Chereads / Sekretaris Tampan ini Miliku / Chapter 55 - Melihat penampakan Iblis

Chapter 55 - Melihat penampakan Iblis

"Memesan apa?!"

Jessica menoleh ke sumber suara, ada sosok wanita cantik dengan gaun hitam elegan berdiri di samping Hans. Potongan one shoulder memperlihatkan bahu kanannya yang mulus lalu tidak kalah provokatif gaun itu punya potongan rok yang memperlihatkan kaki kiri jenjang sampai setengah pahanya.

"Apa aku bisa memesan pria tampan ini?" wanita itu mengulangi pertanyaannya. Pandangannya tertumbuk pada Hans.

"Wanda?!" Hans segera mengenali wanita itu.

Ingat si penggoda dari HM Consultan?

Wanda dengan segera menyapa Tuan Jacob dan Jayden dengan penuh sopan santun. "Ah, kau putri Anton Hultama? Silahkan duduk Nona Wanda, kebetulan sekali kami punya satu kursi lagi."

"Ah, tidak perlu paman. Aku hanya datang untuk menyapa Hans dan Jessica." Wanda menolak dengan halus, namun Jessica tahu ini tidak lebih dari sekedar taktik. Seakan orang tua itu yang memaksanya duduk bergabung dengan mereka.

"Tidak-tidak, kursi ini memang kosong. Ini pasti nasib baik agar kau bisa bergabung dengan kami."

Nasib baik apanya? Paman Jacob memang seorang penjilat yang ulung. Lihat saja bagaimana akhirnya dia berhasil memaksa Wanda duduk tepat di antara dirinya dan Hans.

Siapa lagi yang mengundang wanita jalang yang satu ini? Bisnis HM Consultan tidak ada hubunganya sama sekali dengan Florence. Sama seperti paman Jacob, kedua orang ini sama sekali tidak Jessica harapkan. Sama-sama tidak diundang dan menyebalkan.

"Kuucapkan selamat untuk Florence. Kau memang sangat jeli melihat sesuatu yang bagus Nona J."

"Oh!" Terdengar seperti Wanda memuji Jessica karena cukup pandai untuk mengakusisi Florence. Sedang Jessica berpikiran lain karena tahu dia telah mengakusisi sesuatu yang lebih berharga. Siapa lagi kalau bukan Hans. Wanda selalu memperlihatkannya dengan jelas, seharusnya dia tidak perlu basa basi.

Wanda hadir malam ini untuk melihat Hans sebelum pria itu pergi. Karena sampai saat ini tidak ada yang tahu kemana Hans akan pergi jika sudah tidak menjadi sekretaris Jessica.

Wanda cemas dan berharap dia masih punya kesempatan mengubah keputusan Hans.

"Omong-omong, aku akan tinggal di Kota B sampai rabu depan. Bisakah kalian meluangkan waktu untukku?" Wanda menyebutkan 'kalian' tapi pandangannya sepenuhnya pada Hans.

"Maaf membuatmu kecewa, aku tidak yakin apa Jessica punya cukup waktu untuk bermain denganmu." Hans segera memberi wanita itu penolakan dengan jelas.

"Kau terlalu berlebihan Hans. Jessica tidak mungkin sesibuk itu. Setidaknya aturlah sedikit waktu untuk nona Wanda, dia telah datang jauh-jauh dari Kota S. Kita harus menerimanya dengan baik," Paman Jacob menyela untuk mencuri kesan baik.

Wah, paman Jacob memang selalu menjadi orang nomor satu yang tahu bagaiama memberi Jessica kesulitan.

"Tidak apa-apa paman, aku mengerti Jessica pasti punya banyak pekerjaan apalagi setelah acara Florence ini. Aku yakin dia akan dibanjiri pekerjaan."

"Haha, bahkan jika Jessica dibanjiri pekerjaan, dia masih bisa membaginya kepada para eksekutif Florence. Jessica seharusnya bisa bersantai dan menikmati masa mudanya. Memangnya untuk apa orang-orang pintar disini?" Paman Jacob membuat lirikan pada para ekesekutif Florence yang duduk bersama mereka. Sepertinya Tuan Jacob tidak merasa takut menyinggung mereka.

"Ah, kau benar paman. Jadi apakah aku bisa diberi sedikit pengecualian Hans?" Wanda menatap pada Hans lagi.

"Aku tidak bisa memberimu pengecualian itu, Nona Wanda. Lagi pula aku sudah akan pergi senin pagi. Jonatan perlu memeriksa jadwal Jessica. Jika memang ada, Jessica akan luangkan waktu itu untukmu. Saranku, sebaiknya jangan buang-buang waktumu di Kota B dan segeralah pulang."

Semua orang di meja itu terkejut. Bukan karena nada bicara Hans yang terkesan tidak sopan tapi informasi dalam kata-katanya lebih mengejutkan. Hans akan pergi senin pagi? Sungguh berita baru.

Tapi itu belum waktunya Hans untuk pergi.

Seharusnya masih ada waktu dua hari lagi sampai hari selasa. Wanda juga memprotes seolah-olah dia yang akan kehilangan asistennya pada hari senin.

"Aku sudah bisa pergi karena tugas-tugasku telah selesai. Bahkan aku seharusnya segera pergi saat Jonatan direkrut. Benarkan Nona J?" Hans memberi kode pada Jessica yang sedari tadi diam karena terkejut.

"Ah, iya," Jessica akhirnya membuka mulutnya untuk mengiyakan kata-kata Hans. Entah ini hanya rencana Hans untuk mengusir Wanda atau sungguhan.

Jessica masih belum bisa menerimanya.

"Dimasa depan, mohon kabari dulu jika kau berencana berkunjung ke Kota B." Wanda diberi sedikit teguran yang nyata dari Hans. "Aku akan memberikan kontak Jonatan padamu."

HM Consultan memang membantu ekspansi J internasional di kota S. Tapi itu bukan berarti tingkatan Jessica berada dibawah Wanda. Sebaliknya, Wanda seharusnya menjaga sikapnya.

Group J bisa jadi sangat berbahaya untuk HM Consultan.

Percakapan itu berakhir tidak meyenangkan bagi Wanda. Kesan yang tertinggal seperti Wanda benar-benar telah menggangu dengan kedatangannya.

"Aku akan mengantarkanmu kembali ke meja-mu." Wanda bahkan tidak menyebutkan dia akan pergi. Wanda berharap dia akan duduk dimeja itu sampai dengan akhir acara, namun Hans mengusirnya secara paksa.

Hans membawa Wanda pergi, menghilang di kerumunan.

***

Acara Florence telah mencapai puncak saat Hans pergi. Hall sebelah telah dibuka untuk pameran dan pemesanan langsung. Sebagian besar undangan sudah berpindah ke hall sebelah.

Para eksekutif Florence juga telah berpamit turun tangan untuk membuat tangkapan besar. Paman Jacob juga telah undur diri saat seorang kenalannya memanggil. Tinggal tersisa Jessica, Jonatan dan Paman Jayden dimeja itu.

"Semoga Florence akan semakin baik ke depannya." Jessica bisa merasakan saat paman Jayden mendoakannya dengan tulus. "Aku akan sangat berterima kasih jika kau bisa mengosongkan jadwal Anna untuk tampil di JNBC minggu depan."

"Tentu saja, aku akan mengaturnya untuk paman." Jessica bukan orang yang tidak tahu terima kasih, lagi pula mereka adalah keluarga dan berbagi keuntungan bukanlah lagi perkara yang seharusnya dibicarakan. Itu akan terjadi secara alami.

Setelah itu Paman Jayden juga pamit undur diri meninggalkan Jessica dan Jonatan berdua saja.

Raut wajah Jessica sedikit berubah setelah paman Jayden pergi. Tentu saja karena Hans belum juga kembali. Jonatan telah mencoba menghubunginya tapi berakhir di kotak suara. Dimana Hans sebenarnya? Apakah Wanda membawa kabur Hans?

Meskipun banyak pria yang tadinya ingin menghampiri meja Jessica untuk sekedar bertukar kata dan berkenalan. Namun tidak ada yang benar-benar berani mendekat. Mereka bisa merasakan aura disekeliling wanita itu sedang tidak baik. Tidak bagus untuk basa-basi.

Bahkan Jonatan akhirnya menyerah dan berinisiatif untuk pergi mencari Hans. Jonatan tidak ingin berada disekitar Jessica benar-benar meledak.

Entah darimana datanganya sebotol anggur merah yang tiba-tiba dikirim ke meja Jessica. Wanita itu tidak punya mood untuk bertanya darimana asalnya, dia hanya menerimanya saja.

Hall utama mulai tampak sepi karena orang-orang banyak telah berpindah ke ruang sebelah. Jessica masih duduk ditempanya, menunggu dengan sabar sambil menenggak anggur merahnya beberapa kali.

Entah sudah berapa kali, pastinya cukup banyak karena Jessica hampir menghabiskan sebotol anggur itu sendirian. Kepalanya mulai berat dan pening. Jessica telah minum lebih banyak dari biasanya atau resistensinya pada alkohol memang telah menurun.

"Jangan minum lagi! Kau tidak boleh menghabiskan semua seorang diri," seorang menyambar botol anggur saat Jessica hendak mengisi gelasnya lagi.

Orang itu memilih kursi diseberang meja, membawa botol anggur menjauh dari Jessica.

"Kau! Kembalikan minumanku!" Jessica berteriak marah, namun suaranya tidak keluar seluruhnya saat matanya mengerjap beberapa kali agar fokus melihat siapa orang yang mengambil anggurnya. Orang itu tidak mungkin dia!

Orang itu duduk tegap dan menaruh botol anggur didepannya. Matanya menatap pada Jessica penuh kerinduan yang pelik sementara bibirnya melengkung tajam tidak seiras. Keduanya tampak berlawanan dan terlihat menakutkan.

"Gaun merah yang cantik, sayangku."

Jessica menyeringai menerima pujian itu, "sepertinya aku mabuk sampai bisa melihat iblis sepertimu disini."