Tetapi sebelum itu, tepat setelah Ryuu selesai mengantarkan Yuki di sana ada tiga orang gadis yang tengah berjalan kembali ke asrama.
Salah satu dari gadis itu pun menyadari dan melihat Ryuu yang tengah berjalan kembali dari tempat Yuki setelah mengantarnya, dia adalah seorang gadis yang mempunyai rambut hitam yang terurai panjang. Selain itu gadis itu mempunyai Iris berwarna coklat yang indah.
Gadis itu memang tidak setinggi gadis pirang yang ada di depannya itu, tetapi dia termasuk telah mempunyai tubuh yang ideal.
Gadis itu menoleh ke arah Ryuu yang tengah kembali menuju ke asramanya sendiri.
"Apa yang dia lakukan di sini?"
Salah satu gadis yang menjadi teman berjalan gadis itu pun menoleh ke arahnya, dia adalah seorang gadis berambut pirang dengan mata biru yang sangat indah, tubuhnya juga terlihat tinggi seperti layaknya seorang model majalah.
"Ajeng, apa yang sedang kamu lakukan berhenti di sana?"
"Tidak, tidak ada apa-apa kok."
Gadis berambut pirang itu pun juga melihat ke arah Ryuu dan dia pun mendekati Ajeng dengan senyuman anehnya.
"He...begitu ya...he..."
Ajeng menyadari kalau sekarang temannya itu sedang memikirkan hal bodoh, itu semua terlihat jelas di wajahnya yang terlihat senyum-senyum tidak jelas.
"Aku pernah mendengar kalau seorang gadis yang bertingkah aneh itu tandanya dia sedang suka dengan seseorang..."
"(sigh) Jangan mengatakan hal bodoh Laura, dilihat dari seragamnya dia masih kelas satu kan? Lagipula pemegang jabatan Osis seperti kita mana bisa melakukan itu."
Gadis yang satu lagi yang ada di depan mereka pun menoleh ke arah Ajeng dan Laura.
"Para kakak-kakak sekalian, ini sudah masuk jam kembali ke asrama loh!"
Mereka berdua pun langsung kembali melanjutkan perjalanan mereka menuju ke tempat mereka masing-masing.
Pagi pun telah tiba, kehidupan Ryuu yang biasa pun dimulai seperti biasanya di hari-harinya yang seperti biasanya kecuali sekarang dia sudah memiliki seorang kekasih.
Berbeda dengan Ryuu, Yuki yang sekarang jauh berbeda dengan dia yang biasanya. Yuki yang sekarang tampak lebih bersemangat sehingga dia datang untuk menunggu Ryuu tepat di depan asrama laki-laki.
Hari-hari Yuki memang terbilang sibuk karena di setiap waktu luang yang dia punya, dia hanya akan belajar dan belajar meskipun materi yang ia pelajari sudah bukan level anak SMA lagi seperti yang lainnya.
"Selamat pagi, Yuki."
"Ryuu! Akhirnya kamu datang!"
Ryuu selalu memikirkan hal ini, dia selalu melihat Yuki dan orang lain sebayanya yang ceria itu dan berpikir "Apakah ini efek dari masa muda?"
"Sebenarnya kamu tidak perlu sampai menungguku di sana, kita kan satu kelas."
"Tidak apa-apa kok, lagian aku memang suka melakukannya."
Ryuu tahu kalau semangat itu bagus, tetapi dia tidak berpikir kalau Yuki bisa membaca suasana yang berasal dari orang-orang di sekitarnya itu, lagipula musim semi masihlah terbilang dingin.
"Yuki, apa kau tidak kedinginan?"
Ini memang fenomena yang aneh bagi Yuki sendiri, entah kenapa dia sama sekali tidak merasakan dingin ketika memikirkan tentang hal-hal yang menyenangkan baginya.
"Tidak sama sekali."
[Ada apa sebenarnya dengannya?]
Tetapi meski semenjak itu Yuki menjadi lebih ceria, entah kenapa ada yang berbeda di hari ini, dia tampak lebih ceria dari sebelumnya. Bahkan Yuki terlihat sama sekali tidak gugup seperti kemarin pada saat dia melakukan hal yang sama.
"Apa ada sesuatu?"
"Hmmm...?"
"Lupakan."
Mereka berdua pun berjalan bersama menuju ke gedung sekolah.
Tentu tatapan mengerikan dari murid-murid yang iri terhadap Ryuu mewarnai perjalanan mereka berdua itu.
Di kejauhan, di sana terdapat Ajeng yang melihat mereka berdua berjalan bersama-sama.
Di sekitar Ajeng banyak murid yang melihatnya dengan tatapan kagum baik itu murid laki-laki maupun perempuan.
"Lihat itu nona Ajeng!"
"Ya aku tahu itu, dia adalah salah satu anggota OSIS!"
"Kak Ajeng!"
Ajeng pun menoleh ke arah mereka dan tersenyum ramah.
"Kalian, hati-hati kalau jalan ya?"
Ajeng sendiri adalah salah satu orang yang populer dikarenakan dia merupakan salah satu Anggota OSIS di sekolah itu. untuk memasuki OSIS, tentu itu bukanlah suatu hal yang mudah dikarenakan semua Anggota OSIS sendiri adalah para murid-murid yang hebat.
"Mereka berdua...jadi rumor itu benar ya?"
Di dalam hati Ajeng muncul sebuah pertanyaan [Sebenarnya apa yang dia lakukan?]
Di belakang Ajeng, di sana ada seorang gadis yang kemarin malam bersama-sama dengannya.
"Kak Ajeng? Kenapa dia di sana sendirian?"
Ini merupakan sesuatu yang jarang terjadi karena biasanya Ajeng tidak pernah sendirian, di sampingnya selalu ada Laura yang menemaninya dimana pun dia berada.
Gadis itu pun menghampiri Ajeng.
"Kak Ajeng!"
Ajeng menoleh ke arah gadis itu.
"Ramizel ya? Ada apa?"
"Tidak ada apa-apa, cuman tumben sekali kakak tidak bersama dengan kak Laura."
"Laura? Dia sedang melakukan tugas OSIS bersama ketua."
"Begitu ya? Ngomong-ngomong apa yang lakukan di sini?"
Ajeng pun berbalik membelakangi.
"Tidak ada apa-apa, hanya mencari udara segar di pagi hari."
Ramizel melihat ke arah di mana Ajeng melihat, dia sedikit terkejut karena di sana ada Yuki.
Ini tidak biasanya Yuki datang ke sekolah karena dia selalu menghabiskan waktunya menyendiri dengan segunung buku yang ada.
"Itu...Yuki? dan juga pria di sampingnya."
"Baiklah kalau begitu aku permisi dulu, aku mau melihat keadaan ketua dan Laura."
"Ya, sampai jumpa nanti!"
Ajeng pun pergi dari sana untuk melihat bagaimana kerja Ketua dan juga Laura sedangkan Ramizel sendiri menuju ke gedung sekolah untuk menuju ke kelasnya.
Yuki dan Ryuu pun akhirnya sampai di ruang loker sepatu.
Yuki terus melihat Ryuu yang membuka Loker sepatunya.
"Ada apa Yuki? Apa kamu perlu sesuatu?"
"Hanya penasaran apakah akan ada sesuatu seperti kemarin!"
Yuki terlihat sangat serius sekarang, dia sangat serius tentang mencari siapa pelaku di balik semua ini.
[Padahal itu tidak akan ada]
Ryuu dengan santainya membuka loker sepatunya dan di sana tidak ada surat ancaman atau apapun, yang ada hanyalah sepasang sepatu ganti untuk Ryuu.
Entah kenapa dia terlihat lega sekarang dan dia pun berjalan ke loker sepatunya dengan tenang.
Sadar atau tidak sadar, kali ini Ryuu yang terus melirik loker sepatu Yuki, dia meliriknya terus menerus tanpa Yuki sadari dengan tatapan serius yang berbeda dengan tatapan mata yang membosankan selama ini.
Yuki pun akhirnya mulai membuka Loker sepatunya dan!
"A-apa ini?"
Dia sangat terkejut dengan apa yang ada di dalam loker sepatunya sekarang, dia bahkan tidak bisa menyembunyikan rasa keterkejutannya itu.
Ryuu pun menghampiri Yuki yang sekarang tidak bisa berkata apa-apa.
"Ini...surat ya?"
Ryuu pun mengambil surat itu.
"Terlihat dari luar ini terlihat seperti surat cinta."
"Ryuu!"
Ryuu membuka surat itu dan membaca isinya dengan seksama.
"Uwah..."
Yang tertulis di sana adalah sebuah puisi cinta yang ditulis dengan sangat rapi untuk Yuki.
Sekarang daripada marah, Yuki lebih terlihat takut karena siapapun yang menulis ini pasti adalah seorang yang tidak waras karena di sana juga ada foto dari Yuki yang terlihat dipotret dari kejauhan.
Tiba-tiba Ramizel ada di belakang Ryuu dan melihat isi surat itu.
"Stalker ya?"
"Kamu, Ramizel?"
Dengan percaya dirinya Ramizel berpose layaknya salah satu karakter di salah satu Anime.
"YES, I AM!"
Tentunya itu akan mengundang banyak perhatian orang-orang yang sekarang mata mereka tertuju kepadanya.
Meskipun seperti itu Ramizel tetap percaya diri dan tidak gugup sedikit pun setelah mengeluarkan pose aneh itu, bahkan dia malah tersenyum puas.
Setelah itu mereka pergi menuju ke kelas dan Ramizel masih bersama mereka saat ini.
Yuki pun menjelaskan semuanya kepada Ramizel tentang masalah ini yaitu surat ancaman dan surat mengerikan itu.
Ramizel yang mendengarkan semua penjelasan itu pun berpose Anime glasses thing dan entah kenapa dia tiba-tiba memakai kacamata yang terlihat seperti bersinar dengan senyum jahat di mulutnya.
"He~ Omoshiroi..."
Yuki yang melihat itu tidak tahu harus berkata apa karena ini pertama kalinya dia melihat ada orang yang seperti ini.
Para murid laki-laki yang melihat itu merasa keheranan dengan tingkah Ramizel.
"Ada apa dengan gadis itu."
"Entahlah, mungkin dia masih mengalami penyakit Chunnibyou."
Setelah beberapa saat mereka pun sadar siapa gadis itu sebenarnya.
"Hoi-hoi, bukannya itu Ramizel?"
"Iya itu dia!"
Sama seperti Ajeng dan Laura, Ramizel adalah sosok yang populer di sekolah itu dikarenakan dia adalah yang terpilih menjadi OSIS saat ini.
Tentu untuk masuk menjadi anggota OSIS bukanlah hal yang mudah, mereka harus memenuhi syarat tertentu untuk bisa masuk menjadi anggota.
Kebanyakan anggota OSIS adalah orang-orang yang dipilih saat mereka baru menginjak kelas dua, mereka yang memohon menjadi anggota OSIS akan diseleksi hingga tersisa anggota-anggota yang terbaik di antara mereka semua.
Untuk Ramizel sendiri, dia bisa masuk menjadi anggota OSIS dengan jalan yang paling sulit.
Setiap tahun pada saat ujian masuk di sekolah, orang-orang yang memiliki nilai tertinggilah yang akan diangkat menjadi anggota OSIS dan mempunyai potensi untuk menjadi ketua OSIS selanjutnya.
"Tetapi bukannya yang punya nilai tertinggi itu Yuki ya?"
"Entahlah, aku dengar Yuki mengundurkan diri."
Ramizel dan yang lain mendengarkan perakapan itu.
"Ya~h sebenarnya kupikir aku akan masuk menjadi OSIS setelah menginjak kelas dua tapi...Kurasa kamu juga punya masalahmu sendiri."
Untuk tahun ini memang agak unik karena nilai tertinggi dipegang oleh Yuki, tetapi karena alasan khusus dia dia menolak untuk menjadi bagian dari OSIS.
"Kesampingkan tentang itu, sekarang mari kita ba-"
Tiba-tiba bel sekolah pun berbunyi pertanda masuk dan Ramizel meskipun mau tidak mau harus kembali ke kelasnya sendiri.
"Tch! Baiklah kita bahas ini nanti."