Chereads / Sekretaris Tampan ini Miliku / Chapter 34 - Alasan yang dibuat-buat

Chapter 34 - Alasan yang dibuat-buat

Siang itu Nyonya Laura benar-benar menjamu Jessica makan siang. Jessica hanya membawa orang-orang terbaiknya. Tentu saja Hans dan ya, Jonatan. Sebenarnya, tidak pernah pada rencananya bahwa dia akan membawa serta Jonatan. Namun pria itu berhasil memperoleh gelarnya secara terhormat dari Nyonya Laura jadi Jessica tidak mungkin mengabaikannya lagi.

Nyonya Laura bahkan mempersilahkan Jonatan duduk disampingnya. Sang nyonya besar segera memesan hidangan terbaik untuk menjamu mereka. Entah mengapa rasanya seperti orang yang ingin dijamu oleh Nyonya Laura adalah Jonatan bukannya Jessica.

"Menu yang anda pilih benar-benar enak Nyonya. Aku sungguh tidak tahu jika anda menyukai makan seperti ini." Hans bermaksud memuji selera Nyonya Laura.

Yang Hans tahu Nyonya Laura sangat menyukai makanan dari timur tapi hari ini mereka makan selusin hidangan dari utara. Sungguh perubahan selera yang mendadak.

Yang mengejutkannya lagi Jonatan melahap makanannya seperti orang kelaparan. Jonatan mungkin telah meletakan sendoknya pada semua hidangan yang ada dimeja. Dia tidak melewatkannya satupun. Seolah-olah semua hidangan itu memang diperuntukkan bagi dia.

"Makanmu sangat lahap, kunyahlah perlahan dan jangan khawatirkan apapun." Nyonya Laura berkomentar penuh perhatian saat melihat Jonatan yang lahap.

Bahkan Hans tidak pernah diperlakukan sedemikian rupa, tapi Jonatan mendapat perhatian khusus dari sang Nyonya besar.

Jessica tidak ingin berkometar apa pun. Dia merasa sedikit malu dan tidak nyaman dengan bagaimana sikap Nyonya Laura sekarang. Alih-alih seperti seorang kolega, Nyonya Laura bersikap selayaknya seorang ibu yang makan bersama anak-anaknya.

Perasaan itu diluar jangkauannya, Jessica tidak menyukai perasaan ini. Dia jadi teringat dengan ibunya.

Jessica makan dengan cepat karena selera makannya menguap begitu saja. Sekali lagi Jessica berterima kasih pada Nyonya Laura atas kesediannya memperpanjang kontrak mereka, dan juga untuk jamuan makannya.

Pada saat acara makan itu selesai, Nyonya Laura tiba-tiba mengajukan sebuah permintaan aneh lainnya. "Jika kau merasa berterima kasih padaku, ijinkanlah Jonatan mengantar aku ke bandara. Aku akan dengan senang hati menganggapnya sebagai rasa terima kasihmu, Nona J. "

"Tentu, Jonatan pasti akan merasa terhormat bisa mengantar anda." Jessica melirik pada Jonatan. Pria itu mendengarkannya dengan jelas bukan, jadi Jessica tidak perlu menyuruhnya lagi.

Begitulah Nyonya Luara membawa Jonatan dengan sebuah permintaan atau mungkin paksaan yang halus.

***

"Terima kasih atas bantuan anda Nyonya."

Tentu Jonatan juga tidak lupa untuk berterima kasih atas apa yang telah Nyonya Laura lakukan untuknya. Pertemuanya dengan Nyonya Laura mungkin sebuah musibah kemarin tapi itu menjadi sebuah mukjiat bagi Jonatan hari ini.

"Bagaimana mungkin aku tidak membantumu. Bukankan sudah kukatakan aku telah menganggapmu seperti anakku sendiri Jonatan. Aku menyayangimu, seperti ibumu menyayangimu."

Seseorang dari masa lalu muncul didepannya. Awalnya Jontan tidak mengira Nyonya Laura yang dia dengar adalah Nyonya Laura yang dia kenal. Semuanya seperti mimpi. Jonatan sudah lupa berapa tahun telah berlalu semenjak terakhir kali dia melihat Nyonya Laura.

Jika saja orang itu bukan Nyonya Laura yang dia kenal, mungkin saat ini Jontan telah ditendang dari perusahaan. Dia akan jadi seorang pengangguran. Namun Tuhan masih bersikap adil padanya dan memberinya sebuah jalan pintas.

"Jangan panggil aku Nyonya. Bukankan kau selalu memanggilku bibi. Jika kau ingin, kau boleh memanggilku ibu." Tatapan Nyonya Laura penuh dengan naluri keibuan.

Orang yang melihatnya mungkin akan salah memahami jika Jonatan mungkin saja putranya. Namun Jonatan bukan putranya, dia hanya seorang putra dari sahabat baik Nyonya Laura.

"Aku tidak akan berani melakukannya sekarang. Maafkan aku telah membuat anda mengambil keputusan besar seperti ini. Seharusnya aku tidak meminta anda menolongku dengan kontrak kerja sama ini."

Nyonya Luara tersenyum lembut, "aku yakin keputusanku kali ini sudahlah tepat. Bisa membantumu dan mendapatkan kontrak kerja sama dengan J Internasional adalah hal yang baik. Sejak awal aku memang telah menaruh hatiku pada kontrak kerja sama ini.

Jason Hartanto adalah orang yang mengagumkan, dia sangat beruntung punya putri yang cukup kompeten. Aku selalu senang karena J internasional tidak pernah gagal memenuhi target-target yang ingin kami capai. Jadi sebenarnya tidak ada alasan bagiku untuk menghentikan kontrak kerja sama kami."

Mendengar penjelasan Nyonya Laura, beban di pundak Jonatan rasanya telah diangkat. Senang mendengar Nyonya Laura begitu menyukai perusahaannya.

"Bukankah anda ingin mengakhiri kontrak ini karena Hans akan mengundurkan diri?"

"Itu hanya alasan yang dibuat-buat, nak. Jessica punya kompetensi, dia mungkin bisa menjalankan perusahaan bahkan tanpa bantuan Hans. Hanya saja aku tidak suka sikap percaya dirinya yang menurutku berlebihan, terkadang dia perlu merasa kalau dirinya tidak sebaik itu."

Jonatan ingin menertawakannya, entah apa yang akan Jessica lakukan jika dia mengetahuinya. Nyonya Laura tidak membenci wanita itu, hanya saja dia terkadang tidak menyukai Jessica. Itu saja.

Jonatan dan Nyonya Laura telah sampai di bandara. Sebelum Nyonya Laura check-in, dia mengajukan sebuah pertanyaan pada Jonatan. "Kau tidak berniat kembali pada ayahmu?"

Itu adalah pembahasan yang paling Jonatan hindari selama pertemuannya dengan Nyonya Laura. Dia berharap Nyonya Laura tidak pernah menanyakannya. Namun sudah terjadi.

"Kupikir dia mungkin merindukanmu, kudengar dia sedang mencarimu, nak." Nyonya Laura melanjutkan kata-katanya.

Tidak! Dia tidak akan mencariku. Begitulah yang selama ini Jonatan yakini, ayahnya tidak mungkin mencarinya setelah membuangnya. Jonatan memang melarikan diri dari ayahnya, namun sang ayah sendiri tak pernah berusaha mencarinya setelah itu.

Jonatan bungkam tidak memberikan jawaban apapun pada Nyonya Luara. Wanita tua itu mengerti dan tidak bertanya lebih jauh.

"Kau memilih perusahaan yang bagus, nak. Tetaplah disana jika kau tidak ingin kembali."