"Kau menyentuhku Hans."
"Tidak, aku tidak mungkin menyentuhmu!" kata Hans lagi. Kali ini Hans lebih yakin dari sebelumnya. Ada yang salah dengan reaksi Jessica.
"Apa kau seorang pria brengsek yang tidak ingin bertanggung jawab?"
"Kau ingin aku bertanggung jawab atas apa? Aku tahu kita tidak melakukan apa pun tadi malam."
"Kau tidak melihat semua ini, lihat ini!" Jessica memperlihatkan bercak kemerahan di lehernya.
Astaga! Itu memang bekas sebuah cumbuan. Hasil seperti itu sudah pasti bukan hasil sebuah ciuman biasa.
"Ini juga," Jessica menunjukan beberapa bercak kemerahan lainnya. "Aku tahu kau juga punya Hans."
Hans melirik tubuhnya sendiri, ada beberapa bercak kemerahan di dadanya. Oh, sialan! Dia juga punya beberapa tanda ditubuhnya. Sekali lagi mereka, apakah dia dan Jessica sungguh melakukan sesuatu seperti yang dia impikan.
Pakaian mereka berserakan, Hans bahkan berpaling saat matanya melirik pakaian dalam wanita yang sudah pasti milik Jessica. Ini semua tetap belum benar.
Hans bangkit dari tempat tidur dan segera berlari ke meja rias. Dia memandangi wajahnya di cermin. Bingo! Dalam ingatan Hans, Jessica membenturkan keningnya ke wajahnya. Tapi sekarang mereka tampak baik-baik saja. Maka semua ini pasti hanya rekayasa.
Hans berbalik dengan yakin, "aku sudah pasti tidak menyentuhmu."
"Kau bajingan! Kau menyentuhku Hans, kau harus bertanggung jawab!"
Tanggung jawab, tentu saja ini yang Jessica inginkan. Hans segera mengerti mengapa semua skenario ini terjadi. "Aku tidak akan bertanggung jawab atas apa pun, karena kita memang tidak melakukan apa pun."
"Hans," Jessica membuat dirinya tampak frustasi dan menitikan lebih banyak air mata. Wanita itu mulai menangis.
"Kalau begitu katakan padaku, siapa yang ada diatas tadi malam?"
Jessica berhenti menangis. Pipinya merah merona. Bagaimana Hans masih bisa berpikir siapa yang memimpin tadi malam? "Kau! Itu kau Hans, kau yang memulai semua ini."
Sekarang Hans semakin yakin lagi. Dia mendekati ranjang, "kau yakin aku yang ada diatas? Seingatku kaulah yang memimpin, Jess."
Apa! Bahkan jika itu sungguh inisiatifnya, Jessica tidak pernah membayangkan dirinya memimpin sesuatu seperti itu. Yang dia tahu pria selalu memimpin.
"Aku, aku tidak punya pengalaman. Aku tidak mungkin memimpin Hans. Kau mabuk tadi malam, kau tidak mungkin ingat apapun."
"Ah, jadi karena aku mabuk dan tidak mungkin ingat apapun maka kau melakukan semua ini?"
"Tidak. Oh, Hans, ini sungguh terjadi!"
"Hentikan, Jess! Kau tidak bisa memakai hal seperti ini, menjebakku dan meminta pertanggung jawaban dariku."
Hans tidak pernah menunjukan kemarahannya. Bahkan ketika Jessica membuatnya kesal, dia hanya akan diam. Jadi Kemarahan Hans kali ini sungguh mengejutkan. Jessica bahkan tidak berani melanjutkan tangisannya.
"Berhenti mempermainkan aku dengan konyol. Aku tahu kau bukan wanita sebodoh itu. Kau tidak mungkin membiarkan dirimu sendiri dilecehkan. Kau wanita kuat Jess."
"Bagaimana jika saat itu aku menginginkan hal ini juga?" Jessica menemukan kembali keberaniannya. "Kau tahu, kita sudah lama bersama. Mungkin saja aku terbuai dengan sentuhanmu dan melepaskan penjangaanku."
Hans mengerti mengapa Jessica melakukan hal ini. Tapi ini agak melenceng. "Jika kau terbuai olehku maka kita telah melakuan ini sejak lama." Hans menyingkirkan anak rambut dari wajah Jessica dan memberi wanita itu sebuah kecupan.
Kecupan yang berubah menjadi cumbuan yang cukup berat. Tangan Hans sudah naik ke pundak Jessica dan mendoronnya ke bantal di belakang. Panas menyengat, ciuman ini persis seperti tadi malam. Hans bahkan memberikan kiss mark baru pagi ini.
Sampai disini semuanya memang terjadi. Ciuman panas itu memang nyata. Tetapi saat tangan Hans mulai bergerak, Jessica reflex mencegahnya. Mekanisme pertahanan itu secara sialan aktif disaat yang tidak dinginkan.
Dengan itu Hans melepaskan dirinya dari Jessica. "Lihat, kau bahkan bisa menghentikanku kali ini."
Seharusnya Jessica membiarkan Hans bergerak. Seharusnya Jessica membiarkan Hans mengambil langkah lebih jauh. Menyentuhnya dan menaikan gelorannya. Namun Jessica tidak pernah benar-benar membiarkan Hans sejauh itu. Tidak sebelumnya, tidak juga tadi malam.
Hans bangkit berdiri dan memungut pakaiannya. "Kita akan melupakan ini, oke."
"Maaf Hans," Jessica tidak sanggup untuk mengakui rencana gila ini. Seharusnya Jessica tidak perlu memainkan skenario jebakan seperti ini. Dia melakuan sesuatu sampai sejauh ini, tapi untuk apa semua ini sebenarnya?
Jessica melirik foto diatas nakas di sebelahnya. Andai saja, Hans adalah salah satu pria dalam foto. Sial! Jessica tidak dapat berhenti memaki dalam pikiranya. Pikirannya telah dikacaukan sejak lama oleh kedua pria di dalam foto. Tapi dimana mereka sekarang?
Yang satu tidak akan pernah bisa dia temui lagi seumur hidup dan satu lagi mungkin menghindarinya seumur hidup juga. Mereka benar-benar tidak bertanggung jawab.
Jessica selalu berharap bisa bertemu pria yang menghindarinya itu. Namun jika Tuhan benar-benar mendengarkannya kali ini, Jessica akan mengganti harapannya. Dia ingin Hans tinggal lebih lama untuk mengetahui perasaan untuk Hans sebenarnya. Bisakah itu?
***
Jessica hampir menyerah untuk membuat Hans tetap tinggal setelah rencana gilanya berantakan. Namun dia segera ingat satu lagi alasan yang mungkin bisa membuat Hans tetap bersamanya.
"Kau harus tetap tinggal Hans. Kau tahu, iblis itu kembali!"