menyayangkan karena mereka tidak mempersiapkan menu yang lebih pantas untuk bos besar mereka. Namun sepertinya Jessica nampak tidak keberatan dengan menu kafetaria hari ini.

Jessica dan Hans memilih meja yang ada di dekat jendela besar. Mereka tampak mencolok diantara yang lain. Apalagi dengan sorotan cahaya matahari yang berkilau. Seperti pasangan utama dibawah sorotan lampu opera.

Hanya ada sesuatu yang muncul dipikiran Jessica saat ini. Bagaimana Jessica bisa merayu Hans di depan seluruh karyawan yang ada di kafetaria?