Chereads / RE:VERSE / Chapter 15 - 3.V Mereka Terlampau Lemah

Chapter 15 - 3.V Mereka Terlampau Lemah

Bau dari mayat yang terbakar dan pemandangan indah di hadapanku membuatku beberapa kali berhenti untuk menikmatinya. Bangunan yang terbakar, daging-daging yang terpanggang, serta suhu dan kelembaban yang mengingatkanku pada Tartarus membuat diriku sedikit nostalgia.

Benar-benar keindahan yang tidak ada duanya.

Aku menghunuskan pedang dan mengayunkannya beberapa kali sekadar untuk bermain-main.

Sesaat setelah aku memasuki gerbang kota, para prajurit menahan Isabelle dan membawa paksa dirinya untuk mengungsi. Yah, mau bagaimana lagi, dia memang terlihat seperti seorang putri atau majikanku. Jadi, aku menyuruhnya untuk tidak ikut ambil bagian ke tempat yang berbahaya. Sementara itu, aku yang memiliki penampilan seperti seorang petualang dibiarkan masuk begitu saja tanpa ada hambatan sedikit pun.

Sudah sekitar dua atau tiga jam sejak aku berpisah dengan Alma. Aku yakin dia sudah menjalankan rencana yang kami susun dan memulai aksinya di depan para petualang. Seharusnya dia akan menjadi topik pembicaraan kota dan berakhir pada pengangkatan peringkatnya di guild saat kami memutuskan untuk mendaftarkan diri di kota ini.

Sebenarnya tidak ada yang perlu aku lakukan di dalam kota. Namun, karena aku cukup penasaran dengan eksekusi dari rencana kami di lapangan, aku memutuskan untuk ikut ambil bagian ke dalam pertempuran berbahaya ini. Jadi, di sinilah aku sekarang.

Sekitar setengah jam yang lalu sebuah aktivasi mana terdeteksi cukup pekat jauh di depan sana. Tak lama kemudian, gemuruh yang mengganggu dan kobaran api berwarna merah dapat sedikit aku lihat. Kemungkinan itu adalah mantra tingkat tujuh yang mengakibatkan ledakan besar.

Hellhound itu tampaknya terlalu bersemangat.

Aku sudah menyuruh Alma untuk membatasi mantra yang dia kuasai di bawah mantra tingkat lima. Jadi, mustahil pancaran dari mantra itu adalah miliknya kecuali jika dia berani melanggar perintahku.

Setelah berjalan semakin dekat ke pusat serangan, bidang pandangku menangkap sosok pria berjubah cokelat yang terkapar di tanah. Staff dan grimoire miliknya tergeletak tak jauh darinya sementara tubuhnya mengerang beberapa kali karena kesakitan. Aku pura-pura peduli padanya dan berlari menghampiri pria itu.

"Apa kau baik-baik saja, Tuan?" ucapku khawatir.

Dia mengerang beberapa kali sebelum memberikan jawaban.

"Grimoire-ku ... tolong ambilkan grimoire dan staff-ku kemari."

Aku mengangguk dalam dan segera membawa kedua perlengkapan tempur miliknya kemudian menyerahkan keduanya. Dia membuka beberapa halaman dan memulai ritual casting mantra.

"Grimoire bab satu ayat kedua : Heall." Tubuhnya diselimuti cahaya berwarna putih untuk beberapa saat.

Pengguna grimoire adalah mereka yang memiliki kelas Acolyte. Itu adalah sebuah kitab perjanjian antara heaven god dengan para makhluk yang menyembahnya, menjadikan sihir suci dari surga tidak membutuhkan mana sama sekali. Namun, sebagai efek sampingnya, mereka tak dapat menggunakan mantra yang sama dalam satu pertempuran dan harus mengisi grimoire miliknya setiap pagi karena ritual casting mantra suci membuat tulisan di dalam grimoire menghilang.

Sebuah sihir yang merepotkan.

Pria itu mulai kembali berdiri dengan wajah sedikit meringis. Yah, mantra yang dia pakai adalah mantra yang lemah. Mantra itu tidak cukup kuat untuk menyembuhkan lukanya dengan sempurna.

"Terima kasih banyak." Dia berbicara padaku.

"Ah, tidak usah sungkan. Kita berada dalam kelompok yang sama."

Pria itu berjalan pincang menuju medan pertempuran kembali. Aku mengikuti sosoknya dari belakang.

"Hellhound adalah monster kelas bencana. Sejak awal memang mustahil kami dapat mengalahkannya tanpa menelan banyak korban."

Dilihat dari ucapannya, tampaknya belum ada seorang pun yang menonjol di antara para penyerang. Apakah Alma memenuhi perannya dengan baik? Setidaknya aku harus menanyakan ini padanya.

"Maaf jika aku lancang, tapi apakah adikku tidak melakukan sesuatu yang berguna?"

"Adik?" Lelaki itu memandangku.

"Seorang gadis dengan kemeja hitam. Dia membawa belati dan memakai topeng aneh."

"Ah ... " Lelaki itu menunduk dalam seraya menarik napas panjang seakan kata-kata yang akan diucapkannya adalah sesuatu yang berat. "Aku minta maaf. Dia bertarung dengan gagah berani hingga melukai tubuhnya begitu banyak. Lalu, saat sihir iblis meledak di hadapan kami, aku tidak sempat melindunginya sama sekali."

"Tidak, kau tak perlu minta maaf." Aku mengucapkan kalimat tanpa pikir panjang. "Kau tak usah repot-repot memikirkan keselamatannya."

"Apa kau serius mengatakan itu?!" Dia mencengkram bajuku dengan kuat, membuat kedua kakiku sama sekali tidak menyentuh tanah.

Lelaki ini, kenapa dia tiba-tiba marah? Aku benar-benar tidak mengerti.

"Dia terhempas tepat di hadapanku tanpa perlindungan apapun! Aku yang berhasil melindungi diri dengan sebuah mantra saja hampir tewas seketika, apalagi dirinya! Kau bahkan seakan tak peduli dengan keselamatannya. Kakak macam apa kau ini, hah?!"

Belakangan aku mengerti alasan dia memarahiku. Menurut kacamata manusia, mungkin sikapku sebagai seorang kakak berada pada tahap yang tidak normal. Dari kejadian ini aku sedikit belajar mengenai apa saja yang tidak lazim aku lakukan saat keadaan genting yang menyangkut hidup Alma. Aku berusaha mengingatnya dengan baik agar suatu saat kejadian seperti ini tidak terulang kembali.

"Maaf." Aku menunduk seakan menyesali perkataanku. "Aku hanya memercayainya. Percaya bahwa dia tidak akan pernah meninggalkanku walau apa pun yang terjadi. Alma adalah gadis yang kuat, aku yakin dia masih dapat menahannya."

Mendengar kata-kataku, dia melepaskan cengkramannya dan kembali berjalan menuju medan pertempuran.

"Maafkan aku juga. Semoga saja perkataanmu menjadi kenyataan."

Kami menyelinap di antara bangunan-bangunan kota hingga tampaklah makhluk yang menjadi alasan di balik bencana yang menimpa kota ini. Karena merasa tidak yakin, pria berjubah di sebelahku masih menyembunyikan dirinya di balik dinding seraya menunggu momen yang tepat.

Aku berdiri di samping pria itu seraya mengintip Hellhound yang berada jauh di depan sana.

Monster itu sedang melawan beberapa petualang yang kesusahan, menahan berbagai macam pola serangan dari senjata-senjata para petualang hingga menghasilkan suara berdengung yang menyerupai benturan antara logam dengan logam. Sisiknya yang kuat tampaknya dapat melindungi tubuh itu dari sabetan senjata-senjata yang diarahkan padanya. Bahkan casting mantra tingkat rendah yang dirapalkan oleh para pendeta tak sanggup menggores sisik keras itu sedikit pun.

Apakah manusia memang selemah ini? Aku bertanya dalam hati.

Tiga ribu tahun yang akan datang manusia-manusia memiliki kekuatan yang cukup merepotkan. Pahlawan yang menjebakku ke masa lalu pun setidaknya setara dengan Demon Lord. Jadi, jika melawan Hellhound saja mereka sampai babak belur, tingkat dari kemampuan manusia di masa ini berada jauh di bawah rata-rata kemampuan manusia di masa depan. Namun, seingatku mereka tidaklah selemah ini sebelumnya.

Apa heaven god tidak banyak campur tangan karena aku dikabarkan menghilang?

Salah satu hal yang membuat manusia kuat adalah sihir para dewa. Mereka mengikat perjanjian dengan para penyembahnya dan meminjamkan mana yang mereka miliki pada orang-orang tertentu. Hal ini membuat kemampuan rata-rata makhluk hidup berada dalam taraf yang sebanding dengan Demon Lord. Bahkan beberapa orang tertentu sudah dapat mencapai gerbang ketuhanan. Jika unsur ini hilang, maka tidak aneh jika manusia menjadi sangat lemah.

Apa teoriku benar-benar menjadi kenyataan?

Terlalu dini untuk mengambil kesimpulan berbahaya semacam itu. Untuk sekarang, lebih baik aku fokuskan diri pada pengumpulan informasi dan mencari makhluk-makhluk yang mungkin berpotensi untuk mengancam jiwa kami. Kesimpulan akan datang setelah aku tahu dengan pasti situasi dari dunia ini.

"Mu-mustahil ... gadis itu?!"

Pemikiranku hancur seketika saat kudengar suara dari pria si pemegang grimoire di sampingku. Bidang pandangku kini menatap pada sosok gadis kurus yang tengah berjalan ke tengah pertempuran dengan tangan kanan menggenggam sebilah belati hitam. Ada satu hal yang membuatku sedikit terkejut atas penampilannya. Hal ini karena sebuah topeng hitam menghalangi seluruh wajahnya dengan sempurna.