"Apa ini yang biasanya kau lakukan dipagi hari?"
Pria itu berhasil menyingkirkan wanita gila itu dari pelukannya.
Wanita itu menyeringhai dan berhenti menyerang pria dihadapannya. "Akan lain ceritanya jika pria itu bukan dirimu."
Tangan wanita itu menyetuh rahang sang pria dengan gerakan sensual. Jemarinya membersihkan noda lipstick di sudut bibir pria itu. Menghapus setiap jejak cumbuan disana.
"Menggodaku tidak akan memberikan manfaat apa pun padamu. Justru itu membuat penilaianku padamu semakin menurun."
"Maksudmu nilaiku rendah dimatamu? Lalu bagaimana dengan wanita itu? Berganti pria setiap hari atau setiap minggu, tidakkah itu tampak lebih rendah dimatamu?"
"Para pria itu, mereka bukan apa-apa dimataku. Jadi tidak ada alasan bagiku untuk melihat rendah padanya. Bukahkah kau telah memahaminya cukup lama?"
"Apa yang kupahami, Hans? Aku tidak paham apa pun tentang dirimu. Kau bilang kau menyukainya, tapi sekarang kau akan meninggalkannya dan pergi menikahi wanita lain."
"Wanda, lupakanlah aku!"
"Aku mencintaimu Hans."
"Aku juga mencintainya, tapi aku tidak bisa berada disisinya. Bukankah ini adil untukmu?"
Wanda mendesis, usahanya menggoda Hans tidak berhasil seperti yang dia harapkan.
Rencannya adalah mendapatkan Hans untuk dirinya. Wanda meminta pada Jessica agar membiarkan Hans menjadi asistennya untuk beberapa waktu sehingga Wanda memiliki kesempatan untuk mendekatinya.
Bahkan bila Wanda rela menyerahkan seluruh dirinya pada Hans, pria itu tetap menolaknya.
"Tidak semua hal yang kita inginkan dapat terpenuhi. Kali ini Jessica membiarkan aku berada disini bersamamu, dimasa depan aku bahkan tidak akan melirik padamu sekalipun dia yang meminta aku melakukannya."
***
"Perbaiki klausulnya!"
"Kapan SM Konstruksi memulai cut and fill lahan kami?"
"Dimana laporan market test FLORENCE dan dimana kopiku Jonatan!"
Memanggil namanya dengan benar adalah bagus. Tetapi ini bahkan melahirkan perasaan lebih buruk dibanding ketika Jessica memanggilnya Hans.
Kebekuan wanita itu berubah menjadi sebuah lava yang meletup-letup. Jessica telah meledak-ledak sepanjang pagi. Seolah tidak ada yang membuatnya puas hari itu.
"Apa yang terjadi dengan Nona J? Mengapa dia seperti itu hari ini?" Jimmy disana untuk mengambil dokumen untuk wakil presdir.
"Aku tidak tahu, ambil ini dan minta Tuan Adam memperbaiki klausulnya. Aku harus menghubungi direktur marketing untuk laporan MT."
Jessica tidak dalam suasana yang baik hari itu. Dia kehilangan sebuah esensi sejak kemarin dan itu sangat mempengaruhi performanya hari ini. Entah sejak kapan wanita ini kehilangan kendali dirinya.
***
"Apakah kau sekretaris baru Jessica?"
"Aku… " itu bukan Jonatan, Jimmy disana untuk mengantarkan kembali kontrak yang telah diperbaiki oleh wakil presdir. Tetapi karena Jonatan sedang tidak ada dimejanya, pria itu duduk dikursi kosong dan mencoba mengambil peran sebagai sekertaris presdir. Sesuatu yang diimpi-impikannya.
"Dapatkah aku menemuinya sekarang?"
Jimy segera mengenali pria yang sedang berbicara dengannya. Ia seharusnya mengusir pria itu dengan segala kemampuanya tetapi dia terlalu takut dengan pembawaan pria dihadapannya. Jadi Jimy hanya bisa mengangguk dan membiarkan pria itu melewati mejanya.
Tok tok tok
Pria itu mengetuk pintu ruangan Jessica, menunggu kesempatan untuk masuk. Tetapi tidak ada tangapan untuk tiga ketukan pertamanya.
Pria itu mengetuk lagi dan akhirnya mendapatkan ijin untuk masuk.
"Berhenti mengetuk dan masuk!" jawaban yang tidak cukup ramah dengan nada agak tinggi.
"Hai! Apa aku mengganggumu?"
Jessica mendongak begitu mendengar suara pria itu berbicara. "Thomas! Kau disini?"
Thomas melangkah masuk dan Jessica mempersilahkannya duduk di sofa.
"Sekretaris barumu lebih menyenangkan dari pada Hans."
"Pria bodoh itu? Dia akan mati saat Hans tau kau berhasil menemuiku dengan mudah."
"Kalau begitu aku harus melindunginya. Aku harus merawatnya dengan baik mulai dari sekarang, dia akan sangat-sangat membantu saat Hans pergi."
Jessica sungguh tidak berencana membahas Hans saat itu. Pria itu baru menghilang satu hari, tapi rasanya dia telah pergi begitu lamanya. Jessica melirik pada ponselnya lagi.
Layar hitam tanpa kelipan lampu led notifikasi itu memberitahunya kalau Hans belum juga menghubunginya sampai siang itu.
"Kudengar Hans pergi ke kota S untuk beberapa hari, jadi apa kau punya waktu untuk diluangkan bersamaku?"
"Aku masih punya agendaku. Dia akan segera tahu jika aku melakukan sesuatu diluar jadwalku."
"Apa Hans selalu mengendalikan hidupmu seperti ini?"
"Mengendalikan?"
"Tidakkah kau berpikir Hans telah mengendalikan hidupmu selama beberapa waktu ini."
"Hans tidak pernah mengendalikan aku. Aku bisa melakukan apapun yang aku mau."
"Benarkah? Kalau begitu mari makan siang bersama lalu keluar denganku sore ini."
Tentu saja Thomas harus menggunakan kesempatan itu dengan baik. Dia tidak bisa hanya menunggu Hans melangkah keluar, dia harus bertindak cepat pada saat celah muncul dihadapannya.
"Kau tidak punya urusan bisnis setelah jam kerja pada hari ini. Pergi keluar denganku tidak akan mengganggu jadwal yang Hans buat untukmu."
"Apa kau mendapatkan salinan agendaku secara diam-diam? Sepertinya kau selalu tahu apa yang akan aku lakukan."
"Haruskan aku melakuannya? Ini hanya disebut mengenal dengan baik. Aku mengenalmu cukup lama dan sangat memahami hal-hal yang biasanya kau lakukan."
Jessica membiarkan dirinya menyimpang dari jalur yang biasa dilalui. Thomas benar, Hans tidak dapat mengendalikan dirinya dengan agenda kerja yang dibuatnya.
Lagi pula Hans tidak disana saat itu dan Jessica punya kekuasan penuh atas hidupnya jadi dia bisa melakukan apa pun yang dia inginkan.
***
"Nona J mendapat kunjungan dari seorang pria. Aku tidak berhasil mengusirnya, karena Jonatan membiarkannya masuk. Mereka sedang bicara berdua dikantor sekarang."
Bukan tidak berhasil, Jimmy bahkan tidak berani untuk berargumen dengan Thomas karena dia tahu siapa pria itu. Tetapi dia berani memutarnya didepan Hans.
Setelah Thomas masuk ke dalam ruangan Jessica, Jimmy segera menghubungi Hans untuk melaporkan kedatangan Thomas dan bahkan menyalahkan Jonatan.
"Kau yakin orang itu Thomas?"
"Aku yakin pria itu Thomas Kuntara. Aku telah mempelajari orang-orang dalam daftar hitam yang kau buat, pria itu adalah salah satunya dan dia baru saja masuk ke ruangan Jessica."
"Ambil kesempatan untuk mencari tahu apa yang mereka bicarakan. Aku akan menghubungi Jonatan." Hans menggeram kesal diujung telepon.
Apa yang sedang Jonatan kerjakan? Mengapa pria itu bisa membiarkan Thomas menemui Jessica dengan mudah?
***
Jonatan kembali saat Jimmy menyelesaikan percakapannya dengan Hans.
"Ah, aku mengantarkan kontrak yang telah diperbaiki oleh wakil presdir." Jimmy menyerahkan dokumen yang seharusnya diantarkanya pada Jonatan.
"Terima kasih." Jonatan melihat gelagat aneh Jimmy, pria itu terus kelirik ke ruangan Jessica. "Ada apa?"
"Kukira nona J mendapat seorang tamu. Seorang pria baru saja masuk kedalam."
"Seorang pria, kau membiarkannya masuk?"
Satu lagi tamu tak diundang. Yang satu ini bahkan berhasil masuk keruangan Jessica dengan mulus.
"Tidak, tentu saja tidak," Jimmy tentu saja tidak berani mengakui dirinya.
Jonatan tahu kalau Hans sedikit paranoid bila ada pria lain didekat Jessica. Jimmy memutuskan untuk pergi dari sana sebelum seseorang menemukan kesalahannya.
Jonatan masuk ke ruangan Jessica dengan berkas-berkas yang telah diperbaiki dan beberapa laporan tambahan. "Nona J, tuan Adam telah memperbaiki klausul kontrak dan aku telah mendapatkan laporan market testnya, mohon untuk melihatnya kembali."
"Letakan dimeja, aku akan melihatnya nanti." Diam-diam Jonatan melirik pada pria yang duduk bersama dengan Jessica.
Jonatan mengamati perbincangan singkat Jessica dengan Thomas. Entah mengapa pria itu bisa membuat suasana Jessica lebih baik dari pada sebelumnya.
"Aku akan pergi keluar untuk makan siang. Kami akan pergi ke pinggiran kota jadi mungkin akan kembali sedikit terlambat, bila ada hal mendesak saat aku tidak ada mintalah bantuan pada wakil presdir."
"Kau akan pergi? Kupikir dia belum membuat janji sebelumnya. Hans memberitahu padaku untuk tidak membiarkanmu keluar tanpa jadwal. Dia akan memarahiku saat dia kembali." Jonatan mencoba membuat alasan formal untuk mencegah Jessica pergi.
"Jadwal makan siangku bersih dan aku bisa makan siang dengan siapa pun dan dimanapun aku mau. Jangan pikirkan tentang Hans. Aku sendiri yang akan mengatasi dia nanti."
***
"Siapa pria yang barusan itu? Sepertinya dia berusaha menghentikanmu pergi denganku."
Thomas merasakan sesuatu yang tak menyenangkan dengan tatapan pria yang terakhir ditemuinya diruangan Jessica.
"Dia sekretaris baruku. Bukankan dia yang membiarkanmu masuk ke ruanganku?"
"Tidak, itu bukan dia. Kupikir dia pria lain di meja sekretaris," Thomas yakin ingatannya tidak salah.
"Pria lain darimana? Pria tadi itu adalah Jonatan, sekretaris baruku. Bukankah kau ingin merawatnya dengan baik agar bisa keluar bebas denganku dimasa depan?"
Itu rencana awal Thomas dengan pria yang membiarkannya menemui Jessica, tapi Jonatan bukan pria itu. Sepertinya Jonatan juga bukan pria yang dapat Thomas ajak kerja sama dengan mudah.