Chereads / Sekretaris Tampan ini Miliku / Chapter 46 - Si Pemegang Kendali

Chapter 46 - Si Pemegang Kendali

Hans memarkir mobilnya. Mereka ada disalah satu restoran bintang lima di pusat kota. Restoran itu besar dan tampak megah, namun Hans tahu bahwa restoran itu sebetulnya tidak cukup layak untuk mendapat bintang lima.

"Kita akan makan disini?" Hans melirik pada Jessica yang masih bersandar di kursi penumpang disebelahnya.

Jessica melipat kedua tangannya, berharap sesuatu dengan reaksi Hans dengan restoran yang mereka datangi siang ini. Jika bukan karena Hans, Jessica mungkin akan memilih restoran lain.

"Bukankah kau bilang makanan disini tidak enak?"

Oh bagus, Jessica senang mengetahui Hans berhasil mengingatnya. Meskipun ekspresi Hans belum seperti yang Jessica harapkan. Ini adalah restoran pertama yang Hans dan Jessica datangi berdua.

Saat itu Hans masih bingung dan tidak tahu apa makanan kesukaan Jessica. Jadi Hans memesan set makan VIP di restoran yang saat itu sedang booming. Naasnya, makanan di tempat ini ternyata cukup buruk sampai keduanya memutuskan untuk tidak pernah mengungkit restoran ini lagi.

"Kudengar mereka punya koki baru, lagi pula itu sudah lama bukan sejak kita makan disini."

Ya, itu sudah cukup lama tapi baik Hans ataupun Jessica masih bisa mengingatnya. Makan siang canggung pertama kali itu. Mereka tidak pernah makan disana lagi sejak saat itu.

Mungkin hari itu mereka sedang sial, mungkin saja kali makanan disini sudah cukup baik. Jika tidak restoran ini tentu tidak akan tetap buka.

***

"Permisi apakah ada reservasi atas nama Jessica Hartanto?" suara bass itu membuat resepsionis yang bertugas yang tadinya membeku ingin menjerit sekencang-kencangnya.

"Anda Julian, si aktor itu kan?" suara yang keluar dari sang resepsionis lebih terdengar seperti bisikan sekarang.Takut-takut dengan apa yang dilihatnya tidak nyata.

"Itu aku," dengan bangga Julian mengacungkan jarinya membentuk tanda V depan wajahnya.

Sang resepsionis hampir saja menjerit. Namun Julian memberinya kode untuk tidak berisik. Meskipun keadaan restoran tidak begitu ramai tetap saja Julian tidak ingin menarik perhatian orang. Sebisa mungkin hal yang dilakukannya hari ini tidak terlacak siapapun.

Sang wanita muda itu tentu meminta sebuah tanda tangan seperti fans-fans pada biasanya. "Ah, iya." Susah memang jadi aktris terkenal. "Apakah ada reservasi ada nama Jessica Hartanto?" Julian mengulang pertanyaannya.

Setelah terhipnotis sejenak, sang resepsionis segera memberikan informasinya. "Ada, reservasi ruang VIP pertama untuk dua kursi."

Dua kuris, hm? Jadi Jessica berencana makan berdua dengan sekretarisnya itu dan di ruang VIP? Apa-apaan mereka berdua itu?

"Tolong antarkan aku kesana." Julian siap mengikuti sang resepsionis, tapi dia sadar dia tak datang sendiri.

"Kau tidak akan mengajak kami?" Julian menatap sang asisten dan manajernya.

"Kakak!" Oh ayolah, seharusnya mereka mengerti posisi Julian saat ini. Pria ini sedang mencoba peruntungannya. Setelah bertukar kata dengan sang manajer akhirnya mereka setuju untuk membiarkan Julian dengan rencananya.

"Pesanlah makanan yang kalian inginkan, aku akan bayar tagihannya. Kabari aku jika ada sesuatu oke!"

Julian mengikuti sang resepsionis ke ruang VIP dilantai atas. Dua kursi itu, Julian memikirkannya. Tentu saja, dari kedua kursi itu, satu akan menjadi miliknya.

***

"Hei, kukira ruangan ini sudah kupesan!" Jessica berseru marah saat melihat sosok lain menduduki salah satu kursi yang telah dia pesan diruangan itu.

Jessica melirik tajam sang pelayan yang mengantarkan mereka. Apa mereka mungkin salah ruangan? Tidak, itu tidak mungkin, ruangan ini adalah ruang VIP pertama di restoran ini.

Akses masuknya bahkan terbatas.

"Ah, Nona J? Benarkah ini Anda, kebetulan sekali." Julian bangkit dari kursinya dan menyapa Jessica. "Senang bertemu dengan Anda, tadinya aku ingin mengundang Anda untuk makan disini."

Kebetulan? Jessica yakin ini bukan sebuah kebetulan. Manajer Julian telah menelepon bukan? Permintaan mereka telah Jessica tolak dan Julian dengan percaya diri dan berani muncul dihadapannya. Apa mereka bodoh atau coba membodoh-bodohi siapa?

Sementara itu Hans juga telah melihat van mencolok milik Julian itu saat keluar dari J Tower. Julian memang benar-benar mengikuti mereka berdua.

"Tapi aku tidak senang bertemu denganmu," Jessica menjawab Julian seketika. Wanita itu begitu jujur seperti biasa, seperti yang Hans kenal.

Julian tidak terkejut dengan reaksi Jessica, tapi nona besar ini ternyata memang sesinis itu. Mungkin seharusnya dia tidak melakukan hal ini. Ah, nasi telah menjadi bubur, dia harus menuntaskan yang satu ini. Jika dia mencoba lebih baik lagi, Julian mungkin akan mendapat sambutan yang lebih baik di kemudian hari.

Sang pelayan baru menyadari sosok yang membuat Jessica marah. Dia pastinya bukan pelayan bodoh yang mengantarkan Julian ke ruangan ini karena wanita muda malang ini tampak terperangah seperti orang bodoh sejak melihat Julian ada disana.

"Tolong ambilkan kami satu kursi lagi," Hans memberikan perintah pada sang pelayan itu. Butuh beberapa waktu hingga akhirnya sang pelayan mengukuti instruksi dari Hans.

Jessica memelototi Hans untuk permintaanya itu, untuk apa mereka menambah kursi?

"Kita harus makan siang bersama," kata Hans dengan riang seolah-olah kehadiran Julian bukanlah sebuah masalah. Hans menarik kursi kosong lainnya dan mempersilahkan Jessica untuk duduk terlebih dahulu.

"Aku tidak memesan ruangan untuk tiga orang, Hans." Jessica melipat tanganya, dia sengaja bersuara sedikit keras agar Julian mendengarnya dan sebaiknya mengetahui tempatnya. Dia tidak seharusnya tahu kalau dia tidak di terima disini.

"Anggap saja kita punya pertemuan siang seperti biasa. Kudengar Julian bahkan telah berusaha membuat janji temu denganmu bukan?"

Ya, lalu memangnya kenapa. Toh Jessica telah menolaknya dan siapa Julian sampai Jessica harus memenuhi permintaannya, dia hanya seorang aktor yang baru naik daun. Tidak ada artinya sama sekali.

Jika saja Julian bukan juru bicara untuk Florence maka Jessica bisa memastikan Julian akan kehilangan pekerjaaannya sebagai aktor saat ini juga.

"Jika kau tidak ingin duduk maka aku akan pergi makan sendiri dilantai bawah."

Oh, sial! Hans bahkan berani mengancamnya didepan Julian.

Jessica tidak pernah menjadi begitu penurut, dia biasanya melakukan yang ingin dia lakukan namun kali ini Hans sepertinya memegang kendali. Jessica duduk dengan manis dikursi yang Hans pilihkan itu dan kursi untuk Hans pun segera datang.

Hal bagus bahwa akhirnya Julian mendapat kesempatan makan dengan Jessica. Tapi kehadiran Hans, jelas bukan hal bagus untuknya. Julian bahkan tidak berani memikirkan cara untuk mengusir Hans, karena sepertinya Jessica begitu patuh dengan Hans. Apakah sebenarnya mereka ini?

Kenapa seorang asisten seperti Hans bisa mengendalikan nona besar yang satu ini? Apa rahasianya?

Julian harus berterima kasih pada Hans. Jika tidak ada Hans disana, Jessica mungkin sudah menendangnya keluar dengan mudah.