Setelah memikirkan beberapa hal dan berdiskusi dengannya, akhirnya kami sepakat untuk mengumpulkan informasi dan menyembunyikan keberadaan kami dari dunia sebagai langkah pencegahan. Kau tahu? Heaven God mungkin akan langsung turun tangan jika mereka tahu bahwa aku sedang berada di dunia manusia tanpa bawahanku. Sebagai gantinya, aku berhasil membujuk Fiora untuk menjalankan tugas berbahaya ini bersamaku. Prioritasku adalah pengumpulan informasi dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.
"Wahai pintu gerbang penciptaan yang melahirkan dunia atas nama Sang Pencipta, aku, Sang Pendosa yang terkurung dalam kegelapan abadi, menantang-Mu untuk tunduk pada makhluk yang terkutuk ini. Membuka Gerbang Kegelapan Empat Belas, Orbis!"
Fiora mulai merapalkan mantra tingkat tinggi tersebut begitu kami keluar dari duniaku. Tujuan kami adalah untuk mengambil beberapa senjata tingkat tinggi sebagai bagian dari keperluan untuk menyamar di dunia manusia. Yah, beberapa senjata kuat tetap harus kami pegang. Lagipula, demoniac weapons maupun holy weapons adalah senjata yang sudah dikenal di masyarakat luas. Jadi, tak ada yang perlu dikhawatirkan tentang hal ini.
Keduanya memiliki kelebihan dan efek sampingnya masing-masing. Namun, bagi para iblis, demoniac weapons sama sekali tak memiliki efek samping semacam itu. Tentu saja, semua ini karena senjata itu memang dibuat khusus untuk para iblis.
Dunia kembali pecah dengan suara yang cukup mengganggu, digantikan oleh dunia berwarna merah darah yang sama persis dengan orbis milikku. Bedanya, dunia ini memiliki pijakan kokoh yang terbuat dari batu pualam dan dipoles dengan sangat rata. Inilah orbis terkuat yang pernah ada, World of Demoniac Weapons.
Berbeda dengan langit merah di duniaku, dunia ini dipenuhi dengan bintang-bintang yang berkelip di atas langit. Mereka bergerak perlahan, membuat langit merah itu terkesan layaknya danau raksasa yang tengah mengalir. Jumlahnya berada dalam tingkat dimana kau tak akan dapat menghitungnya.
"Ehm," aku mengangkat suara, "sebagai permulaan, bisa kau panggilkan Hecate dan Aegis?"
Dua benda pusaka yang kusebutkan adalah senjata terkuat yang berada di dunia ini.
Hecate merupakan pedang yang telah melegenda bahkan sejak dunia ini masihlah sebuah konsep. Dalam setiap materi penyusunnya, mengalir 72 kutukan mematikan yang sulit untuk dibatalkan. Pedang Sihir Malapetaka; Pembelah Keabadian Para Dewa; Pembawa Kehancuran; Ayunkan ke kiri dan dewa akan binasa, ayunkan ke kanan dan pencipta akan terluka. Itulah berbagai macam julukan dari pedang ini. Sementara itu, Aegis adalah seperangkat armor gelap yang tidak dapat dihancurkan. Sebuah pelindung yang melambangkan pertahanan mutlak.
"Sesuai dengan perintah Anda." Fiora menunduk sesaat sebelum mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi seakan ingin menggapai bintang.
Beberapa waktu terlewat begitu saja, mengantarkan kami berdua ke dalam keheningan. Fiora masih tetap mengangkat kedua tangannya sehingga secara tidak sadar memperlihatkan bagian depan pakaiannya yang masih tetap robek akibat tusukan pedang sebelum dia dibangkitkan. Rasa khawatir tampak mulai menyelimuti dirinya sekali lagi saat menyadari tak ada yang terjadi.
Berbeda dengan dirinya, aku sudah menduga bahwa ini akan terjadi. Sekitar seribu tahun yang lalu atau lebih tepat bila kukatakan sekitar dua ribu tahun yang akan datang, saat Fiora memintaku untuk mengembalikannya ke Tartarus, aku mengambil beberapa senjata pusaka milikku dan menyimpannya dalam magic storage pribadi. Tujuanku pada waktu itu adalah untuk berjaga-jaga jika suatu saat para Heaven God menyerang lagi. Dengan kata lain, secara teknis Hecate dan Aegis kini berada dalam magic storage milikku. Jika ternyata pemanggilan Fiora berhasil, senjata itu tentunya akan menjadi dua. Mustahil sesuatu seperti itu bisa terjadi, bukan?
Menyadari tak ada yang terjadi, Fiora segera bersujud memohon pengampunanku.
"Hamba mohon maafkan hamba, Yang Mulia. Dua hari yang lalu, saat hamba melakukan perawatan, dua senjata itu masih ada di sana! Hamba yakin ada sebuah bug dalam sihir hamba!" Gadis itu berbicara dengan tempo yang sungguh cepat.
Bug?
Aku memiringkan kepala tak mengerti. Yah, alasan apa pun sama sekali tidak penting. Ini bukanlah kesalahannya.
"Sebenarnya kedua senjata itu berada di dalam storage milikku sekarang," ucapku dengan penuh wibawa.
Kenapa aku bisa sangat yakin dengan hal itu? Karena tepat sebelum aku menyambungkan kepalaku, Hecate sempat aku gunakan ketika diriku keliru menyangka tubuhku sendiri sebagai Dullahan.
Mendengar perkataanku, Fiora mengangguk serius seraya bergumam, "jadi begitu. Seperti yang aku duga dari pemimpin kami. Beliau bahkan sanggup mengambil barang-barang dari orbis milikku tanpa sepengetahuanku sama sekali."
Tidak, itu mustahil dilakukan! Bahkan oleh diriku sekalipun!
Aku ingin mengatakan itu, tapi segala macam hal akan menjadi rumit ke depanya. Jadi, aku memilih untuk diam dan langsung menuju tujuan utamaku.
"Bawa Horus, Demeter, Circilum, dan Persona ke hadapanku."
Empat benda tersebut merupakan senjata-senjata yang memiliki kutukan konversi. Masing-masing dapat menyegel sejumlah mana, ketahanan tubuh, dan kemampuan fisik pada taraf tertentu. Lalu, mengembalikannya dalam jumlah yang lebih besar ketika dibutuhkan.
Fiora kembali mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Kali ini, empat di antara bintang-bintang berkelip beberapa kali sebelum mulai bergerak dengan kecepatan tidak normal. Objek itu melesat semakin mendekat, lalu menabrak batu pualam di hadapanku dengan suara yang memekakan telinga. Setelah semuanya kembali hening, bola mataku memandang enam buah benda pusaka yang tergeletak begitu saja. Berhasil mengenali semua benda tersebut, aku mulai memberi penjelasan pada Fiora yang kemungkinan besar masih belum mengerti.
"Kita akan menyamar menjadi manusia untuk mengumpulkan informasi. Oleh karena itu, kita perlu menyembunyikan segala macam aura yang hanya dimiliki oleh para iblis. Tujuanya tentu saja untuk mengelabui para heaven god, apa kau mengerti?"
Beberapa aura khas iblis terasa sangat pekat, membuat ras-ras lain dapat mengenali kami hanya dalam sekali melihat. Oleh karena itu, menyembunyikan aura iblis kami adalah salah satu unsur penting dalam penyamaran. Omong-omong, resistensi iblis terhadap serangan mental membuat kami buta akan hal ini. Itulah sebabnya Fiora sama sekali tak mengenaliku saat pertama kali dia terbangun.
Gadis itu mengangguk tanpa mempertanyakan apa pun.
"Baiklah, mulai perjanjian bersama Horus, Demeter, dan Persona. Mereka akan menjadi senjatamu selama kita di dunia manusia. Aku akan menggunakan Circilum."
"A-Anda menyerahkan tiga senjata menakjubkan ini pada orang seperti hamba?! Sungguh-"
"Sudah cepat lakukan saja! Kita tak punya banyak waktu." Aku memakinya.
Mantra Orbis memiliki durasi yang sangat pendek. Tergantung seberapa banyak mana yang kau tuangkan pada mantra tersebut saat kau melafalkannya. Oleh karena itu, kami sama sekali tak memiliki banyak waktu.
Menyadari bahwa diriku mulai tidak sabar, dia segera mengambil salah satu belati dan melukai jari manis tangan kirinya. Kemudian, gadis itu meneteskan darahnya pada sepasang belati hitam pekat yang digenggamnya. Lalu, Fiora memasang sabuk belati tersebut ke bagian pinggang, menempatkan sepasang belati miliknya tepat di belakang pinggang kecilnya dengan posisi menyilang. Setelah dirasa cukup, dia melakukan hal yang sama pada sebuah pedang hitam yang tergeletak di hadapannya lalu memasangnya tepat di bagian punggung. Terakhir, dia meneteskan darahnya sendiri tepat pada sebuah topeng yang menyerupai wajah seekor kucing seraya memasangnya pada bagian samping kanan wajahnya.
Selama dia melakukannya, aku meneteskan darahku sendiri pada sepasang sarung tangan kulit di hadapanku. Lalu, aku memakai sarung tangan tersebut hingga terasa nyaman.
Yah, semuanya persiapan sudah cukup. Sekarang tinggal menuju pemukiman terdekat.
-------
Riwayat Penyuntingan :
• Minggu, 30 Desember 2018