Ruang pribadi VIP ini salah satu ruangan tertutup dengan nuansa yang megah. Ruangan ini sedikit redup. Kau tidak akan tahu bedanya antara makan siang atau makan malam, rasanya sama saja.
Bahkan Julian mulai berpikir ini bukan acara makan siang, tapi drama romantis yang biasanya dia pelajari sebagai referensi aktingnya.
"Maaf, tapi apa kalian berdua berkencan?" Julian tidak dapat menahan mulutnya berkata-kata.
Untungnya baik Jessica atau pun Hans tidak sedang dalam kondisi mengunyah atau minum sesuatu atau mereka akan tersedak karena pertanyaan Julian.
Julian menunggu jawabannya. Sejak awal mereka bertiga makan Hans terus memamerkan bagaimana dia begitu mengenal Jessica atau bagaimana dekatnya mereka.
Dimulai dari pilihan menu sampai peralatan makan. Jessica akan mulai makan setelah Hans memeriksa makanannya. Kemudian Hans akan memberi satu atau dua suapan dari piringnya untuk di coba oleh Jessica. Klise dan memuakan.
Julian sudah berusaha mengangkat topic ringan, berterima kasih atas kesempatan yang diterima untuk menjadi juru bicara Florence. Bercerita tentang prestasinya, film-film yang dibintanginya. Namun sepertinya semua pembicaraannya sia-sia karena Jessica tidak terlalu menanggapinya dan hanya makan. (Read: Jessica benar-benar tidak memperhatikannya sama sekali.)
"Tidak, tapi terima kasih untuk doamu." Kali ini Jessica menjawab meski nadanya belum cukup ramah.
Tatapan Jessica sudah tidak semengerikan saat pertama melihat Julian duduk di ruang pribadi yang dipesannya untuk berduaan dengan Hans. Tatapan kesal Jessica melunak seiring dengan perlakuan manis Hans padanya.
Jawaban Jessica memuaskan untuk Julian, nona besar di depannya ini jelas lajang. Tapi ya, jika mereka tidak berkencan, apa lagi yang membuat Jessica bisa begitu patuh pada Hans?
"Oh, sayang sekali. Padahal kupikir kalian beruda sangat cocok. Hans sepertinya pria yang sangat bertanggung jawab dan penuh kendali."
Julian mungkin ingin memuji Hans yang luar biasa karena bisa bekerja dengan Jessica. Namun wanita itu menangkapnya dengan bahasa lain, Hans memegang 'kendali' atasnya. Seolah-olah Hans telah mengendalikan Jessica selama ini.
"Terima kasih, aku juga sangat berharap bisa jadi pria penuh tanggung jawab yang ingin dikencani oleh wanita seperti Nona besar kita."
Hans menanggapinya dengan ramah sekaligus ironis. Ramah untuk Julian dan ironi untuk Jessica.
Bukankan sedari tadi Hans bersikap manis padanya? Jessica tertawa sumbang atas jawaban Hans.
"Oh, Aku lebih suka pria yang tahu diri," Jessica menambahakan ironi itu yang jelas ditujukan pada Julian.
Julian seharusnya tidak merengek, dia tahu sejak awal, kehadirannya disana tidak diinginkan. Julian harus punya mental lebih kuat jika ingin membuka sebuah peluang untuk dirinya sendiri.
Jika dia setidaknya berhasil mendapat perhatian dari Jessica, maka masa depannya akan secerah mentari. Dengan dukungan Jessica, Julian tidak perlu merasa takut pada Claudia lagi.
Tapi apa pria ini tidak punya rasa takut pada Jessica?
Mengusik Jessica bukanlah hal bagus. Bukan hal yang bisa kau pilih untuk dilakukan diwaktu senggang untuk iseng atau apa.
Jessica tidak tahu apa yang sedang Hans rencanakan, tapi ini seperti sebuah permainan yang menyenangkan. Sampai akhir acara makan mereka Hans bersikap manis dan penuh perhatian padanya. Apa Hans selalu begitu romantis saat makan dengan Jessica? Ah, andai saja tidak ada Julian disini.
***
Makan siang yang tadi itu, Jessica tidak bisa menyebutnya berhasil. Dia juga tidak bisa menyebutnya gagal, karena perlakuan manis Hans sepanjang acara makan siang. Jessica senang mengingatnya, tapi tetap rasanya janggal dan mengganggu.
"Apa itu tadi sebuah pertunjukan?" Jessica menatap selidik pada Hans. Mereka sudah ada di dalam lift menuju ruangan Jessica.
"Kita bukan aktor atau aktris seperti Julian, apa pun itu jangan kau sebut sebagai pertunjukan." Hans menjawab tanpa berpaling.
"Lalu harus kusebut apa Hans? Jika kau melakukan pertujukan untuk Julian, maka kau buang-buang tenaga." Jessica tidak ingin membuat pertujukan hanya untuk dilihat Julian, yang dia inginkan waktu berdua dengan Hans. Jadi dia jelas kecewa.
"Itu adalah apa yang orang-orang sebut sebagai kenangan. Anggap saja aku telah berusaha membuat kenangan manis untuk kau simpan."
Kenangan? Hans membuat apa, sebuah kenangan manis? Oh Tuhan yang benar saja.
Pintu lift terbuka dan Hans segera meninggalkan Jessica yang masih berusaha mencerna kata-katanya. Euforia yang menggelitik itu. Jessica segera mengejar Hans keluar dari lift dan mengapit lengan pria itu.
"Wah, aku tidak pernah tahu kau semanis itu Hans." Jessica tersenyum cerah seraya menggelayut mesra pada Hans. Hal-hal manis seperti ini dimasa lalu mungkin sering mereka lakukan, namun entah dengan masa depan.
Hans membalasnya dengan senyuman tipis. Hanya ini yang bisa dia lakukan untuk menyenangkan Jessica. Setidaknya untuk hari ini.
Kemudian tatapan Hans jatuh pada Jonatan yang sudah ada dikonternya. Memandang pada Jessica yang ada dipelukan Hans seolah-olah dia pacarnya yang tertangkap dengan pria lain.
"Apa yang kau lihat?" Jessica menyalak pada tatapan Jonatan itu. Siapa dia bisa melihatnya seperti itu?
Setelah berseru galak, Jessica masih bisa berpaling pada Hans dan berkata-kata dengan lembut. "Bagiamana dengan makan malam nanti, Hans?"
"Maaf, aku tidak bisa. Aku harus menemani Tuan Adam untuk makan malam dengan Tuan Wilson dan yang lainnya. Kau ingat pertemuan-pertemuan yang kau lewatkan minggu kemarin?"
Oh, ya Jessica melewatkan banyak hal minggu kemarin.
"Kenapa tidak kau serahkan tugas itu pada Jonatan? Dia seharusnya kau manfaatkan sebaik mungkin." Jessica tahu Jonatan mendengarkan percakannya dengan Hans dengan jelas dan dia seharusnya segera mengambil inisitif.
"Tidak bisa, kita sudah membuat janji dan itu telah ditetapkan kembali hari ini. Jika aku mengundurkan diri atau menyerahkannya pada orang lain, mereka mungkin akan mempertanyakan kredibilitas kita. Lagi pula ini makan malam terakhirku dengan Tuan Wilson. Aku perlu mengucapkan salam perpisahan dengan para kolega kita."
Mengapa Hans begitu masuk akal ketika membuat alasan untuk menghindarinya. Jadi satu-satunya waktu yang Jessica miliki dengan Hans hanyalah siang. Makan siang yang sangat berarti.
Sial, kata-kata perpisahan itu sungguh mengganggu Perpisahan itu sudah dekat. Jessica harus menggunakan waktunya sebaik mungkin.
Jessica melepaskan tautannya dari Hans, membiarkan pria itu kembali ke mejanya yang berada satu line dengan Joantan.
"Jonatan!" Jessica memanggil pria itu, "bawakan padaku kontrak kerjasama kita dengan Julian. Aku akan meninjaunya kembali dan mengubah beberapa hal."
Hans disana mendengarkan perintah itu, ia tahu Jessica akan melakukan sesuatu pada Julian setelah kejadian siang tadi tapi dia tidak menghentikannya. Hans membiarkannya saja. Julian pantas mendapatkannya.
Tentu saja, Jessica tidak lupa dengan sikap Julian siang ini. Wanita perhitungan ini selalu membalas setimpal atas apa yang dia dapatkan. Jika Jessica tidak bisa menurunkannya, maka dia hanya akan menekannya.