"Dimana Hans!"
Ruang karaoke mendadak hening saat Jessica masuk. Cahaya di dalam ruangan agak remang, tapi semua orang masih bisa melihat dengan jelas siapa yang baru saja masuk. Siapa mengira sang bos besar akan muncul dengan tampang marah?
Jessica segera menghampiri Hans yang bersandar disudut ruangan. "Apakah salah satu diantara kalian adalah pacar Hans?"
Jessica melirik ponsel Hans yang tergeletak di meja, bukankah seorang wanita mengangkatnya saat Jessica menelopon.
Sontak para wanita yang duduk disebelah Hans segera menggeleng takut. Mereka menjauh, tidak ada yang berani mengaku telah menjawab telepon Hans. Jessica mengenali beberapa wajah dalam ruangan itu, mereka wanita dari kantor sekretaris umum. Acara apa ini sebenarnya?
Mengapa Hans pergi minum dengan orang-orang ini? Jessica tahu resistensi Hans terhadap alcohol sangat payah. Kenapa Hans memaksakan dirinya pergi minum-minum seperti ini?
"Hans, kau masih sadar?" Jessica menunduk untuk melihat kondisi Hans.
Hans mengangkat kepalanya, memandangi Jessica dengan aneh. "Kau terlihat mirip seperti nona besar," dengan satu gerakan Hans menarik Jessica ke atas pangkuannya. Menangkup wajah wanita itu dan melahap bibirnya.
Wah, itu pertunjukan terbaik malam ini.
Ruangan itu dipenuhi oleh karyawan Group J, mereka di sana untuk pesta perpisahan dengan Hans. Namun mereka mendapatkan hal yang lebih baik dari sekedar traktiran minum dan karaoke. Pertunjukan panas Hans dengan sang nona Besar.
Hubungan Jessica dan Hans selalu tampak lurus didepan. Mereka memang sesekali tampak merangkul atau berpegangan tangan, namun tak pernah keluar dari batasan. Ilusi yang tercipta adalah bahwa Hans sangat-sangat mengagumi wanita itu dan Jessica menerimanya tanpa sungkan.
Hari ini mereka melanggarnya disaat-saat terakhir. Beberapa orang yang cukup berani, mengangkat ponselnya untuk mendapatkan foto atau video. Kejadian ini tentu perlu didokumentasikan.
Hans tampak sedikit ganas dan penuh gairah. Saat menerima bibir Hans, Jessica agak terkejut namun perlahan ikut menikmati ritme yang Hans ciptakan. Entah kenapa Jessica selalu takluk dengan ciuman Hans.
Sesaat Jessica lupa dimana mereka berada. Namun napas Hans yang berbau alkohol membuatnya terdorong kembali hingga Jessica melepaskan diri dari Hans. Dia mengatur napasnya sesaat, pipinya merona karena malu. Jessica segera ingat kalau didalam ruangan ini tidak hanya ada Hans.
"Kuharap kalian melupakan apa yang barusan kalian lihat!" meskipun tak berseru dengan suara nyaring, suara Jessica didengar cukup jelas di ruangan itu. Karena suasananya telah menjadi hening sejak wanita itu masuk.
Hans yang tak sadar masih mencoba menarik Jessica kembali dalam dekapannya, dia tak rela wanita itu pergi.
"Hentikan Hans!" Jessica menghalau tangan Hans yang menarik-narik lengannya.
Kejadian ini sebenarnya agak menyenangkan untuk dilihat, beberapa orang juga menahan tawa karena melihat tingkah Hans. Sementara Jessica perlu menahan Hans dan menahan rasa malu.
Dengan satu gerakan yang pasti, Jessica menarik Hans bangkit dan menyampirkannya. Hampir tidak ada yang percaya kalau sang nona besar bisa sekuat itu untuk bisa mengangkat Hans seperti itu. Ini bahan cerita baru lainnya.
Jessica meminta mereka membayar tagihannya dan mengirmkannya nanti untuk penggantian lalu segera meninggalkan ruang karaoke. Dia tidak bisa berada disana lebih lama untuk menanggung aib yang Hans ciptakan.
***
Jessica sudah hampir kehabisan tenaga saat berhasil mencapai parkiran. Tadi Jessica datang dengan taxi karena berpikir Hans pasti membawa mobil. Tapi dia tidak terpikir kalau kejadiannya akan jadi seperti ini.
"Kau pria payah, kurang ajar, bodoh!" Jessica mengomel sepanjang jalan. Meskipun Jessica punya stamina yang bagus karena pelatihan, dia masih tetap wanita yang tidak sepantasnya menanggung beban. Dia segera menjatuhkan Hans begitu sampai disamping mobil dan mengambil napas. "Dasar sial!"
Jessica merogoh kantong celana Hans untuk mendapatkan kunci mobil.
"Ahh, jangan menyentuhku sembarangan.!" Hans menepak tangan Jessica dari pahanya.
"Aku tidak berniat menyentuhmu bodoh!" Jessica agak kehilangan kesabarannya, jadi dia terus memaki sambil berusaha mencari kunci mobil Hans lagi.
"Kau wanita nakal ya!" Hans meracau saat Jessica meraba pantannya dan mencabut kunci yang ternyata ada disaku belakang Hans. Sungguh sialan, Hans membuat Jessica tampak seperti wanita murahan yang suka mera-raba.
Setidaknya cukup mudah untuk menaikan Hans ke mobil. Namun agak sulit saat membawa Hans kembali. Jessica sebenarnya sudah lama tidak mengemudi, ada alasan tertentu dan dia agak gugup. Apalagi Hans sedang mabuk. Jadi butuh waktu lebih banyak untuk bisa mengantar Hans sampai ke tempatnya.
Tepatnya ke apartemen Jessica. Kebetulan Hans masih tinggal dengan ibunya dan tempatnya agak lebih jauh, jadi itu sudah bisa jadi alasan untuk membawa Hans ke tempat yang lebih dekat.
"Jika kau bukan Hans, aku sudah pasti membuangmu ke sungai!" Jessica menjatuhkan Hans ke sofa.
Jessica kembali mengatur napasnya. Malam Jessica mengakui dia agak sial, tapi entah kenapa dia merasa senang karena bisa membawa Hans pulang. Sesaat dipandanginya wajah Hans yang tergeletak di sofa.
Bayangan saat Hans menciumnya tadi muncul dan menggelitik. Ah, itu akan jadi ciuman yang hebat seandainya Hans dalam kondisi sadar dan mereka berada ditempat yang tepat. Sialnya, Jessica harus mempersipakan diri untuk mengatasi problema yang satu itu.
Para saksi mata itu pasti akan membuat gossip malam ini. Jessica harus berpikir bagaimana mengatasi masalah yang mungkin saja timbul keesokan harinya. Dia mungkin harus menyingkirkan semua saksi mata kalau perlu.
"Kau membuatku dalam masalah, kau tahu Hans." Jessica berbicara pada Hans.
Saat itu Hans tidak menjawabnya. Jessica sudah hendak bangkit berdiri meninggalkan sofa saat tangan Hans menangkap lengannya lagi. "Aku sungguh tidak ingin pergi, Jess."
Meski suara Hans serak dan halus Jessica masih bisa mendengarnya. "Kalau begitu kau tidak harus pergi Hans."
Setelah jawaban keluar dari mulut Jessica, Hans menggapai Jessica lebih jauh lagi. Dia menarik wanita itu hingga terjatuh di sofa, membalikan posisi hingga Hans berada diatas wanita itu. Hebat sekali rupanya Hans masih punya kekuatan seperti ini.
Hans menatap Jessica dengan mata sayunya. Matanya tampak sedih dan frustasi.
"Kuharap kau tidak pergi, Hans." Jessica memberi sengatan pada Hans, menarik Hans turun untuk menciumnya. Memerangkap Hans dalam pelukannya.