Ini adalah hari dimana Ryuu memulai kehidupan barunya sebagai siswa baru di sekolah yang terkenal dengan reputasinya sebagai salah satu sekolah terbaik di dunia. Di sekolah itu terdapat banyak sekali murid dari berbagai kalangan yang menimba ilmu di sekolah itu, mulai dari orang biasa, sampai anak dari orang-orang hebat yang sangat terpandang.
Ryuu berjalan ke sekolahnya dari asrama laki-laki yang berjarak tidak jauh dari gedung utama sekolah. Disana banyak sekali murid-murid yang berjalan bersama-sama dengan temannya, bercanda tawa bersama seolah-olah sedang menikmati kehidupan mereka sendiri. Dia pun hanya melihat mereka dengan wajah yang datar tanpa ekspresi apapun, di dalam hatinya pun tidak ada perasaan iri sama sekali kepada mereka yang menikmati masa muda mereka yang bahagia itu.
Sekolah itu mempunyai area yang sangat luas yang bahkan sudah seperti sebuah kota kecil. Disana sudah tersedia berbagai macam keperluan hidup untuk sehari-hari sehingga para murid tidak perlu untuk keluar dari sana untuk membeli keperluan mereka. Tentu mereka juga dapat melamar pekerjaan di salah satu tempat itu karena itu merupakan salah satu alasan kenapa didirikannya berbagai toko disana. Para murid yang berasal dari kalangan orang biasa dapat bekerja paruh waktu disana untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.
Ryuu pun segera menuju ke sebuah gedung olahraga yang dimana disana akan dilaksanakan upacara pembukaan dan juga penyambutan untuk murid baru. Dia berjalan melewati sebuah taman sekolah yang indah nan asri, dia pun menikmati pemandangan dari taman itu sampai ketika dia melihat seorang murid yang sedang dipojokkan oleh tiga murid laki-laki yang terlihat seperti preman disana.
Taman itu sangat sepi karena kebanyakan murid memilih rute lain yang lebih dekat, jadi tidak aneh jika ada kejadian-kejadian seperti itu yang berlangsung disana.
"Jangan melawan dan cepat serahkan uangmu, anak baru!"
Murid yang sedang terpojokkan itu sama sekali tidak merasa takut dengan ketiga preman yang memojokkannya itu, malah dia terlihat berani menentang perintah dari ketiga murid yang mencoba memalaknya.
"Tidak! Aku tidak akan menyerahkan apapun kepada kalian!"
Murid yang sedang terpojokkan itu pun tidak sengaja melihat Ryuu yang sedang melihatnya dari kejauhan dengan wajah datarnya. Dia merasa heran dengan Ryuu yang hanya melihatnya tanpa melakukan sesuatu seolah-olah tidak peduli.
Ryuu pun perlahan berjalan mendekati mereka semua dengan santai. Ketiga murid preman yang menyadari kehadiran Ryuu itu pun menatap Ryuu dengan tajam untuk membuatnya takut dan segera pergi dari sana.
"Ha~h! untuk apa kau kesini dasar bocah baru!"
Kendati takut dan kabur, Ryuu sama sekali tidak merasakan takut atau apapun itu, atau lebih tepatnya dia hanya tidak peduli dengan tatapan mereka bertiga yang seperti mengancamnya itu.
Murid yang terpojok itu pun merasa berterima kasih kepada Ryuu karena telah berani datang untuk menolongnya walaupun hanya sendirian.
"Te-terima kasih telah kesini untuk menolongku."
Ryuu pun dengan cepat mendorong murid itu ke tembok dan menghimpitnya dengan lengan bawahnya. Itu membuat ketiga murid preman itu merasa bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi, mereka mengira kalau Ryuu berusaha menyelamakan murid itu, tetapi sekarang dia malah mendorongnya ke tembok dengan keras.
Murid itu pun sangat terkejut dengan Ryuu yang tiba-tiba mendorong dan menghimpitnya ke tembok itu. Dia pun merasa sesak napas karena lengan bawah Ryuu yang menekan dadanya dengan keras.
"A-apa yang kau lakukan?"
"Kau ingin aku menolongmu kan? Kalau begitu aku akan menolongmu untuk sampai ke dunia lain!"
Ryuu mulai mengeluarkan sesuatu seperti pisau dari saku celananya. Itu membuat ketiga murid preman itu merasa ketakutan dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Tentu mereka sama sekali tidak ada maksud untuk membunuh murid yang malang itu, mereka hanya ingin bersenang-senang dengannya saja.
Ryuu pun dengan perlahan mendekatkan mulutnya ke murid itu dan membisikkan sesuatu. Murid itu pun nampak sangat ketakutan setelah mendengar bisikan dari Ryuu sehingga dia berusaha memberontak dan melepaskan diri.
Dengan cepat, Ryuu menusukkan pisaunya itu ke perut dari murid itu dan disitu cairan merah mulai keluar dari tempat Ryuu menusukkan pisaunya.
Ketiga murid preman itu pun sangat ketakutan dengan apa yang telah terjadi, kaki mereka merasa lemas tidak bertenaga setelah melihat kejadian yang benar-benar mereka tidak duga itu, mereka sama sekali tidak menyangka kalau Ryuu akan benar-benar menusukkan pisaunya ke murid itu tanpa ragu dengan wajah datarnya.
Murid itu pun mulai lemas dan terjatuh tidak berdaya dengan bercak merah di bajunya. Ryuu pun mengambil dompet yang berada di tas murid itu dengan tangannya yang penuh dengan cairan merah itu dan perlahan berjalan ke arah para murid preman.
"Hei kakak-kakak, ini uangnya aku berikan kepadamu."
"A-apa yang kau lakukan?"
"Aku mendengar kalau kakak-kakak sekalian ingin mengambil uangnya, jadi aku hanya mau membantu kalian."
Para preman itu sangat-sangat ketakutan apalagi saat melihat wajah Ryuu yang sama sekali tidak ada penyesalan di dalamnya. Tanpa basa-basi, mereka langsung berlari ketakutan meninggalkan Ryuu yang menyodorkan dompet dari murid itu.
"A~h mereka lari."
Ryuu pun berjalan menuju ke murid yang tergeletak itu dan menusuk-nusukkan pisau mainannya ke tubuh dari murid itu yang sedang berpura-pura.
"Hoi, cepat bangun!"
Murid yang tergeletak itu pun mulai bangkit dan duduk, dia sama sekali tidak terluka karena yang digunakan Ryuu untuk menusuk dirinya adalah pisau mainan yang sama sekali tidak berbahaya.
Murid itu pun mulai tertawa karena melihat reaksi para preman itu yang ketakutan setengah mati saat melihat tipuan itu, dia tidak menyangka kalau Ryuu akan mempunyai ide seperti itu untuk mengusir para preman itu darinya.
"Hahahaha, benar-benar ide yang menarik. Terima kasih karena sudah menolongku."
Ryuu mengulurkan tangannya untuk membantu murid itu berdiri, murid itu pun segera memegang tangan Ryuu dan mencoba berdiri. Ryuu pun merasakan perasaan aneh dari murid itu, telapak tangannya terasa sangat lembut tidak seperti tangan laki-laki. Bahkan bau badannya yang harum seperti bunga pun juga tidak seperti seorang laki-laki.
"Ah...begitu, kau seorang perempuan ya?"
Murid itu pun terkejut dengan Ryuu yang menyadari kalau dirinya seorang perempuan apalagi dengan rambut pendek hitamnya itu dan seragamnya yang seperti laki-laki.
"Kau menyadarinya ya? Itu benar aku adalah seorang perempuan."
Ryuu tidak berpikir kalau itu sulit untuk mengenalinya karena wajahnya yang sama sekali tidak terlihat seperti seorang laki-laki, malah dia segera tahu kalau murid itu adalah seorang perempuan.
"Sekarang kau sudah tahu kalau aku seorang perempuan, apa kau tidak punya sedikit penyesalan karena telah memperlakukanku seperti itu?"
Ryuu pun dengan wajahnya yang datar meminta maaf kepada wanita itu karena telah menghimpitnya ke tembok.
"Baik-baik maafkan aku."
"Uwah, datar sekali! Apa kau benar-benar meminta maaf dengan tulus?"
Wanita tertawa kecil dengan sikap Ryuu yang sangat unik itu, dia pun mulai tertarik dengan Ryuu yang menurutnya sangat jarang dia jumpai orang sepertinya. Wanita itu pun memajukan tangannya dan mengajak Ryuu untuk bersalaman.
"Perkenalkan namaku Ayano Shikakuji, namamu siapa?"
Ryuu pun memegang tangan wanita itu dan memperkenalkan dirinya sendiri. Berbeda dengan Ayano yang tertarik dengan Ryuu, Ryuu sama sekali tidak tertarik dengan Ayano yang menurunya hanya akan menambah masalah bagi hidupnya.
"Namaku Ryuu Kurogami, salam kenal."
Ayano sangat senang karena di hari pertamanya ini, dia sudah bisa mendapatkan seorang teman baru yang akan menemaninya selama di sekolah ini. Selama ini dia sangat khawatir kalau dirinya tidak bisa mendapatkan teman seperti saat dia masih duduk di bangku sekolah menengah pertama, dan hanya bisa sendirian menikmati hari-hari di sekolah.
"Kalau begitu Ryuu, mari kita bersama-sama berjalan ke gedung olahraga!"
Ryuu tidak tahu apakah Ayano sedang bercanda atau tidak tentang Ayano yang mau ke gedung olahraga dengan baju yang penuh dengan noda darah palsu yang pasti akan memuat keributan itu.
"Eh?! Apakah kau akan berjalan ke sekolah dengan baju seperti itu?"
Wanita itu pun akhirnya menyadari kalau di bajunya ada noda darah palsu yang digunakan Ryuu tadi, dia pun sangat khawatir karena dia tidak tahu apakah noda itu bisa hilang atau tidak.
Ryuu segera menyadari kekhawatiran wanita itu, tentu dia tidaklah sebodoh itu untuk mengotori pakaian seseorang tanpa memikirkan hal yang selanjutnya.
"Ah...jangan khawatir, itu bisa hilang kalau kau mencucinya."
"(sigh) Begitu ya...syukurlah."
Ayano terlihat sangat lega dengan itu, dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan kalau baju seragam itu sampai terkena apapun karena itu bukanlah miliknya sendiri, dia hanya meminjamnya dari kenalannya yang juga murid dari sekolah itu.
"Ryuu, tunggulah aku disini, aku akan ganti baju dulu!"
Ryuu dengan wajahnya yang terlihat datar seperti tidak ingin melakukan hal yang Ayano inginkan itu karena ini adalah hari pertamanya, dia tidak ingin membuat masalah dengan terlambat di upacara pembukaan sekolah.
"E~h, kenapa? Aku bisa terlambat."
"Ini kan juga salahmu karena mengotori bajuku, jadi kau harus tanggung jawab."
Ryuu pun terpaksa mengikuti permintaan Ayano untuk menunggunya disini meskipun dia tidak ingin, kalau bisa dia tidak ingin berhubungan lagi dengan Ayano karena Ayano adalah orang yang sangat menyusahkan apalagi untuk Ryuu yang hanya ingin kehidupan sekolah yang biasa.
"Baik-baik, aku akan menunggumu."
Ayano sedikit mencurigai Ryuu yang terlihat sama sekali tidak berniat untuk menunggunya itu, dia curiga kalau Ryuu akan meninggalkannya dan pergi ke gedung olahraga sendirian.
"Janji loh! Jangan sampai kau meninggalkanku dan pergi sendirian!"
"Yah aku tahu, aku tidak akan pergi sendiri."
Ayano pun segera berlari ke asrama perempuan untuk mengganti bajunya dengan yang baru. Ryuu yang melihat Ayano berlari pun segera pergi untuk membasuh tangannya di kran minum yang terletak di taman itu. Dia membasuh tangannya sampai benar-benar bersih sehingga tidak tersisa bekas darah palsu yang berada di tangannya itu.
"Jadi itu...Ayano Shikakuji"
Ryuu sangat tahu tentang siapa Ayano yang sebenarnya. Memang di awal saat dia melihatnya, dia belum yakin tentang itu. Tetapi setelah melihatnya dari dekat, dia pun semakin yakin tentang siapa sebenarnya Ayano itu.
"Tidak aku sangka akan ada orang yang cukup bodoh untuk mencoba memalak juara satu dari turnamen bela diri karate."
Itu benar, dia tidak semata-mata kesana untuk menyelamatkan sang juara karate itu, dia kesana untuk menyelamatkan ketiga murid yang mencoba memalak Ayano karena dia tahu kalau Ayano pasti akan mengirim mereka ke rumah sakit kalau dia tidak melakukan hal itu.
Ryuu pun mengambil sapu tangannya dan mengelap tangannya sehingga tidak tersisa bekas air yang membasahi tangannya itu. Dia pun segera berjalan menuju ke sebuah kursi di taman itu dan duduk sambil menunggu Ayano sampai.
"Sebaiknya aku harus menghindari perempuan itu."
Tiba-tiba dari kejauhan, muncul Ayano dengan penampilan yang sangat berbeda dari yang tadi. Tentu bagi Ryuu yang sudah mengetahui seperti apa penampilan Ayano yang sebenarnya, itu sama sekali tidak mengejutkan, tetapi jika itu orang lain, maka pasti dia akan terkejut bukan main melihatnya.
"Maaf telah menunggu!"
Ayano adalah seorang wanita yang cantik yang selalu dikagumi oleh para laki-laki maupun perempuan, dia memiliki rambut berwarna pirang dan mata yang berwarna biru yang mirip seperti ibunya, dia juga memiliki kulit berwarna putih yang lembut dan halus.
Ayano memiliki tubuh yang ideal dan juga bagus untuk wanita seusianya karena dia selalu berlatih karate setiap hari dan membakar lemak di tubuhnya.
"Bagaimana? Apa kau terkejut dengan penampilanku, Ryuu?"
Ryuu pun hanya memuji perubahan penampilan Ayano yang mengejutkan itu dengan wajah yang membosankan tanpa ekspresi terkejut sama sekali.
"Wa~h aku terkejut."
Ayano pun sedikit kesal dengan Ryuu yang sama sekali tidak terkejut maupun kagum dengan perubahan penampilannya itu seolah-olah dia sama sekali tidak tertarik dengannya.
"Kenapa kau mengatakannya dengan wajah yang datar seperti itu?"
Ryuu pun segera berdiri dan membetulkan baju seragamnya, dia pun segera mengambil dan menggendong tasnya itu dan berjalan menuju ke gedung olahraga untuk menghadiri upacara pembukaan.
"Sudahlah, yang penting sekarang kita harus menuju ke gedung olahraga atau kita akan terlambat."
"Ryuu, tunggu aku!"
Mereka pun segera berangkat menuju ke gedung olahraga bersama-sama sebelum mereka benar-benar terlambat dan akan mendapatkan masalah dengan itu. Tentu tidak ada yang ingin mendapatkan masalah di hari pertama mereka bersekolah di sekolah ini yang mempunyai nama yang bagus.
Dengan segera mereka pun bisa sampai ke gedung olahraga tepat sebelum dimulainya upacara itu, para murid baru pun sudah berada di kursinya masing-masing, bahkan kepala sekolah sudah bersiap untuk membacakan pidatonya. Tanpa diduga, semua mata tertuju kepada Ryuu dan juga Ayano yang baru masuk ke dalam gedung olahraga itu.
Ryuu merasa tidak nyaman dengan tatapan mata dari semua orang yang tertuju ke arah mereka. Tatapan mata yang seolah-olah iri dengannya yang bisa bersama dengan Ayano.
Ryuu sudah tahu kalau hasilnya akan menjadi seperti ini karena tidak ada yang tidak mengenal Ayano Shikakuji yang mempunyai wajah cantik nan elok, semua orang ingin dekat dengan Ayano yang sudah dikenal banyak orang itu.
"Sepertinya aku memang harus menghindari wanita ini."
Ryuu yang sudah tidak tahan itu pun segera mencari kursi yang kosong untuk dia duduki dan segera menjauh dari Ayano demi keselamatannya sendiri, dia tidak ingin menjadi target dari banyaknya orang yang berada disana.
Melihat ada dua kursi kosong milik mereka, Ayano pun mencubit seragam Ryuu dan menunjuk ke dua kursi yang masih kosong.
"Ryuu, ayo kita duduk disana!"
Ryuu merasa kalau itu akan menjadi hal yang akan sangat merepotkan untuknya, dia sama sekali tidak ingin berhubungan dengan Ayano lebih dari ini tetapi tidak dengan Ayano yang sangat senang dengan teman barunya itu.
"Tidak, aku akan-"
"Sudahlah ayo!"
Ayano pun menarik tangan Ryuu dengan kuat dan menuntunnya ke dua kursi kosong itu. Semua murid pun melihat Ryuu dengan mata panas mereka yang sangat iri dengan Ryuu karena bisa bersama dengan Ayano.
Ryuu pun akhirnya dengan terpaksa duduk di kursi itu karena memang tidak ada kursi yang kosong lagi disana. Wajah datarnya itu memang tidak terlihatt seperti tidak mau, tetapi di dalam hatinya dia merasa sangat terganggu dengan sikap Ayano yang tidak memikirkan tentang akibat yang akan diterima olehnya.
Kepala sekolah pun mulai memberikan pidatonya yang membosankan untuk menyambut murid-murid baru di sekolah itu. Di sela-sela itu Ayano pun mendekatkan mulutnya ke telinga Ryuu dan berbisik.
"Kau sudah tahu aku sejak awal kan? Karena itu lah kau menghentikan mereka."
Wajah Ryuu sama sekali tidak berubah, dia tetap datar seperti biasanya meskipun dia sedikit terkejut dengan itu.
"Entah...apa yang kau bicarakan, aku tidak tahu."
Ayano pun hanya tersenyum dengan manis melihat reaksi Ryuu yang membosankan itu, dia berharap kalau Ryuu akan sedikit lebih terkejut dan menunjukkan ekspresinya di wajah yang datar itu.
Akhirnya pidato kepala sekolah selesai dan dilanjutkan dengan memanggil perwakilan murid baru untuk maju dan memberikan pidatonya. Tentu perwakilan murid dipilih dengan yang mempunyai nilai tertinggi dari yang lainnya.
"Yuki Shirazu."
Yuki pun segera berdiri dan menuju ke depan untuk memberikan pidatonya mewakili seluruh murid baru, dia adalah seorang wanita berambut putih seputih salju dan mata yang berwarna biru indah, dia mempunyai tubuh yang lumayan kecil untuk gadis seumurannya, tetapi dibalik itu dia sangatlah pintar bahkan bisa dibilang sebagai seorang yang jenius.
Yuki adalah seorang yang mempunyai sifat yang bisa dibilang sangat dingin seperti namanya, tetapi sikap dinginnya itu lah yang membentuk imagenya sendiri sebagai salah satu orang yang disegani.
"Ngomong-ngomong, kenapa kau membawa pisau palsu itu? Dan kenapa kau bisa mempunyai darah palsu itu juga?"
"Itu Cuma hobi."
"Aneh sekali, ini pertama kalinya aku mendengar ada orang yang hobi membawa pisau mainan dan juga darah palsu juga."
Ayano tahu kalau Ryuu berbohong tentang itu, dia pun hanya tersenyum dan tidak mengungkit-ungkit hal itu lagi karena mungkin itu adalah rahasia dari Ryuu.
"Hei Ryuu, apa kau kenal dengan dia?"
Ryuu sangat mengenalnya, Yuki adalah orang yang sudah sering muncul di teleisi karena kejeniusannya yang sudah banyak diakui oleh seluruh ilmuwan di dunia.
"Dia sering muncul di televisi kan?"
"Ya, dia hebat kan?"
Ryuu sama sekali tidak tertarik dengan orang-orang terkenal seperti itu karena mempunyai hubungan dengan mereka sama saja dengan hukuman mati baginya, dia akan mulai banyak disorot oleh orang-orang lain untuk itu.
"Ya...dia hebat."
Ayano pun mulai kesal dengan Ryuu yang selalu berwajah datar menanggapi semua yang dia lakukan, bahkan Ryuu terlihat sama sekali tidak tertarik dengan gadis yang seperti malaikat yang sedang berdiri di podium itu.
"Ryuu, tidakkah wajahmu itu terlalu datar?"
"Untuk apa aku harus bersikap berlebihan tentangnya? Toh dia juga tidak kenal denganku."
Ayano pun terlihat kesal dengan jawaban dari Ryuu yang terlihat seperti tidak peduli dengan Yuki yang sedang berada di atas podium. Memang benar kalau Ryuu memang tidak mengenal Yuki, tetapi mendengarnya mengatakan itu membuat Ayano merasa kesal.
"Terima kasih telah mendengarkan pidato saya."
Yuki pun turun dari podium dan berjalan kembali ke kursinya dengan sikap dingin yang seperti biasanya, dia sama sekali tidak tertarik untuk basa-basi dan selalu bersikap sangat formal sehingga banyak orang yang merasa enggan untuk menyapanya karena mereka merasa tidak pantas untuk berteman dengannya.
Yuki pun melihat ke arah Ayano dan Ryuu yang sedang duduk bersebelahan itu sebelum akhirnya kembali ke kursinya dan duduk dengan tenang seperti dia yang biasanya.
Upacara penerimaan itu pun akhirnya telah selesai dan para murid pun bubar dan menuju ke ruang kelasnya masing-masing. Ryuu pun berniat untuk segera pergi dari sana sebelum dirinya diseret ke dalam masalah yang lebih rumit dari ini.
"Sampai jumpa, Ryuu!"
Ayano pun berlari meninggalkan Ryuu yang memang ingin segera Ayano pergi agar pandangan mereka semua tidak tertuju ke arahnya.
Ryuu pun segera kembali ke kelasnya sendiri yang terletak di ruangan yang paling pojok sendiri, itu adalah sebuah kelas terburuk yang berada di sekolah itu yang dikhususkan untuk anak-anak orang biasa yang nilainya hanya berada di rata-rata. Dia pun segera memasuki kelasnya itu dan segera duduk di kursinya yang terletak paling belakang.
"Eh apa kau dengar tentang murid yang dikeluarkan pagi ini?"
"Ya, aku dengar mereka berbuat kerusuhan!"
Sementara Ryuu menunggu guru untuk memulai pelajaran, dia melihat dari jendela yang berada di kelasnya itu yaitu pemandangan dari banyaknya teman-teman satu sekolahnya yang terlihat sangat menikmati masa muda mereka dengan penuh semangat dan membandingkan itu dengan dirinya.
"Tidak berguna."
Tiba-tiba pintu kelas itu pun terbuka dan disana terlihat Yuki Shirazu sang jenius masuk ke dalam kelas itu dan duduk di kursi sebelah Kyuu. Semua orang pun sangat terkejut dengan itu, mereka tidak menyangka kalau Yuki akan berada di kelas ini padahal dia mempunyai kecerdasan luar biasa. Mereka sangat yakin kalau Yuki pasti akan masuk ke kelas yang paling tinggi melihat dia yang menjadi peringkat satu pada saat ujian masuk dengan nilai yang sempurna.
Ryuu pun melirik ke arah Yuki yang duduk tenang sambil membaca sebuah buku di sebelahnya itu dengan wajahnya yang datar tanpa ekspresi. Setelah cukup, Ryuu pun kembali memandang ke luar jendela itu dengan tatapan yang membosankan lagi.
"Jadi begitu, pantas saja aku merasa sangat aneh hari ini, ternyata ini semua ulahmu, Yuki."
Ryuu pun sedikit tersenyum karena menyadari sesuatu yang selama ini dia tidak tahu tentang Yuki.
"Aku tidak menyangka kalau sang jenius juga bisa seperti itu."