"Kita tidak membutuhkannya."
Seluruh ruangan itu mungkin akan segera muntah darah. Jessica baru saja bilang tidak membutuhkan aktris itu untuk mereka. Semua waktu dan usaha yang mereka keluarkan sekarang, memangnya untuk apa semua itu?
"Nona, kami membutuhkan seorang aktris untuk menjadi juru bicara Florence dan tentu untuk iklannya. Apa yang anda maksud bahwa kita tidak membutuhkannya?"
"Aku tidak perlu aktris yang direkomendasikan oleh Julian." Jessica menjelaskan dengan malas.
Seperti tidak ada aktris lain di negara ini. Apakah para direksi itu berpikir Jessica bodoh atau apa?
"Jika Anda tidak ingin mengunakan aktris yang direkomendasikan oleh Julian lalu siapa lagi aktris yang dapat beradu peran denganya?"
Jessica sungguh ingin tertawa keras lalu meneriaki direksi bodoh itu dan bertanya-tanya apakah mereka tahu siapa akrtis yang direkomendasikan oleh Julian itu.
Jessica melempar dokumen aktris itu pada Jonatan. "Aku telah mengundang seorang aktris secara pribadi. JIka tidak ada halangan kita bisa menandatangani kontak dengannya selasa depan."
Seorang aktris yang diundang secara pribadi, siapa itu? Beberapa direktur tampak meremehkannya. JIka memang wanita itu bisa mencari aktrisnya sendiri lalu mengapa mereka harus melalui semua masalah ini.
Rapat itu berlanjut dengan topik lainnya dan berakhir tepat untuk jam istirahat makan siang.
"Nona, siapakah aktris yang kau maksud itu?" Tuan Adam sang wakil presdir menghampiri Jessica untuk bertanya.
"Dia seorang aktris tanah air yang berhasil go international. Dia telah membintangi salah satu box office dari Negara A dan berhasil masuk dalam nominasi Academy Award."
"Aktris internasional? Bukankan itu akan membutuhkan anggaran yang lebih besar untuk mengontraknya." Adam cukup terkesan dengan bagaimana Jessica
mengatasi setiap kesulitan dalam perusahaan. Jadi dia berharap yang satu ini juga berjalan baik.
"Jangan permasalahkan tentang anggaranya. Dia bukan seseorang yang akan hitung-hitungan denganku."
"Baiklah, saya mengerti Nona." Dengan begitu Adam segera mengerti bahwa hubungan baik sang presdir dengan aktris yang disebutkan ini lebih dari cukup untuk menjamin segalanya.
Mereka pun segera mempersipakan kontrak untuk juru bicara Florence.
***
Di salah satu ruang management Florence.
"Apakah kalian telah menetukan aktris yang akan berperan dengaku?" Julian menatap salah satu manager Florence dengan tidak sabaran.
Sudah beberapa waktu sejak pihak Florence mengundangnya sebagai juru bicara produk baru mereka. Mereka bahkan telah menjanjikannya akan tampil bersama aktris terbaik di negri itu. Tapi pada akhirnya sang akris malah mendukung perusahaan lain.
Julian Scott adalah seorang aktor diakhir 20an. Muda, tampan rupawan dan tentu bertalenta. Dia telah membintangi belasan drama televisi dan beberapa film layar lebar. Dia berhasil memenangkan penghargaan aktor terbaik untuk dua tahun berturut turut dan suskes memimpin film terakhirnya menjadi salah satu film pemecah rekor box office nasional tahun ini.
"Para atasan di kantor pusat Group J telah membuat keputusan. Mereka mengatakan bahwa presdir telah mengundang seorang aktris secara pribadi untuk berperan sebagai juru bicara Florence."
"Jadi rekomendasiku secara tidak langsung ditolak?"
"Ya, tidak ada yang dapat kami lakukan karena nona besar sendiri yang telah membuat keputusan."
"Nona besar? jadi rumor itu benar kalau J Internasional sekarang dipimpin oleh seorang wanita?" Julian telah mendengar hal itu sebelumnya, bahkan nona besar itu sendiiri yang konon memilihnya dari antara aktor-aktor hebat lainnya.
Sang manager mengiyakan. "Dia wanita yang hebat, aku jamin kau pasti akan bertekuk lulut padanya." Manager itu berbisik pada Julian.
"Lalu siapakan aktris yang direkomendasikan secara langsung ini?" Wanita disebelah Julian tidak tahan dengan rasa ingin tahunya.
"Kami belum tahu mengenai hal ini. Tetapi mereka telah menjadwalkan penandatangan kontrak kami dengannya minggu depan."
"Maaf aku tidak berhasil mendapatkan kontraknya untukmu." Julian mentap wantia di sampingnya dengan rasa bersalah.
Wanita itu tampak murung, "Tidak apa-apa sayang, masih banyak perusahaan lain yang lebih besar dari Florence." Wanita itu punya perawakan sempurna dan setiap gerakannya mampu membuat pria mendamba, seperti salah satunya yaitu Julian.
Meski tersenyum penuh pengertian, wanita itu mendendam dalam hatinya. Wanita ini selalu dapat apa yang dia inginkan, jadi penolakan kali ini bukan sesuatu yang akan dia terima begitu saja.
Lagi pula siapa yang disebut-sebut sebagai nona besar ini? Tidak ada satu orang pun yang bisa menghalanginya tidak Nona besar J Internasional atau siapa pun itu.
***
Siang itu Jessica tidak mengeluhkan tentang makan siangnya karena Hans menghubungi siang itu. Bahkan itu bukan hanya sekedar panggilan biasa, Hans memberi Jessica sebuah video call.
"Apa kau menikmati hadiahmu semalam?"
"Itu bahkan tidak bisa dihitung sebagai hadiah. Philip mengatakan padaku kalau dia secara khusus memberikanmu jadwal penganti atas rencanaku sebelumnya. Kau berhutang padaku."
"Jadi kau akan tetap pergi dengan Thomas sore ini?"
"Ya, itu adalah pilihan terbaik yang aku punya dari pada makan malam sendirian."
"Kau bisa makan dengan Jonatan."
"Mengapa aku harus makan dengan Jonatan? Seolah tidak ada cukup pria yang bisa kupilih. Bukankah kau juga tidak suka dengan Jonatan."
"Apa aku pernah bilang aku menyukainya, aku tidak, Jess."
Jessica tersenyum hangat, ia sangat suka saat Hans memangilnya begitu santai seperti itu.
"Setidaknya Jonatan adalah pilihan terbaik menurutku. Dia mungkin terpesona denganmu tapi tidak akan cukup berani untuk mengejarmu seperti yang dilakukan Thomas, Tony atau yang lainnya."
Jessica melirik Jonatan dengan ekor matanya. Jonatan disana di ruangan Jessica, dia mendengar setiap omong kosong yang Hans ucapkan. Siapa yang bilang dia tidak berani mengejar Jessica?
"Lalu kapan kau akan kembali?"
"Mungkin minggu depan."
Diam-diam Jonatan melangkah keluar dari ruangan itu. Dia tidak ingin mendengarkan percakapan Jessica dan Hans lebih jauh.
***
Karena Jonatan telah mendengar Hans menyebutkannya maka dia menghubungi Thomas untuk membatalkan janji Jessica kemarin. Dia bahkan menambahkan kalau Jessica tidak dapat membuat janji sampai minggu depan.
Thomas menerima pesan dari Jonatan, dia merasa satu rintangan muncul menggantikan tempat Hans.
"Cari tahu latar belakang sekretaris baru itu!"
Thomas harus tahu siapa yang dia hadapi sebelum memperhitungkannya sebagai lawan. Bila diperlukan dia mungkin akan mengambil langkah pencegahan untuk sekretaris baru Jessica yang satu ini.
***
"Kau sungguh akan makan malam sendiri hari ini?" Jonatan bertanya pelan-pelan pada Jessica yang sudah duduk dikursi penumpang disampingnya.
"Aku akan makan sendiri itu urusan mu. Apa kau pikir aku mungkin mendengarkan Hans dan makan bersama denganmu lagi malam ini?"
"Tidak, maksudku mungkin aku akan makan sesuatu yang enak jika bisa menemanimu makan malam ini."
"Aku tidak makan dengan sembarang orang ingat." Tentu saja banyak pria mengantri di luar sana, tidak ada alasan bagi Jessica untuk kehabisan pilihan.
Jonatan mengantar Jessica kembali ke apartemennya. Malam jumat itu Jessica nikmati dengan memanggil layanan spa ke apartemennya. Relaksasi seperti itu memang sangat-sangat berguna.
Belakangan ini Jessica telah banyak khawatir tentang beberapa hal. Sudah lama rasanya dia tidak sesantai itu. Jessica tidur lebih awal hari itu dan mendapat tidur nyenyak yang layak.
Jessica kira dia sedang bermimpi indah saat melihat siluet pria jangkung menyibak jendela dikamarnya. Dia ingin mengakuinya kalau dia mulai merindukan pria itu sekarang.
Berkas-berkas cahaya mengusik Jessica. Rasanya begitu nyata karena cahaya mentari yang menyilaukan. Pria jangkung itu mendekat ke ranjangnya dan duduk ditepi. Sementara Jessica memutuskan untuk kembali memejamkan matanya, berharap suatu penglihatan bagus lainnya.
Tetapi Jessica menjadi tidak yakin saat sesuatu yang dingin menyentuh keningnya. Perasaan itu nyata, hingga saat Jessica menggerakan tanganya dia mendapati tanganannya bersentuhan dengan sesuatu. Ah, itu kulit seseorang.
"Astaga! Sedang apa kau disini?" Jessica hampir melompat dari bawah selimutnya saat melihat pria itu ada dihadapanya.