Chereads / Sekretaris Tampan ini Miliku / Chapter 26 - Seseorang yang tak harus kembali

Chapter 26 - Seseorang yang tak harus kembali

"Baru-baru ini seseorang menginginkan infomasi tentang latar belakang Jonatan secara rinci."

"Jonatan? Maksudmu anak nakal itu?"

"Benar tuan, mereka bahkan berani menawarkan harga yang cukup tinggi untuk bisa mendapatkan informasi tentang Jonatan."

"Cih, apa yang anak nakal itu lakukan sekarang? Apa yang membuat orang ingin tahu latar belakangnya."

"Menurut informasi yang kami terima, saat ini dia bekerja sebagai sekretaris direksi Group J."

"Sekretaris direksi Group J?" Pria tua itu tertawa puas dengan berita itu. Group J adalah salah satu dari perusahaan konglomerasi terbesar di negara ini. Persaingan untuk di terima disana sangat ketat dan selektif. Hanya lulusan terbaik di negeri ini yang bisa di terima disana. "Rupanya anak itu punya kemampuan, lalu mengapa Group J perlu menggali lebih dalam tetang anak ini?"

"Umm, pihak yang menginginkan informasi ini bukan berasal dari Group J. Kami sedang mencari tahu siapa mereka dan apa yang mereka inginkan dengan informasi ini."

"Jangan biarkan mereka mendapatkan informasi apapun dan jangan sampai ada yang tahu jika seseorang mencoba mencari informasi tentang Jonatan."

"Bagaimana dengan Nyonya Besar?"

"Dia tidak perlu tahu. Aku yakin dia bahkan tidak ingin mendengar nama anak ini disebut. Anak ini sudah lama menghilang dan tidak ada seorang pun yang menginginkannya disini."

Jonatan Pratama. Setelah membuang dirinya sendiri, anak ini sungguh berhasil tumbuh dengan baik dan bahkan mendapatkan posisi yang cukup bagus di Group J. Tidak akan ada yang menyangka kalau anak nakal ini memilih jalur seperti itu.

Sayangnya tidak akan ada yang merasa bangga atas pencapaian anak itu. Orang-orang dikeluarganya bahkan berharap tidak mendengar namanya lagi.

"Terus awasi apa yang anak itu lakukan dan berikan laporannya padaku."

***

Sepanjang sisa sore itu, Jessica menghindari Hans dan Jonatan. Entah itu panggilan tiba-tiba dari wakil presdir atau direksi lain, Jessica membuat mereka berdua menjauh dari kantornya.

Jessica siap kembali ke kantornya setelah memastikan Hans atau pun Jonatan tidak ditempat mereka. Sampai ketika jam pulang kantor, Jessica siap untuk membuka pintu.

"Kapan kau mencium Jonatan? Apa itu terjadi saat aku pergi?"

Jessica bahkan belum melangkahkan kaki keluar. Tapi Hans sudah berdiri didepan pintu, menodongnya dengan pertanyaan.

Jessica berjalan melalui Hans, mendahului Hans ke parkiran dan masuk ke mobilnya. Melihat Jessica tak berniat memberi penjelasan, Hans memilih untuk diam dan tidak memaksa wanita itu.

Jadiilah Hans menutup mulutnya sepanjang jalan. Hans hampir seperti seorang pria patah hati yang putus asa. Sementara Jessica mulai tidak tahan dengan suasana canggung itu.

"Kau tidak ingin bicara denganku?"

"Siapa yang tidak ingin bicara denganmu, bukankah kita sedang berbicara sekarang."

Pembicaraan apanya? Jika Jessica tidak bertanya apakah Hans akan membuka mulutnya.

"Kau belum menjawab pertanyaanku," kata Hans perlahan.

Jessica mengerti pertanyaan mana yang Hans maksud. "Haruskan aku menjawabnya?"

"Setidaknya beri aku sedikit alasan, kau bukan wanita yang dengan sembarangan mencium seorang pria bukan?" Hans berhati-hati dengan perkataannya. Dia bisa saja memaki Jessica wanita murahan yang mencium sembarang pria, tapi dia tidak melakukannya.

Meski begitu Jessica malah merasa seperti wanita yang mudah didepan Hans. Membuat Jessica menjawab sembarang, "Jonatan menggodaku saat kau tidak ada disini. Dia sangat meyakinkan dan aku terbuai olehnya, jadi aku menciumnya. Kau puas?"

Keheningan kembali melanda sampai mereka sampai diparkiran apartemen. Jessica turun dari mobil, meninggalkan Hans yang tidak terpikirkan dengan penjelasan absrudnya.

Meyakinkan apanya? Jonatan, pria itu meyakinkan? Lalu bagaimana dengan Hans?

"Apa aku tidak meyakinkan untukmu?"

"Aku tahu kau lebih dari meyakinkan. Tapi–"

Hans menarik tengkuk Jessica dan menyambar bibir wanita itu. Kali ini Hans yang mendominasi Jessica.

Jika saja Hans lebih lembut mungkin Jessica akan terbuai, tetapi permainan Hans yang agak menuntut itu membuat Jessica tetap sadar dan bahkan sedikit kewalahan. Kata-kata Jonatan siang tadi mendadak terlintas dibenaknya.

Jessica mendorong Hans sekuat yang dia bisa, "apa kau juga berpikir aku menyukaimu karena aku mencium mu?" Wanita itu menodong Hans dengan kalimat Jonatan.

Hans tersentak dengan pertanyaan itu. Memang benar bila Hans menyukai Jessica, tapi apa wanita itu juga menyukainya? Hans masih belum punya kepercayaan diri untuk mengatakan wanita itu mungkin menyukainya.

"Aku memang lebih yakin jika itu dirimu, tapi kau sendiri yang tidak punya keyakinan padaku. Pria macam apa yang mencium wanita lain saat dia akan menikah?"

Ya, Hans akan segera menikah. Kenyataan itu membuat Hans tenggelam dalam perasaan bersalah hingga tak terpikirkan untuk mengajukan pertanyaan yang sama pada Jessica. Lalu mengapa Jessica mencium Hans?

Sejujurnya Jessica tidak yakin dengan perasaan apa yang mengganggunya. Jessica masih merenungkan apakah dia menginginkan Hans karena nilai kehadirannya atau karena perasaan lain.

Jessica punya alasan untuk mencium Jonatan malam itu. Tapi akan sulit untuk menjelaskan mengapa dia mencium Hans pagi tadi. Meskipun begitu Jessica tidak dapat menjelaskan mengapa dia mencium Jonatan saat itu. Penjelasnya hanya akan menjadi suatu masalah yang lebih besar.

***

Akhir pekan datang kemudian, memberi semua orang jeda waktu untuk merenungkan perbuatan mereka masing-masing. Jessica salah satunya, pagi itu dia telah bersiap berangkat ke luar untuk menikmati akhir pekan.

Seorang wanita berseragam resepsionis menghampiri Jessica saat dia sedang menunggu taksi. "Nona J, mohon maaf ada titipan bunga untuk Anda."

Wanita itu menyerahkan sebuket bunga mawar pada Jessica lalu segera kembali ke meja resepsionis. Jessica tidak sempat menanyakan dari mana asal bunga itu, tapi ia segera tahu saat melihat warna kelopak mawar ditangannya.

Hitam lekat yang misterius. Hampir tidak ada yang tahu jika Jessica menyukai mawar hitam. Mawar-mawar itu tampak sangat cantik tapi mengerikan pada saat yang bersamaan. Dulu Jessica akan menerimanya dengan senang hati, kini mawar-mawar hitam itu berarti nasib buruk baginya.

Jessica mencabut sebuah kartu dari sana, tak ada nama pengirim. Hanya dua kata tertulis disana.

'Aku kembali.'

Kembali? Siapa yang ingin kembali? Orang ini tidak seharusnya kembali. Mata dan ingatan Jessica tidak salah rupanya. Orang yang dilihatnya saat grand launching Rossell malam itu memang dia. Seseorang yang tak harus kembali.

Jessica segera membuang buket mawar itu dan tetap menggenggam kartunya.

Jessica berbalik dan terkejut bukan main. Ia menabrak orang di belakangnya itu.

"Hei, aku kembali!" nada riang pria itu menyapa Jessica. Kata-katanya persis dengan pesan pada kartu yang terimanya. Apa semua orang yang telah pergi dari hidupnya berniat kembali saat ini?

Jessica menatap pria didepannya. "Kau sungguh punya nyali untuk kembali?"