[Akhiri semuanya dan buat dirimu menang]
Alma mengangguk dalam dengan perintah yang tiba-tiba ditujukan padanya. Gadis itu tahu betul dengan suara yang memenuhi isi kepalanya dan sangat paham akan tindakan apa yang harus dia ambil. Tampaknya Hellhound juga sudah menyadari bahwa permainan mereka telah sampai pada tingkat terakhir.
Alma memang menggunakan Persona sekadar untuk menarik perhatian orang-orang. Jadi, dia sama sekali tidak mengeluarkan seluruh kekuatan sejati yang tersegel di dalamnya. Namun, gadis itu yakin bahwa begini saja sudah lebih dari cukup untuk membuat dirinya disegani.
Gadis itu memasang kuda-kuda, bersiap untuk memberikan serangan balik setelah menahan benturan dari cakar-cakar Hellhound. Dia akan membuka luka dalam pada Hellhound dan memberikan alasan bagi monster tersebut untuk mundur. Gadis itu yakin dengan langkah yang akan diambilnya.
Alma melompat ke belakang dengan hentakan kaki kanannya dan sempat berputar di udara. Kedua kakinya mendarat sempurna pada jalanan batu yang telah hancur sekitar dua meter dari posisinya semula.
Gadis itu sebenarnya masih dalam jangkauan ma'ai dari Hellhound. Jadi, jika ini adalah pertarungan yang sesungguhnya, Alma pasti sudah terkoyak sebelum sempat menginjakkan kaki di tanah. Namun, dia tak perlu mengkhawatirkan serangan semacam itu mengingat mereka hanyalah sedang bermain peran.
Alma memusatkan sebagian mana pada sepasang kakinya, bersiap untuk melesat hanya dalam satu langkah saja. Efek penguatan yang ditimbulkan dari mana yang terkonsentrasi seharusnya cukup untuk membuatnya berpindah tempat dengan cepat. Jadi, gadis itu tinggal memperkirakan arahnya melaju dan ayunan macam apa yang paling baik untuk digunakan.
Walaupun dia banyak berpikir untuk mencapai sebuah hasil yang sempurna, setiap pergerakan Alma sebenarnya dilakukan tanpa ada jeda sedikit pun. Ini lebih seperti gerak reflek daripada sebuah gerakan yang sudah direncanakan.
Semua petualang hanya menatap setiap perpindahan cepat itu dengan kedua bola mata mereka. Tak ada seorang pun yang mau mengganggu pertarungan sengit di antara mereka berdua. Setidaknya sampai mereka yakin bahwa gadis kurus yang kini tengah memasang kuda-kuda memerlukan bantuan. Namun, tampaknya mengulurkan bantuan menjadi hal yang tidak perlu lagi.
Tepat saat Alma akan mengakhirinya, seberkas cahaya tipis tiba-tiba melintas, membuat jalur pendek di antara kepala dan badan Hellhound. Cahaya tersebut layaknya sebuah jarum kecil yang ditembakkan dari langit kemudian digeser hingga melewati leher makhluk buas itu, membuat Alma teringat akan sebuah tombak iblis tajam yang pernah dia ayunkan di dalam Orbis. Senjata yang memiliki ketajaman walau bentuknya menyerupai sebuah silinder.
Tak sampai satu detik kepala anjing bersisik yang dipenuhi dengan gigi-gigi tajam itu terlepas dari tubuhnya, jatuh menghantam jalanan batu di bawah kakinya. Kepala besar itu beberapa kali menggelinding sebelum akhirnya berhenti begitu saja. Kedua bola matanya mulai kehilangan cahaya saat nyawanya dicabut dengan paksa dari tubuh fisiknya.
Alma terdiam akan kejadian singkat tersebut. Di dalam pikirannya, dia merasa ada sesuatu yang aneh dari fenomena yang berhasil ditangkap oleh kedua bola matanya. Instingnya mengatakan bahwa sebuah bahaya sedang berada tak jauh darinya.
Tombak cahaya yang dilihatnya telah lenyap seperti bagaimana dia datang dari kehampaan. Oleh sebab itu, Alma yakin bahwa senjata cahaya tersebut adalah sebuah mantra sihir suci dan apa pun mantra itu, setidaknya membutuhkan tingkat sembilan untuk dapat memenggal leher Hellhound yang cukup keras dengan hanya sekali ayunan.
Alma semakin gelisah saat jatuh ke dalam pemikirannya.
Semua petualang bersorak gembira, bertepuk tangan atas kejadian yang cukup membuat Alma keheranan. Di tengah hiruk-pikuk itu, garis pandangnya kini mulai menengadah ke arah langit, menatap pada dua sosok misterius yang mengambang di udara. Gadis itu memiringkan kepala saat menyadari hawa keberadaan mereka yang terasa menyesakan.
Keduanya mulai kehilangan ketinggian, mendarat dengan mulus tepat di samping mayat Hellhound. Mereka berdua menatap ke arah Alma dengan pandangan yang cukup tajam tanpa merespon teriakan kegembiraan di antara para petualang. Tak lama setelahnya, kedua sosok itu mulai melangkah mendekatinya.
Semua orang yang jatuh dalam kegembiraan masih sibuk dengan suasana hati mereka masing-masing. Mereka jatuh pada lututnya, menghirup napas penuh rasa syukur pada kedua orang misterius itu. Namun, Alma justru merasakan hal yang sebaliknya.
Secara reflek Alma perlahan mulai mundur, merasa tidak enak dengan hawa keberadaan mereka. Tangan kanannya semakin erat memegang Demeter sementara Persona masih tetap menghalangi seluruh wajahnya.
Salah satu dari mereka memancarkan aura suci yang cukup kental, hal yang sangat bertentangan dengan para iblis sehingga membuat Alma merasa sangat terganggu hanya dengan kehadiran mereka. Gadis itu memaksakan dirinya untuk tetap bertahan dari rasa tidak nyaman yang mulai dia derita.
Aura suci biasanya dipancarkan oleh beberapa makhluk yang memiliki keimanan terhadap dewi cahaya. Efek dari aura ini akan membuat makhluk kegelapan merasakan sensasi seperti terbakar. Biasanya Alma tidak akan terpengaruh mengingat dia berada dalam tingkat acient. Namun, karena sebagian besar kemampuannya disegel, efeknya benar-benar terasa mencekik.
"Kau menggunakan sihir para iblis?" Pria itu bertanya dengan nada sedikit curiga.
Perawakannya sangat tinggi dibalut dengan full plate armor putih bercorak emas. Sebuah pedang dua tangan tersarung di punggungnya, seakan menunjukan bahwa dia adalah seorang warrior yang hebat. Terlihat begitu megah dan membawa hawa kepahlawanan.
"Hn." Alma menjawab dengan gugup, merasakan sebuah ancaman yang nyata dari pria misterius ini. Tak sadar dia semakin erat menggenggam Demeter. Gadis itu sedang memikirkan apakah sebaiknya melakukan serangan, kabur, atau mengambil sikap bertahan. Perintah dari tuannya bahkan tidak kunjung datang sehingga membuat Alma semakin jatuh ke dalam dilema.
Lengan kanan besarnya terangkat, menampakan telapak tangan terbalut armor ke hadapan Alma. Gadis itu tahu bahwa posisinya adalah sebuah ritual casting mantra. Namun, dia kebingungan harus meresponnya seperti apa. Jadi, Alma mempertaruhkan segalanya dan memilih untuk menerima efek dari mantra yang akan dirapalkan padanya.
"Wahai engkau yang melahap masa lalu atas perintah dari Sang Pencipta, aku, Sang Penyembah yang setia kepada Hestia Sang Dewi Cahaya, memohon padamu untuk mengabulkan permintaan kecilku. Reverse!"
Tangan kiri Alma tiba-tiba hancur, memberikan efek luka yang sama persis seperti saat dia pertama kali menggunakan Persona. Beberapa tulang rusuknya juga patah di tempat yang baru saja dia sembuhkan. Gadis itu memekik karena rasa sakit yang tiba-tiba menjalar di seluruh tubuhnya. Namun, setelah semua rasa sakit itu sedikit mereda, tubuhnya mulai kembali pulih dalam waktu yang cukup singkat. Luka-luka di tangan kirinya berangsur menutup. Bukan hanya itu, bahkan stamina dan jumlah mana yang dia gunakan pada saat pertarungan kini mulai pulih seperti sedia kala.
Alma keheranan dengan efek dari sihir yang ditujukan padanya.
Sepengetahuan Alma, dunia hanya memberlakukan tiga jenis dasar dari sihir. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan serta kondisi-kondisi yang harus terpenuhi. Jenis sihir yang digunakan oleh lelaki itu adalah jenis sihir suci atau biasa disebut sebagai sihir cahaya. Namun, kondisi yang dia penuhi adalah sebuah kondisi untuk mengaktifkan sihir kegelapan. Hal tersebut tentu saja menyalahi aturan di dunia ini dan mustahil untuk dapat terjadi.
"Aku telah menghilangkan sihir kutukan regenerasi yang kau rapalkan. Sihir itu adalah jenis sihir kegelapan, sama sekali tidak ada berkah di dalamnya." Lelaki itu menjelaskan.
Dia akhirnya tersadar dari lamunannya dan segera menjawab kata-kata yang diucapkan oleh seseorang di hadapannya.
"Te-terima kasih."
Alma masih tidak dapat menguasai diri sepenuhnya. Namun, dia sadar bahwa lelaki itu bukanlah sebuah ancaman, setidaknya selama kedoknya tidak ketahuan. Jadi, Alma membuka persona-nya dan kembali menyarungkan belati miliknya. Walaupun demikian, dia tidak mau sedikit pun menurunkan kewaspadaannya.
"Permasalahannya akan menjadi rumit setelah ini. Aku akan berbicara langsung pada Demigod. Semoga keselamatan menyertaimu."
Kata-katanya mengandung sedikit nada kekhawatiran. Kau tahu, ini seperti seseorang mengungkapkan permohonan maaf dengan kata-kata yang sama sekali tidak ada sangkut-pautnya. Seperti seseorang yang bersedih saat dia tertawa atau menangis saat dia mengucapkan kata-kata kasar. Sangat bias tapi Alma dapat merasakannya dengan baik.
Sesaat setelah mendengar nama Demigod disebut, gadis itu mulai mengingat sebuah informasi penting yang pernah dia terima sebelum terpanggil ke dunia ini. Berbagai macam berita yang dilaporkan oleh para iblis rendahan menyatakan bahwa ada sekelompok makhluk berbahaya dengan kemampuan sihir luar biasa. Salah satunya memiliki ciri identik dengan sosok yang sekarang tengah berdiri di hadapannya. Biasanya Alma tidak akan peduli dengan berita semacam ini mengingat bahwa pekerjaannya hanyalah menjaga kastil dan senjata pusaka dari Sang Maharaja tanpa harus repot-repot melawan makhluk-makhluk penghuni dunia ini. Jadi, gadis itu dengan mudah menyepelekannya dan mulai lupa seiring berjalannya waktu. Namun, hari ini dia benar-benar menyesalinya.
Alma berusaha mengingat detail dari laporan mengenai kemampuan dan betapa berbahayanya pria itu. Tidak sadar keringat dingin mulai membasahi dahinya saat ingatan dari Almaria von Canaria membantu pemikiran Fiora mengenai lelaki itu. Belakangan dia mulai mengingatnya.
Aku harus melaporkan tentang dirinya sesegera mungkin.
Detail dari informasi penting yang sempat dia lupakan tampaknya akan menjadi sebuah bumerang bagi tuannya di masa depan. Oleh karenanya, Alma bertekad untuk sesegera mungkin melapor pada Sang Majikan mengenai pria di hadapannya. Maka dari itu, saat kedua orang misterius tersebut mengalihkan pandangannya, Alma segera melakukan telepati pada Sang Tuan.
Lelaki itu berdeham beberapa kali sebelum akhirnya mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi seraya meneriakkan auman kemenangan.
"Uoohhh!"
Semua orang yang masih sibuk dengan kegiatannya sendiri tiba-tiba mengarahkan pandangannya pada lelaki itu seraya mengikuti teriakannya.
Akhirnya rencana yang sudah disusun sedemikian rupa telah berhasil diselesaikan walaupun harus mengorbankan satu nyawa. Namun, Alma sama sekali tidak peduli dengan nyawa iblis di hadapannya. Hal yang mengganggu pikirannya adalah sosok di hadapannya yang jelas-jelas adalah sebuah ancaman.