Chereads / Sekretaris Tampan ini Miliku / Chapter 18 - Seorang Pengecut

Chapter 18 - Seorang Pengecut

"Ingat untuk bertanya terlebih dahulu padaku jika kau ingin menambahkan sesatu dalam agenda Jessica. Jika kalian melakukan sesuatu diluar agenda atau mengubahnya, maka aku akan segera tahu. Jangan mencobai aku atau kau akan lenyap saat aku kembali!"

Jonatan melirik Jessica yang bediri selangkah di depannya, menunggu lift mencapai lantai 46.

Segera ia membalas pesan dari Hans. "Aku akan melakukan pekerjaanku dengan baik. Santailah disana tidak perlu terburu-buru. Kuharap kau tidak perlu kembali."

Denting lift berbunyi dan pintu terbuka, menandakan hari tanpa Hans telah dimulai.

Jonatan harus menyesuaikan dirinya dengan porsi kerja Hans yang cukup padat. Untungnya Hans telah menyusun semuanya pada agenda dan Jonatan tinggal mengikutinya.

"Hans, bawakan aku secangkir kopi!" Interkom di atas meja itu tiba-tiba menyuarakan perintah dari Jessica.

Apakah wanita itu lupa bahwa tidak ada Hans disana? Mengapa memanggil namanya?

Jonatan membawa masuk secangkir kopi bersama dengan beberapa berkas yang perlu diserahkan pada Jessica. Wanita itu tampak tidak terusik dan fokus pada macbook di depannya.

"Ini kopimu. Aku juga membawakan daftar aktris pengganti untuk juru bicara produk baru kami." Hans meletakan map itu sebelah cangkir kopi.

"Aku akan melihatnya nanti, Hans." Jessica tetap bergeming asik dengan pekerjaananya dan masih memanggilnya dengan nama Hans.

"Maaf, aku bukan Hans!" Jontan menginterupsi sedikit.

Jessica tidak menanggapinya kembali, wanita itu tidak berbicara lagi. Tidak terganggu atau merasa bersalah dengan panggilanya.

Tidak mendapat respon dari wanita itu Jonatan mulai merasa sedikit terganggu. Jessica telah memanggilnya Hans berkali-kali di pagi itu. Namun ia masih mencoba memakluminya pada taraf itu.

Setelah Jonatan keluar dari ruangannya, Jessica menggangkat tangan meraih ponselnya. Ia menyapu layar, menurunkan bilah notifikasi. Tidak ada apapun disana.

Kondisi itu sebenarnya wajar karena tak banyak yang mengetahui nomor ponsel Jessica. Namun Hans tidak ada disana hari itu dan dia belum menghubungi Jessica sekalipun dipagi itu untuk memeriksa keadaaanya.

Biasanya jika Hans pergi bertugas diluar, dia akan mengirimkan pesan setiap satu jam. Memeriksa apa yang dilakukan wanita itu dan memastikan Jessica mematuhi agenda yang telah Hans buat. Dia sudah seperti alarm yang diatur untuk mengingatkan apa yang harus Jessica lakukan tiap waktu. Tapi dimana dia sekarang?

***

Menjelang jam makan siang, Jonatan membuka agenda Jessica memperhatikan bahwa siang itu jadwal Jessica bersih. Tidak ada agenda khusus seperti meeting atau makan siang diuar.

Jonatan masuk kembali ke ruangan Jessica, ia belum sempat berbicara sepata kata pun saat Jessica tiba-tiba melempar sebuah map keatas meja.

"Bawa kembali list aktris itu, Hans. Tidak ada satu pun dari mereka yang cukup baik bagiku, minta bagian perencaaan memperbaharui daftarnya dan serahkan kembali padaku sebelum pukul 3."

Jonatan menatap mata Jessica yang berkilau. Wanita itu juga menatapnya, seharusnya ia sadar bahwa pria didepannya itu bukan Hans dan berhenti menyebutkan nama itu. Tidak bisakah ia memanggil Jonatan dengan benar.

"Namaku Jonatan bukan Hans."

"Lalu kenapa dengan itu?"

"Dapatkah kau berhenti memanggilku Hans. Apa kau begitu merindukannya sampai terus memanggilku Hans?"

"Kau punya masalah dengan itu?" Jessica membalik lagi pertanyaan itu. Ia melipat kedua tanganya didada. "Aku bisa memanggilmu sebagaimana yang aku inginkan. Tidak ada aturan untuk itu."

Jonatan melangkah mendekat ke meja Jessica dan menurunkan pandanganya tepat di depan wajah wanita itu. "Apakah kau sebenarnya menyukai Hans?"

"Apakah itu urusanmu?" Jessica membalik lagi tanpa berkedip. Pria didepannya itu memang berani seperti yang dikatakan oleh Hans. Seolah Jonatan punya suatu kekuatan tersembunyi yang membuatnya tidak gentar terhadap karakter besar seperti Hans bahkan Jessica.

"Hubungan ambigu yang kalian pertunjukan setiap hari membuatku bertanya-tanya. Jika kau memang tidak menyukai Hans, mengapa menahannya lebih lama. Seharusnya kau segera melepasnya ketika meminta pembebasan."

Keberanian itu memang patut dipuji tetapi juga harus diberi peringatan. Jessica mulai tidak menyukai setiap kata yang Jonatan keluarkan dari mulutnya.

"Kau bisa berpikir apapun yang kau mau tapi perhatikan caramu bicara!"

"Apakah ada kesalahan dalam perkataanku?" Jonatan menatap wanita itu sengit. Dengan jarak dekat itu, Jonatan dapat melihat figure Jessica dengan jelas. Terutama bibir wanita itu.

Jonatan teringat malam saat Jessica mencumbunya. Sial! Jika ia sungguh punya sebuah kekuatan tersembunyi untuk melawan karakter besar seperti Jessica maka ia akan segera menerjang Jessica saat itu juga. Tetapi posisi Jonatan hanyalah bawahan wania itu. Pikiran kotor itu melemahkan penjagaannya.

Tuk! "Ah!"

Jessica memukul cukup keras kening Jonatan dengan penanya.

"Kau terlalu banyak bicara seperti bebek. Bukankah aku pernah menyuruhmu untuk tidak banyak berpikir tentang diriku. Bekerjalah dengan benar dan jangan membuang waktu berhargaku!"

Jonatan mengusap keningnya. Ia meilirik Jessica sekilas, bayangan kotor itu membuatnya merasa tidak enak. Jonatan mengambil dokumen tentang aktris itu dan pergi keluar.

Jessica ingat dia bahkan tidak menuntut balas untuk insiden pertemuan mereka yang kacau. Jessica telah bermurah hati menerima hal itu dan Jonatan membalasnya seperti ini. Mungkin ia harus mempertimbangkan kembali mempekerjakan Jonatan.

***

Jonatan melupakan tujuannya masuk kekantor Jessica. Ia sudah hendak berbalik masuk lagi saat notifikasi poselnya berbunyi. Ada sebuah pesan baru masuk. Pesan itu dari Hans, bahwa ia telah mengurus masalah makan siang Jessica hari itu.

Jadi Jonatan pergi makan siang seperti biasa. Duduk disudut kafetaria yang mulai penuh itu.

"Hai! Kudengar Hans tidak ada dikantornya hari ini, kemana dia pergi?"

Jonatan menatap pria yang tiba-tiba muncul itu. Seenaknya bicara dan duduk didepannya tanpa permisi.

"Aku Jimy dari kantor sekretaris umum perusahaan. Biasanya aku akan menggantikan Hans bila dia ditugaskan keluar. Tapi sekarang nona J sudah memilikimu."

"Maafkan kelancaangan kami," Wanita disebelahnya menyusul duduk.

Jonatan telah bekerja pada Jessica selama dua minggu kebelakang dan ia belum banyak mengenal pegawai di Group J.

"Kemana Hans pergi? Setahuku dia tidak punya agenda lapangan atau urusan apapun saat ini. Apakah dia benar-benar sudah berhenti?"

Jonatan mentap pria yang penasaran didepannya itu. Ia tersenyum simpul rupanya bukan hanya dia satu-satunya orang yang ingin Hans pergi.

***

"Mengapa kau selalu muncul saat aku tidak bersama dengan Hans?"

Jessica menyilangkan kaki dan bersandar pada sofa. Menatap pria jangkung dengan seragam pengantar makanan yang baru masuk itu.

"Kau tahu betapa dia memusuhiku bukan? Menghindar lebih baik daripada kau harus melihat kami berkelahi. Syukurlah dia akan segera pergi, jadi aku tidak perlu bersembunyi lagi." Pria itu duduk diseberang Jessica setelah menyajikan makan siang diatas meja.

"Tidak ada yang menyuruhmu bersembunyi darinya, apakah kau seorang pengecut sekarang?"

"Hati-hati dengan mulutmu, jika aku seorang pengecut lalu bagaimana denganmu? Kau menjadi sangat tertarik pada Hans setelah dia mencampakanmu."

"Mencampakanku? Pria mana yang mampu melakukannya? Hans hanya satu dari sekian pria sepertimu, yang langsung menyerah karena tidak berhasil mendapatkanku."