"Ah, begitu." Jessica segera mengubah topiknya lagi saat Anna mencoba kembali membicarakan Hans.
Seteleh beberapa perbincangan tentang keluarganya, Anna menyadari jika Jessica sepertinya menghindari topik tentang Hans jadi dia tidak mencoba mengangkatnya lagi.
Namun masih ada satu hal yang menarik untuk dibicarakan. "Ah, bagaimana kau mendapatkan Jonatan menjadi sekretarismu?"
"Dia melamar untuk pekerjaan ini tentu saja, ada apa dengannya? Apa dia membuat masalah lagi?" Rasanya seperti setiap nama Jonatan disebut maka akan ada masalah mengikutinya.
"Tidak, hanya saja sepertinya ada sesuatu yang menarik tentangnya." Anna mencoba mengingat-ingat kembali saat dia melihat Jonatan terakhir kali. Ada sesuatu tentang pria itu.
Menarik apanya? "Dia hanya cukup beruntung. Jika kuingat lagi, dia membuat masalah saat pertama kali bertemu dengaku tapi saat itu aku hanya mengabaikannya saja. Sekarang entah apa yang dia lakukan sampai dapat memenangkan hati klien-ku. Jabatannya sekarang terjamin sesuai dengan kesepakatan kontrak yang kami buat."
"Benarkah? Apakah klienmu ini seorang wanita?" Anna butuh sedikit petunjuk lagi, ia hampir dapat mengingat penemuan menariknya.
"Ya, dia wanita besar, Nyonya tua yang mengerikan."
"Ah, seorang wanita..." Anna mengingatnya sekarang, saat dihotel dia melihat seseorang seperti Jonatan memeluk seorang wanita paruh baya.
Anna tidak yakin itu adalah Jonatan, jadi dia tidak memberitahukannya pada Jessica. Sekarang dia ingat mobil yang ada disisi pria itu memang mobil Audy yang Jonatan pakai untuk menjemputnya. Pria itu sudah pasti Jonatan.
Setelah mendengar apa yang terjadi, sepertinya cukup masuk akal. Mungkinkah Jonatan merayu seorang klien untuk mengatasi masalah yang dia buat? Seorang wanita tua? Ugh, jika itu benar maka sangat disayangkan sekali. Apa pria jaman sekarang memang suka melakukan apa saja untuk karir mereka?
***
Siang itu Anna mengajak Jessica makan siang bersama. Hans tentu tidak keberatan dengan perubahan agenda yang mendadak itu. Dia dengan senang hati menghubungi kolega mereka untuk pembatalan acara makan siang.
"Jadi dimana kita bertiga akan makan siang ini, aku akan mengantarkan kalian kesana."
Anna terdiam, dia menghitung kembali saat Hans menyebutkan angka tiga. Bukannya mereka seharusnya berempat? "Kita tidak mengajak Jonatan?"
"Kau ingin mengajaknya makan juga?"
"Kenapa tidak, dia adalah sekretaris Jessica sekarang. Bukankan kalian sudah sering makan bersama?" Anna tahu satu hal, Jessica akan selalu membawa sekertarisnya (dibaca: Hans) saat makan siang. Jika mereka tidak punya acara atau pertemuan, maka keduanya akan tetap makan siang berdua. Mereka tidak dapat terpisahkan.
Hans melirik pada Jessica, menunggu pendapat wanita itu namun Jessica tidak berkomentar. "Kurasa bukan ide bagus untuk membawanya." Hans menyatakan dengan jelas ketidaksenangannya dengan Jonatan.
Anna dapat melihat sorot dingin Hans saat dia menyebutkan nama Jonatan, pria itu jelas tidak menyukai Jonatan.
"Kalau begitu aku akan mengajaknya bersama kita," kilatan mata usil milik Anna menyalah. Dia sangat senang melakukan sesuatu berlawanan dengan orang lain, jadi penampakan yang Hans berikan hanya menambah alasan bagi Anna untuk mengajak Jonatan.
Anna keluar dari ruangan Jessica terlebih dahulu dan menyapa Jonatan didepan. "Makan sianglah bersamaku, Jonatan," suara merdu Anna terdengar seperti dia sedang melamar Jonatan alih-alih hanya mengajaknya makan siang. Wanita ini terlalu berlebihan.
Jonatan membeku ditempat, dia terkena sihir Anna. Jonatan akui, Anna bukan wanita yang bisa dia abaikan. "Kau mengajakku makan siang?"
"Ya, kau tidak akan salah dengar, mari ikutlah makan siang bersamaku."
Sekali lagi, Jonatan terperangah seperti orang tolol. Melihatnya, Anna hanya mencoba menahan tawanya. Mungkinkan pria ini sepolos itu atau dia sedikit bodoh? Anna berpikir kembali, dengan sikap seperti ini bagaimana mungkin Jonatan mampu merayu seorang wanita tua. Jonatan tidak memenuhi persyaratannya.
"Kami akan makan siang bersama, jadi kau ikut atau tidak?" suara tegas Jessica terdengar dibelakang. Dia sudah keluar ruangan dengan Hans disisinya menunggu keputusan Jonatan.
Jonatan tampak tolol jika berpikir Anna mengajaknya makan siang berdua. Jessica memperjelas situasi itu untuk Jonatan. "Oh, aku ikut." Akhirnya Jonatan mengikuti acara makan siang itu.
Mereka pergi dengan mobil jaguar F-Pace putih besar yang telah lama menganggur di parkiran. Itu adalah mobil lama Hans, mobil pertama yang Jessica berikan pada Hans untuk mengantar jemput dirinya. Singkatnya mobil itu penuh kenangan.
Hans sebenarnya tidak ingin mengemudi untuk Jonatan, tapi dia sungguh tidak rela jika Jonatan menyentuh kemudi. Jadi dengan berat hati, dia menyetir sementara Jonatan duduk disebelahnya, sedangkan Jessica dan Anna duduk di kursi belakang.
Anna mengarahkan Hans pada lokasi yang telah dia pesan untuk makan siang mereka.
***
Segera mereka sudah tiba di depan sebuah hotel besar yang tidak jauh dari tower J. "Kita sungguh akan makan siang disini?"
"Tentu, aku sudah memesan ruangan khusus untuk kita." Hans bahkan tidak ingin menatap pada bangunan didepannya. Pilihan Anna sungguh buruk bagi Hans.
Dari semua tempat yang ada di kota B, kenapa Anna harus memilih tempat itu? Sialan! Hans memaki dalam hatinya. Dia seharusnya tahu, jika ada kemungkinan Anna memilih tempat ini.
Hotel besar didepannya adalah Grand Ambassador Hotel, salah satu jaringan hotel yang dimiliki keluarga Kuntara. Sialnya, Tony adalah general manajer hotel itu sekarang.
Saat mobil jaguar Hans sampai di depan loby, seorang valet parkir membuka pintu untuk mereka. Jessica dan Anna segera turun, diikuti Jonatan dan Hans.
"Selamat datang di hotel kami, sebuah kebanggaan bagi kami untuk menerima Nona Ann, untuk berkunjung hari ini."
Itu Tony menyambut mereka. Dia menyalami Anna seperti sahabat lama yang terhormat.
"Selamat datang, cantik," Tony tak lupa mengerling pada Jessica.
"Apa kau telah menyediakan tempatnya?" Jessica bertanya pada Tony.
"Aku telah menyiapkan segalanya untuk kalian. Ah, mungkin kita perlu menambah kursinya." Tony melirik pada Hans yang sedari tadi membuang mukanya dan Jonatan yang diam seperti pria bodoh.
Hans mencuri pandang pada Jessica, dia segera dapat menemukan jawabannya bahkan tanpa perlu menanyakannya. Jessica dan Anna jelas telah merencanakannya. Jessica tahu mereka akan pergi ke tempat Tony dan dia tidak memberitahu Hans. Tiba-tiba Hans merasa menyesal telah menyetujui perubahan agenda Jessica siang ini.
"Biarkan aku memberikan pelayanan terbaik untuk kalian semua."