Kama dan teman-temannya pun pergi kembali ke rumahnya masing-masing. Tetapi tidak dengan Kama, bukannya langsung pulang, ia malah menuju ke rumah Mala. Kondisi badannya mulai tidak stabil. Selain mengalami memar di beberapa bagian, tenaganya juga banyak terkuras ketika melakukan pembalasannya tadi. Namun, ia merasa cukup puas.
Sesampainya di rumah Mala. Seperti biasa, walau kakinya sedang pincang, ia tetap memaksakan diri untuk menaiki pagar rumah Mala yang tinggi itu. Dengan mengendap-endap, ia berjalan menuju ke kamar Mala dan mengetok jendelanya. Mala yang sedang resah di dalam kamar mendengar ketukan tersebut. Ia yakin sekali kalau itu adalah Kama. Ia pun membukakan jendela dan Kama melompati jendela tersebut.
"Kama," ucapnya menangis sembari memberikan pelukan.
"Jangan berisik, nanti orang dengar."
"Lihat dirimu, kau penuh dengan luka. Sini kuobati," ucap Mala yang terlihat sangat khawatir. "Apa yang sebenarnya terjadi?"
"Ceritanya panjang. Yang terpenting, kini aku telah berada di hadapanmu. Kau tak perlu mengkhawatirkanku lagi," jawab Kama tersenyum.
"Aku takut kau kenapa-kenapa. Aku tahu, ini semua adalah ulah Ayahku. Maafkan Ayahku," ucapnya degan air mata yang terus mengalir.
"Sudahlah, aku telah memaafkannya. Hapus air matamu, aku hadir di sini bukan untuk menyaksikan kesedihanmu."
Kama pun menghapus air mata Mala dengan tangannya.
"Aku menyayangimu, Kama."
Mala kembali memeluk Kama.
"Aku juga menyayangimu, Mala."
Membalas pelukan Mala.
"Aku tidak bisa beralama-lama di sini. Aku harus pergi. Aku juga harus beristirahat. Mimpi yang indah."
Kama mengecup kening Mala. Kemudian ia langsung melompat melalui jendela dan pergi meninggalkan Mala. Mala hanya bisa berharap, semoga Kama baik-baik saja. Ia merasa bersalah atas semuanya. Baru juga sebentar mereka menjalani sebuah hubungan, sudah ada saja pagar raksasa yang menghadang mereka. Ia tidak tahu bakal bagaimana kelanjutan dari semua ini. Ia pun pasrah, bahkan terbesit di pikirannya untuk melepaskan Kama. Ia tidak ingin Kama menderita. Ini sudah kelewatan baginya.