Chereads / Sekretaris Tampan ini Miliku / Chapter 31 - Seseorang yang harus disalahkan

Chapter 31 - Seseorang yang harus disalahkan

"Oh, Hai Audy!"

"Kau yang disebut aktris internasional itu?" Claudia menatap Anna dengan lebih geram lagi.

Ya, Claudia mengenali Anna, seperti duri dalam dagingnya. Selama bertahun-tahun mereka menjadi rival. Claudia kira kepergian Anna ke Negara A adalah akhir dari perseteruan mereka dan dia bisa hidup damai setelahnya. Namun rupaya Anna masih ingin kembali dan membuat kekacauan seperti ini.

Dengan kehadiran Anna maka acara penandatangan kontrak pun segera dimulai. Anna dan Julian menandatangani kontrak mereka. Entah mengapa Julian dan Anna tampak sangat luar biasa saat mereka berdampingan.

Meskipun secara status Anna lebih tinggi dari pada Julian, pria tampan itu tampak tidak kekurangan cahayanya. Dia cukup pantas untuk berdiri di sisi Anna. Pemandangan itu hampir membutakan mata Claudia.

Claudia biasanya tidak tahan melihat Julian berdampingan dengan aktris lain. Sekarang melihat Anna yang berdiri disamping Julian, sungguh kecemasannya meletup-letup tak tertahankan. Terlebih bila melihat tatapan kegaguman yang Julian berikan pada Anna.

"Apakah Hollywood membuangmu sehingga kau perlu kembali ke negara ini? Kupikir kau seharusnya mendapat sebuah film besar lainnya. Kenapa kau kembali?"

Anna melirik Claudia yang langsung mengahampirinya setelah acara penandatanganan itu selesai. "Terima kasih, kau benar aku memang pantas untuk film besar lainnya." Dia tidak keberatan menyapa kawan lamanya itu.

Claudia tidak memungkiri bakat Anna dan kesuksesan yang dia raih. Meskipun kabar suksesnya Anna selalu menjadi racun bagi telinganya. Claudia bisa menahannya, dia tidak peduli karena Anna berada ratusan mill jauhnya. Namun dia tidak akan sanggup menahannya lagi jika Anna tepat berada didepannya. Kehadiran Anna hari ini adalah sebuah penghinaan baginya.

"Jangan terlalu cemas, aku hanya pulang untuk menikmati liburanku."

"Liburan!? Apakah kontrak Florence semacam tiket liburan bagimu? Tidak dapatkah kau mencari tempat liburan yang lain?"

"Jessica memintaku untuk menjadi duta Florence. Suatu kebetulan itu tepat pada saat musim liburanku. Kupikir tidak ada ruginya membantu seorang teman sambil liburan. Ah, aku lupa, kau mungkin tidak pernah membantu siapa pun, bahkan jika itu temanmu."

"Kau!" Claudia menahan dirinya karena beberapa orang mulai menatap pada mereka. "Ku ingatkan padamu, bekerjalah dengan professional dan jangan terlalu dekat dengan Julian."

Ah, jadi semua ini tentang Julian. Anna menangkap maksud Claudia sesuangguhnya. "Aw, jadi pria itu kekasihmu. Kalau begitu tenanglah, dia sungguh bukan tipeku."

"Sebaiknya kau pegang kata-katamu atau kau akan tau akibatnya."

Anna mengangguk menyetujuinya, dia maju dan berbisik tepat ditelinga Claudia, "Omong-omong, aku sudah punya kekasih dan dia seribu kali lipat lebih baik daripada pria milikmu itu."

Anna segera menyingkir saat melihat Julian mengampiri mereka. Meninggalkan Claudia yang siap meledak karena provokasinya yang terakhir.

***

"Aku bukan seseorang yang sabar dan lebih mudah untuk marah. Kau tau apa kesalahanmu hari ini?"

Jonatan berdiri dengan kepala tertunduk. Dia sadar jika dia telah melakukan kesalahan lainnya. "Aku telambat menjemput Anna." Keterlambatannya untuk menjemput Anna mungkin bukan sebuah masalah besar tapi tetap disebut sebuah kesalahan.

"Terlambat, huh! Kau tau, terakhir kali kau terlambat melakukan sesuatu, kau hampir mengacaukan perusahanku. Apa kau berpikir telambat seperti itu adalah hal kecil dan tidak apa-apa untuk melakukannya?"

"Maafkan aku, aku telah berusaha untuk tidak terlambat kali ini tapi sesuatu terjadi–"

"Persetan dengan alasan apapun itu Jonatan, kau pikir aku akan membiarkan seseorang terus mengacau di perusahanku?" Suara Jessica meninggi seiring dengan emosinya yang mulai naik.

Semua orang yang mendengarnya mungkin akan mempersiapkan dirinya untuk sesuatu yang lebih buruk seperti pemecatan. Jonatan sungguh tidak berharap itu akan terjadi.

"Jessica," suara dibelakang Jonatan mencairkan suasana suram itu. "Jangan terlalu menyalahkannya. Aku juga pantas disalahkan di sini karena tidak mengambil inisiatif. Seharusnya aku tidak menunggu jemputannya dan membiarkan diriku sendiri terlambat."

Itu Anna yang berbicara, setelah acara penandatanganan kontrak dengan Florence dia mengikuti Jessica kekantornya. Dia merasa bersalah saat melihat Jonatan dimarahi seperti itu. Anna tidak bermaksud membela Jonatan tapi tetap mencoba menenangkan Jessica.

Jessica sedikit banyak cukup terpengaruh dengan Anna. Meski begitu, Jonatan tetap bersalah.

"Kau tahu, kesalahanmu hari ini adalah kau membuang-buang waktuku. Seharusnya aku mengurus proposal kerja sama untuk CN Corp, tapi kau membuat aku harus datang untuk menyelesaikan kekacauan yang kau buat."

Itu masalah lain yang tidak dapat Anna campuri. Bahkan jika kali ini Jonatan dimaafkan, kesalahan yang lainnya terus membayang dan berpotensi menjadi sebuah masalah besar.

Jonatan mengingat kembali tentang keterlambatannya memberi informasi tentang Nyonya Besar dari CN Corp. "Kupikir aku bisa memperbaiki kesalahku yang sebelumnya."

"Kau memperbaiki apa?" Jessica terkejut dengan keberanian Jonatan.

"Aku bisa membantumu mengenai proposal kerja sama untuk CN Corp." Tanpa ragu Jonatan mengutarakan niat baiknya. Seolah-olah itu adalah hal yang mudah.

"Memangnya apa yang bisa kau lakukan hah. Kau pikir aku akan mempercakannya padamu? Hans telah mengurusnya untukku dan aku tidak akan membiarkan kau mengacaukannya lebih jauh lagi."

Sedikit yang Jessica tahu jika Jonatan mungkin dapat benar-benar membantunya. Jonatan hanya ingin menebus kesalahnya, dia juga tidak ingin kehilangan pekerjaannya untuk saat ini.

Jonatan tidak bisa berbuat apa-apa jika Jessica tidak mengijinkannya untuk membantu. Tapi jelas dia harus melakukan sesuatu untuk merubah keadaan.

"Keluar! Pergi dan persiapkan segala urusan untuk grand lauching produk baru Florence. Jika aku tahu kau mengacau sekali lagi maka aku tidak akan ragu merobek kontrak kerjamu."

Dengan begitu Jonatan keluar dari ruangan Jessica dengan patuh.

***

"Kau menakutkan." Anna berkomentar kecil.

"Ini bukan apa-apa, jika kau tidak ada disini mungkin aku sudah menghancurkan Jonatan berkeping-keping." Jessica memijat pelipisnya, kepalanya agak pusing karena emosi.

Jika tidak ada Anna disana mungkin hari itu akan menjadi hari terakhir Jonatan.

"Apa kesalahnya yang sebelumnya benar-benar fatal?" Mau tidak mau Anna menjadi tertarik dengan permasalahan Jonatan yang barusan dia dengar. Seperti Jonatan telah melakukan dosa besar sampai-sampai Jessica ingin menghancurkannya.

"Masalahnya kurang lebih mirip seperti kasusmu hari ini, hanya saja ini sangat mempengaruhi cara pandang klienku tentang kinerjaku dan kerjasama kami. Pengunduran diri Hans adalah masalah sebenarnya dan Jonatan membuat celah lain dengan membiarkan aku terlambat menemui klien ini."

Sialnya lagi Jessica hanya punya dua hari untuk mengatasi semua hal itu. Jessica menumpahkan semua pada Anna sahabatnya itu.

"Kedengarnya seperti Hans yang seharusnya kau marahi untuk semua kekacauan ini."

Jessica menatap Anna, wanita itu ada benarnya, seharusnya dia menyalahkannya pada Hans. Entah mengapa dia malah meluapkan semua amarahnya pada Jonatan.

"Baiklah aku tidak ingin lagi mengganggu nona tidak sabar dan cepat marah ini. Aku akan pulang ke rumah ibuku hari ini." Anna mengambil tas tangannya bersiap untuk pergi.

"Hm, Aku akan minta Hans menyiapkan kendaraan untukmu. Sampaikan salamku pada ibumu."

Anna maju dan memeluk sahabatnya itu, "aku akan menyampaikannya dan terima kasih untuk akomodasinya. Mari kita bicara setelah kau menyelesaikan masalahmu, kurahap semuanya berjalan dengan baik."

"Kurahap juga begitu. Selesaikan syuting dan pemotretanmu sebelum akhir pekan ini dan mari liburan setelahnya."

"Aye, aye, kapten. Aku akan bekerja sangat baik untuk Florence dan kau benar-benar harus memberikanku liburan yang layak."