Pekan lalu, setelah kesalahpahaman diantara keduanya Hans dan Jessica menikmati akhir pekannya masing-masing.
Setelah kecanggungan yang Jessica hadapi siang tadi, dia berharap besar waktu di perjalanan pulang hari ini bisa mengubah keadaan. Karena seperti biasa, Hans akan mengantarkan Jessica pulang.
Akhir pekan ini, Jessica berharap dia bisa menghabiskanya dengan Hans. "Ehm, temani aku pergi menemui master Hauw besok ya."
Setiap akhir pekan Jessica akan mengambil kelas kebugaran dan pelatihan bela diri. Minggu lalu dia melewakan kelas dan berlatih dengan Adrian. Minggu ini dia harus mengikuti kelas ini, tentu sangat diharapkan dengan pendampingan Hans.
"Maaf, aku harus pergi ke Negara S untuk bertemu ayahku." Hans menjawab dengan pandangan lurus menatap jalanan. Tak ada penyesalan dimatanya karena menolak Jessica. Sepertinya Hans sudah mulai bisa mengatakan TIDAK pada wanita itu.
"Tidak dapatkan dia saja dia yang datang ke sini untuk menemuimu?" Itu sedikit aneh, karena setahu Jessica, Hans jarang pergi ke Negara S hanya untuk bertemu ayahnya.
Masih dengan ekspresi yang sama, Hans menjawab Jessica dengan tegas, "tidak! Ibuku juga akan pergi ke sana. Kami akan pergi untuk menemui calon istriku."
Oh, Calon istri? Sebutan itu bagai palu godam yang membentur kepala Jessica. Hantaman yang membantu menyadarkan Jessica kembali. Benar, Hans punya seorang calon istri sekarang dan dia juga akan segera menikah.
Haruskah Jessica pergi ke Negara S juga untuk membuntuti Hans dan melihat siapa wanita itu? "Apa kau juga akan pergi ke tempat kakekku?"
"Tidak, aku tidak akan punya waktu untuk bertemu dengan Ketua." Jawaban Hans memotong kesempatan Jessica untuk bisa menyarankan dirinya sendiri untuk ikut ke Negara S.
Cih, Hans bahkan berani bersikap sombong seolah-olah akhirnya pekannya kali ini akan dia habiskan untuk calon istrinya.
"Jadi, apakah wanita itu ada di Negara S sekarang?" Jessica kembali mengajukan pertanyaan.
"Ya, dia tinggal disana."
"Apa itu berarti kau akan tinggal di Negara S setelah menikah denganya?"
"Tidak, kami belum merencanakannya. Mungkin saja kami akan pindah ke negara lain." Seiringin dengan pertanyaan Jessica, jawaban Hans semakin tidak memuaskan baginya.
Apa Hans ingin menjadi bagian dari kaum gipsy yang hidup berpindah-pindah tempat? Ayolah mereka bukan berada di jaman nomaden lagi.
"Kalau begitu kenapa tidak tinggal saja di negara ini?" itu akan lebih baik untuk semua orang, terutama Jessica.
"Kami tidak bisa tinggal disini. Aku punya pekerjaan baru di nergara lain." Dan di negara mana itu sebenarnya? Mengapa Hans berputar-putar seolah merahasiakannya dari Jessica.
"Memangnya apa pekerjaan baru yang kau terima itu?"
"Pekerjaan bagus dengan nilai tak jauh dari yang kudapatkan sekarang," Hans tampaknya mulai tidak sabar dengan pertanyaan demi pertanyaan yang Jessica ajukan. Jessica memang terlalu banyak bertanya hari ini.
Jessica berhenti bertanya karena rupanya mereka telah sampai di loby apartemennya. Jessica agak keheranan saat melihat sinar-sinar lampu terang dari loby. "Kau tidak mengantarku sampai ke atas?" itu aneh karena Hans biasanya akan membawa mobilnya ke parkiran lalu mengatar Jessica sampai depan pintu apartemennya.
Jika Hans membawa mobilnya melewati loby, maka pria itu tidak mungkin akan turun. "Tidak, maafkan aku, aku punya ursan yang harus diselesaikan sebelum pergi besok."
"Oh, baiklah." Jessica kehabisan pertanyaan dan kehabisan waktu, mereka tidak bisa lama-lama di depan loby, jadi Jessica segera berpamitan dengan Hans.
Setelah melihat Jessica masuk kedalam barulah Hans menyalahkan mesin dan pergi. Hans tesenyum mengingat setiap pertanyaan yang Jessica ajukan padanya . Ini berarti Jessica masih memperhatikannya.
Hans merasa senang untuk ini. Seharusnya dia memakai sebutan calon istri itu sejak awal untuk melihat bagaimana Jessica beraksi. Wania itu tiba-tiba tampak menggemaskan untuk Hans.
***
Keesokan harinya, Jessica tidak dapat tidur dengan nyenyak. Dia menghabiskan malam untuk mendapatkan informasi bahwa Hans memang akan berangkat ke neraga S dengan ibunya. Mereka akan berangkat pukul sembilan nanti.
07.20 Begitulah angka yang ditunjukan jam dinding di depan Jessica. Masih ada waktu sekitar satu setengah jam sebelum keberangkatan pesawat.
Lirikan Jessica pada jam dinding itu membuat dirinya lengah dan terpaksa menerima pukulan yang cukup keras dari Adrian. Pagi ini, Adrian muncul ditempatnya dan menyeretnya kembali ke arena pertarungan untuk berlatih seperti minggu kemarin.
"Kau siap dikalahkan lagi hari ini?" Adrain sudah menyiapkan ancang-ancang untuk memukul Jessica lagi, pikirnya tinggal sedikit lagi dia akan segera menjatuhkan Jessica seperti minggu lalu.
Jessica mengangkat tangannya, "tunggu sebentar, aku tidak bisa berpikir bagaimana harus menyerangmu." Jessica tidak bermaksud untuk menyerah. Dia mengitari Adrian sekali, tampak seperti berpikir lalu tiba-tiba, wanita itu melepaskan sarung tinjunya dan melemparkannya keluar arena.
"Hei, ada apa, apa kau sungguh takut kalah dariku lagi?"
"Aku sedang tidak ingin bermain-main, Ad." Jessica terpikiran satu hal, "mari berhenti bermain dan kerjakan sebuah misi penting untukku."
"Misi? Kau ingin aku bekerja diakhir pekan?"
Setelah mereka berganti pakaian, Jessica siap untuk mengirim Adrian ke Negara S untuk membuntuti Hans. Jessica bahkan telah mendapatkan satu tiket dengan jadwal penerbangan yang sama dengan Hans.
"Kau sunguh-sungguh membuat ku melakukan ini? Kau ingin aku memata-matai Hans?" Adrian menatap boarding pass ditangannya. Waktu keberangkatan adalah pagi itu dan sebentar lagi, Adrian bahkan tidak punya cukup waktu untuk mempersiapkan dirinya.
"Bukankah ini pekerjaanmu, haruskah aku sendiri yang pergi ke sana dan memata-matai?" Jessica melipat kedua tangangannya di depan dada. Wanita didepan Adrian ini tampak persis seperti salah seorang senior BIN-nya yang sering memberikan Adrian tugas yang merepotkan.
"Kau sangat mengerikan. Lalu informasi apa yang kau inginkan?" Adrian bertanya lagi.
"Aku ingin tahu seperti apa calon istri Hans. Mereka akan bertemu hari ini, pastikan kau mengambil gambarnya dan mencari informasinya."
"Calon istri Hans?" Hm, ya belum ada orang yang pernah melihatnya bukan, sejujurnya Adrian juga mungkin penasaran. Seperti apakan wanita itu sebenarnya, sampai Hans bersedia mundur dari jabatannya.
"Tenang saja, aku tidak mempekerjakanmu secara cuma-cuma. Aku akan membayar harga sesuai dengan informasi yang bisa kau dapatkan."
Harga dan Uang itu bukanlah masalahnya. Adrian tidak pernah kekurangan uang, makanya dia tidak khawatir dengan gajinya yang kecil sebagai agen Negara. Keluarga besarnya punya pangkat yang cukup tinggi di pemerintah dan dia menikmati pekerjaan menjadi agen BIN hanya untuk bersenang-senang.
Akhirnya, Adrian menerima misi untuk mengawasi Hans di Negara S kali ini. Sementara Adrian dikirim ke Negara S. Jessica pergi ke rumah Anna untuk membunuh waktu dan menghabiskan akhir pekannya itu.