Hans memperhatikan gerak gerik Jessica, akhir-akhir ini wanita itu tampak begitu memperhatikan Jonatan. Mau tidak mau Hans juga melirik pada Jonatan yang duduk manis dibelakang. Entah mengapa rasanya ada yang salah. Hans tidak suka saat Jessica melakukan hal-hal seperti ini.
***
Siang itu kedamaian tampak lebih nyata dari biasanya. Meskipun tugas kerja mereka masih tetap sama, semua orang merasa tenang karena besok adalah akhir pekan. Mereka hanya harus menyelesaikan segala hal yang diperlukan hari ini agar bisa menikmati akhir pekan dengan tenang.
Pekerjaan minggu ini hanya untuk minggu ini, minggu depan punya pekerjaan lain yang menunggu. Begitu bunyi salah satu slogan yang pernah Jessica ungkapkan.
Bicara tentang minggu depan, minggu depan adalah minggu terakhir Hans akan bekerja. Jessica tiba-tiba terpikir hal itu setelah kembali dari makan siang mereka. Pikirannya terpecah dengan pekerjaan dan hal-hal lain sebagainya.
Anna, benar, Jessica benar-benar harus memikirkan masalah ini dengan baik. Dia akan segera kehabisan waktu. Tinggal seminggu lagi dan dia mungkin akan kehilangan Hans untuk selamanya. Agak berlebihan, seperti Hans akan langsung menikah minggu depan dan menghilang begitu saja dari hidupnya. Tentu kenyataan tidak akan seperti itu kan?
Jessica menekan interkom, "Hans, bawakan aku secangkir teh, segera!"
Jessica butuh sesuatu untuk menjernihkan pikirannya. Dia juga tiba-tiba ingin melihat wajah Hans.
Saat mendengar ketukan di pintu Jessica menegakan punggunggnya dan siap menyambut Hans, "masuk!"
Saat pintu terbuka, seorang pria masuk dengan secangkir teh ditangannya. Sayang sekali pria itu bukan Hans, rupanya itu Jonatan. "Dimana Hans, bukankan aku meminta Hans untuk mengantarkan tehku?"
"Hans baru saja pergi ke menemui direktur teknik dan pengembangan," Jonatan meletakan cangkir teh di atas meja kerja Jessica.
"Lalu apa yang kau lakukan, kenapa tidak kau saja yang pergi ke sana?" Jessica mengeluhkan seolah-olah Hans bekerja begitu keras sementara Jonatan hanya bersantai di mejanya.
Jessica menjadi lebih sensitif padanya, Jonatan bisa merasakan hal itu. Rasanya seperti semua yang Jonatan lakukan akhir-akhir ini tampak salah di mata Jessica. Kenyataannya adalah Jonatan selalu muncul dihadapan Jessica pada saat yang tidak tepat, seperti saat ini.
"Aku baru saja menerima surel mengenai rencana lauching produk baru Florence, direktur pemasaran berencana akan mengeluarkan iklannya minggu depan dan kita akan mengadakan acara lauching pada awal bulan."
Jessica tahu, itu memang seperti rencana awal yang pernah dia bahas bersama direktur pemasaran. Florence akan mengadakan lauching pada awal bulan april mendatang. Ini sudah hampir akhir bulan dan Hans juga akan pergi. Artinya Hans tidak akan ada disisinya saat acara grand launching produk Florence.
Oh, tidak!
Mendadak hatinya berdenyut tak enak, rasanya pasti akan kurangan jika tidak ada Hans. "Minta direktur pemasaran untuk memajukan jadwal launching Florence!" Jessica membuat sebuah keputusan mendadak.
"Kau ingin memajukan acara launchingnya?" Jonatan bertanya lagi untuk memastikan.
"Kenapa tidak, kita semua telah mempersiapkannya dari jauh-jauh hari. Kupikir semuanya sudah siap bahkan jika aku minta acara itu diadakan besok." Jessica berbicara seolah hal-hal itu akan langsung terjadi seperti ucapannya.
Mereka bahkan belum mengeluarkan iklannya, bagaimana Florence bisa mengadakan grand lauching tiba-tiba?
Jessica sungguh tidak memikirkan hal-hal itu. Dia hanya berpikiran praktis, minggu depan akan menjadi minggu terkakhir Hans. Jadi Grand Launching Florence akan menjadi acara terakhirnya bersama dengan Hans. Jessica harus memastikan hatinya dulu dan menikmati saat-saat terakhirnya bersama dengan Hans.
***
Setelah kembali seusai menemui direktur teknik dan pengembangan, Hans mendapati Jonatan yang baru saja keluar dari ruangan Jessica. Kedua mata mereka saling melirik tak sedap, seolah memergoki satu sama lain.
Dalam pikiran Hans, Jessica menemui Jonatan secara diam-diam dibelakangnya saat Hans tidak di tempat. Jessica tampaknya punya interaksi tak biasa dengan Jonatan.
Hans mengamati gerak gerik Jonatan, pria itu tampak sibuk dengan surel-surel masuk dikomputernya. Mungkinkah Jessica memberikannya pekerjaan tambahan?
Hans mengetuk dan masuk ke ruangan Jessica, dia segera melaporkan perkembangan yang terimanya dari direktur teknik dan pengembangan. Hans tidak mengajukan pertanyaan pada Jessica tentang apa yang wanita itu perintahkan pada Jonatan. Hans menekan rasa ingin tahunya.
"Kerja bagus, pastikan pengembangan lahan itu berjalan dengan baik." Jessica ingin menambahkan bahwa Hans harus memastikan pekerjaan itu berjalan dengan baik sebelum dia pergi, namun mulutnya malah mengatakan hal lain.
"Jangan bekerja terlalu keras, Hans. Suruh saja Jonatan, biarkan Jonatan belajar untuk mengatasi hal-hal seperti ini untuk kedepannya." Kata-kata itu sungguh lain dari yang ingin Jessica katakan.
Kata-katanya bermaksud untuk memberi Hans perhatian, tapi lebih terdengar seperti Jessica menyuruh Hans menyerahkan pekerjaannya pada Jonatan karena toh dia akan segera berhenti. Miris karena seperti itulah yang Hans pikirkan.
"Terima kasih, tentu aku akan membiarkan Jonatan untuk mengurusnya untuk kedepan nanti. Kuharap dia sebaik yang Nyonya Laura harapan." Hans keluar ruangan, sementara Jessica mendesah kecewa karena tidak dapat mengatakan yang sebenarnya. Mengapa sangat sulit untuk bersikap penuh perhatian?