Bel jam istirahat pun akhirnya berbunyi dan Ramizel dengan menirukan gaya salah satu karakter kesukaannya dia melakukan pose yang sama seperti sebelumnya.
"Akhirnya waktu itu telah tiba."
Mungkin Ramizel sendiri tidak terlihat seperti gadis yang sangat pintar terutama dengan dia yang selalu bertingkah aneh, tetapi pada saat ujian kelulusan dia berada jajaran orang dengan nilai tertinggi bersama Yuki dan Anastasia, meskipun dia aneh.
Ramizel sendiri cukup populer meskipun tidak seperti Ajeng dan anggota OSIS yang lainnya terutama Idol dari sekolah ini.
Ramizel pun berdiri dan berjalan meninggalkan kelas tetapi sebelum itu ada seorang gadis yang berusaha memanggilnya tetapi terlambat karena Ramizel sudah tidak ada di sana.
Ryuu dan Yuki setelah bel istirahat itu berbunyi mereka berdiam diri di tempat duduk mereka dan menunggu Ramizel datang.
Ini adalah jam makan siang, biasanya orang akan datang ke kantin untuk makan dan sisanya mereka membuat bekal sendiri di tempat mereka.
Yuki sendiri sangat bersemangat ketika membuat ini, dia sampai rela untuk begadang di akhir pekan untuk mencoba membuat bekal yang enak, tentu ini juga salah satu persiapan untuk date mereka.
"Ryuu..."
Dengan perlahan Yuki mengeluarkan sesuatu dari tasnya.
Itu adalah kotak bekal makan siang yang sudah Yuki siapkan pada saat sebelum sekolah.
Sebenarnya Yuki sendiri tidak sedang dalam mood melakukan itu karena kejadian tadi pagi, dia masih memikirkan itu dengan sangat serius sepanjang pelajaran, dia takut kalau ini bisa merusak hubungannya dengan Ryuu.
"Yuki, jangan terlalu dipikirkan."
Yuki tidak tahu kenapa Ryuu bisa setenang itu di saat dirinya juga mendapatkan surat yang mengerikan.
"Tapi...entah kenapa aku takut."
Ini merupakan pertama kalinya Yuki mendapatkan sesuatu seperti ini di dalam hidupnya.
Tentu Yuki adalah salah satu aset sekolah yang berharga, kalau dia mau sekolah ini bisa membantu menangkap pelakunya tetapi dia tidak melakukannya, dia tidak mau sekolah ikut mencampuri urusan pribadinya ini.
Tidak lama setelah itu Ramizel sudah sampai ke sana, dengan segera dia mendatangi Ryuu dan Yuki.
"Ah dia sudah datang!"
Setelah Ramizel datang akhirnya Ryuu dan Yuki bisa meninggalkan kelas dan menuju ke sebuah tempat di mana mereka bisa mendiskusikan masalah ini bersama.
Sejujurnya Yuki sama sekali tidak tahu kenapa Ramizel membantu mereka, Yuki bahkan sama sekali tidak pernah berbicara dengan Ramizel sekalipun meskipun mereka satu sekolah.
Sambil berjalan, Yuki masih terus menerus memikirkan tentang masalah tadi pagi, dia sama sekali tidak bisa membuang pikirannya tentang itu sekalipun dia berusaha keras.
Akhirnya setelah beberapa saat mereka berjalan, mereka pun sampai di suatu tempat di mana mereka bisa berdiskusi membicarakan masalah ini tanpa ada pengganggu. Itu adalah sebuah kelas kosong tetapi kelas itu masih tertata bersih
Mereka bertiga pun mulai duduk di kursi yang ada di sana saling berhadapan.
Ramizel sama sekali tidak bisa menahan senyumnya saat ini, jiwa detektifnya merasa berapi-api sampai-sampai Ryuu dan Yuki bisa merasakan dengan jelas panas dari semangan Ramizel.
"Ehm! Jadi mengenai peristiwa tadi pagi...tentang si Stalker yang mengirim surat cinta sekaligus foto dari Yuki."
Ramizel melihat foto Yuki yang diambil oleh Stalker itu.
"Foto ini kalau tidak salah...di area gedung olah raga..."
Ramizel berpikir sejenak, di dalam pikirannya dia sudah memikirkan berbagai macam kemungkinan yang ada.
Ramizel mengarahkan pandangannya ke Yuki.
"Yuki, apa kamu tahu kapan terakhir kali kamu berkeliaran di sekitar gedung itu?"
"Aku pernah ke sana kemarin saat menyusul Ryuu."
"Hmmm..."
Tiba-tiba di dalam keheningan itu muncullah seseorang, itu adalah Monika yang telah tiba di sana sambil membawa buku tebal.
"Yuki-chan, kamu ada di sini ya? Aku sudah mencarimu dari tadi."
Yuki benar-benar lupa dengan janjinya kepada Monika kemarin.
"Ma-maafkan aku kak Monika, a-aku benar-benar lupa!"
"(sigh) Tetapi untungnya tadi ada yang memberitahuku kalau kamu kesini. Aku khawatir lho setelah mendengar kalau ada masalah baru tadi pagi jadi aku cepat-cepat ke sini."
Monika pun duduk dan meletakkan buku tebal yang ia bawa ke meja.
Ramizel pun melihat monika dan juga buku besar yang ia letakkan di meja itu.
"Kalau tidak salah kamu...kak Monika dari kelas dua ya?"
"Iya..."
Monika memperhatikan wajah Ramizel, dia seperti sedang mengingat-ingat sesuatu dan akhirnya dia sangat terkejut karena menyadari kalau orang yang duduk di sampingnya itu adalah Ramizel.
"Ah...kamu Ramizel kan? Salah satu anggota OSIS kelas satu yang terpilih!"
"Hehehehe...iya, ngomong-ngomong buku apa itu kak?"
"Ini? ini adalah buku tentang catatan perpustakaan, di dalamnya terdapat tulisan dari hampir seluruh siswa jadi Yuki-chan mungkin bisa mengetahui pelakunya dari sini."
Ramizel berpikir sejenak.
"Hmmm..."
Memang itu adalah rencana yang bagus, tetapi Ramizel tidak berpikir demikian mengingat ada beberapa masalah yang mungkin dia temukan.
Monika yang melihat Ramizel seperti memikirkan sesuatu pun penasaran dengan apa yang dipikirkan Ramizel sebenarnya.
"Apakah ada yang salah?"
"Menurutku itu terlalu memakan banyak waktu."
"Ya, tapi apa ada cara yang lainnya?"
Kali ini Ryuu yang ambil bagian, dia mulai mengambil bagiannya terhadap masalah yang membebani Yuki dan membuatnya tidak stabil ini.
"Itu percuma, kak Monika. Lagipula kalau soal tulisan semua orang bisa mengubahnya."
"Mengubah?"
"Mungkin setiap orang mempunyai kebiasaan tertentu, tetapi di dalam ribuan murid yang ada di sini bukannya ada kemungkinan jika ada banyak yang mempunyai kebiasaan yang sama? Lagipula dia menulis puisi surat cintanya menggunakan huruf bersambung yang membuatnya lebih sulit lagi apalagi menurutku pelakunya adalah seseorang yang terlihat handal jadi aku percaya kalau dia tidak akan seteledor ini."
[Kalau dia tidak sengaja]
Monika terlihat menerima pendapat Ryuu itu, dia menyeret buku besar itu dan membukanya.
"Memang benar kalau tulisannya memakai huruf sambung akan tambah sulit lagi. Jadi bagaimana? Apa kita perlu melapor ke OSIS atau mungkin ke kepala sekolah langsung?"
Itu memang ide yang bagus tetapi bagaimanapun Yuki tidak mau melakukannya.
Ryuu melihat ke arah Yuki sambil menyangga kepalanya, dia melihat ekspresi Yuki yang muram karena ini adalah pengalaman pertamanya menemui hal seperti ini dan juga ini adalah pengalaman yang mengerikan baginya.
Di tengah-tengah kesunyian di mana tidak ada seseorangpun yang mengatakan kata apapun dari mulutnya, saat itu Ryuu pun memutuskan untuk ikut menuangkan pikirannya ke dalam masalah ini.
"Baiklah, setidaknya aku bisa memperpendek jumlah terduga pelaku di dalam daftar ini."
Semua orang pun menatap ke arah Ryuu yang dengan ekspresi wajah datar yang membosankannya itu mulai menjelaskan pendapatnya.
"Pertama-tama pelakunya pasti melihat Yuki saat dia keluar ruangan. Kalau dipikir-pikir saat itu bel sudah berbunyi beberapa lama jadi tidak mungkin ada murid yang keluar."
Ramizel menganggukkan kepalanya, dia mendengarkan setiap kata dari Ryuu dengan seksama.
"Jadi melihat letak kelas 1-F yang ada di ujung pasti pelakunya melihat dari jendela lorong kelasnya saat Yuki sedang lewat dan dia juga izin keluar kelas atau mungkin dia sedang bolos."
Yuki dan Monika merasa kaget sekaligus kagum mendengarkan Ryuu.
Kesampingkan tentang Monika, Yuki yang sudah tahu Ryuu dari kecil pun juga merasa seolah-olah Ryuu kembali kepada dirinya yang dulu.
Ramizel yang mendengarkan itu mulai menunjukkan ketertarikannya terhadap buah pemikiran dari Ryuu itu.
"Hmmm...aku mengerti, jadi pelakunya bisa dipastikan dia bolos atau izin saat pelajaran berlangsung ya?"
Ramizel kembali mengeluarkan pose kerennya dengan kacamata yang dipakainya lagi, dia pun menatap ke arah Ryuu dengan ekspresi terkejut.
"Kamu..."
Dengan mata yang berbinar-binar Ramizel berdiri dan memegang kedua tangan Ryuu.
"Apa jangan-jangan kamu bisa membaca pikiranku?"
Yuki yang melihat itu pun terkejut, dia juga merasakan kecemburuan yang besar mengingat dirinya yang sebagai kekasihnya saja belum pernah berpegangan tangan seperti itu.
"Aku hanya berpikir secara Logis. Lagipula aku sudah bisa menebak dari mana pelakunya berasal dan bagaimana cara menemukannya."
"Baiklah, aku akan menunjukmu menjadi asisten detektifku!"
Ryuu menanggapi itu sama seperti dia yang biasanya, dengan wajah datar yang membosankan dia mengalihkan pandangannya.
"Kurasa tidak."
Ryuu pun melepaskan tangannya dari genggaman Ramizel.
Tanpa ada keraguan atau apapun di dalam ekspresinya Ryuu telah mengeluarkan jawabannya tentang ajakan Ramizel.
Jawaban itu memberikan Damage telak kepada Ramizel, dia bahkan diam mematung sambil syok mendengar jawaban Ryuu itu.
"Eh, ti-tidak?"
"Aku tidak punya waktu seluang itu, aku bukan jenius semacam kalian yang bisa mengerjakan tugas sekolah dengan sangat cepat dan juga aku harus kerja paruh waktu."
Tepat di samping Ryuu terlihat Yuki yang tersenyum sambil mengeluarkan aura seram yang sudah terlihat jelas di dalam batinnya dia mengatakan.
[TOLAK! TOLAK! TOLAK! TOLAK SAJA DIA! TOLAK! TOLAK! TOLAK! BAGUS, TOLAK SAJA DIA!]
Ramizel pun berhasil kembali ke dirinya lagi dan kali ini dia mempunyai usulan lain yaitu dia untuk membayar Ryuu sebagai ganti kerja paruh waktunya.
"E-ehem! aku mengerti, bagaimana kalau aku membayarmu?"
"Kalau aku boleh tanya memangnya apa tugas asistenmu?"
"Ya~h mungkin...menonton Anime bersama...menonton film bersama...yah pokoknya bermain bersama. Bagaimana, mudah kan?"
Tentu tidak ada yang mau menolak kerja yang sangat mudah seperti itu terutama jika kau dibayar dan apalagi yang mempekerjakanmu ialah salah satu gadis populer di sekolah, tetapi bagi Ryuu pekerjaan seperti itu adalah pekerjaan yang paling dia ingin hindari karena dia sama sekali tidak pandai untuk mengurus seseorang.
"Kalau begitu aku menolak."
"Eh ke-kenapa?"
Ramizel pun menunjukkan telapak tangan kanannya dengan lima jari yang terbuka di depan Ryuu.
"Bagaimana kalau aku bayar 5 dolar per jam? 5 DOLAR!"
Ryuu hanya terdiam tidak menanggapi Ramizel, dia mengalihkan pandangannya seperti sama sekali tidak tertarik dengan penawarannya itu.
Ramizel pun menambah dua jari dari tangan kirinya.
"Bagaimana dengan tuju? Tujuh dolar?!"
Sama seperti tadi, Ryuu masih mengacuhkan Ramizel dan apa yang dia katakan.
Sementara itu Yuki yang melihat itu pun mulai mengeluarkan aura menyeramkan lagi sambil dia tersenyum.
"Ramizel...bisakah kamu berhenti membuat Ryuu menjadi seperti seorang Gigolo di depanku dan kembali membahas masalah ini?"
Melihat Yuki yang seperti itu, Monika hanya tertawa garing sedangkan Ramizel segera kembali duduk di kursinya.
"Ehem! Baiklah kembali ke masalah, jadi pelakunya bisa dipastikan seseorang dari murid seangkatan kita yang kebetulan saat itu melihat Yuki yang keluar dan dia juga izin keluar dan membututi Yuki. Begitu ya?"
Semua orang tidak ada yang keberatan dengan pendapat dari Ryuu itu, mereka semua sangat setuju dengannya.
Yuki menoleh ke arah Ramizel.
"Jadi apakah ada dari kelas A yang izin kemarin?"
"Hmmm...kurasa tidak, kami di kelas A sama sekali tidak ada yang keluar saat jam pelajaran berlangsung."
Seperti yang sudah diduga dari kelas A, kelas yang berisi murid-murid pilihan dari pilihan. Sangat sangatlah jarang bagi murid yang menjadi bagian dari kelas A untuk izin tidak mengikuti pelajaran kecuali untuk orang-orang khusus seperti Anastasia yang tidak pernah mengikuti pelajaran di kelasnya.
Ramizel pun berdiri dari kursinya.
"Kalau sudah ketemu kesimpulannya seperti itu maka pencarian kita bisa lebih mudah! Aku akan mencoba bertanya kepada anak-anak kelas lain."
Yuki pun ikut berdiri.
"Aku ikut dengan Ramizel!"
Monika merasa sama sekali tidak melakukan suatu hal yang membantu mereka saat ini, tetapi sebagai kakak kelas maka dia mau menunjukkan Appealnya kepada adik-adik kelasnya itu.
"Baiklah kalau begitu aku akan bertanya kepada guru buat mencaritahu siapa saja dari murid tahun pertama yang izin keluar kemarin."
Yuki melihat ke arah Ryuu seperti mengharapkan sesuatu darinya.
Tatapan itu membuat Ryuu merasa tidak nyaman, mau tidak mau dia pun harus mengikuti kemauan Yuki yang tidak bisa dia ungkapkan dengan kata-kata.
"Baiklah aku akan bersama Yuki. Lagipula ada kemungkinan kalau Stalker itu akan muncul lagi."
Yuki yang mendengar itu wajahnya pun berseri-seri menunjukkan ekspresi senangnya karena Ryuu mengatakan hal itu.
"Benarkah Ryuu?"
Monika yang mendengar itu pun mengeluarkan senyum Smugnya kepada mereka berdua.
Memang ini baru dua hari mereka jadian tetapi Monika melihat Ryuu dan Yuki adalah pasangan yang sangat serasi. Yuki yang dikenal dingin bisa menjadi dirinya sendiri ketika di dekat Ryuu, dan Ryuu yang entah kenapa secara ajaib bisa mengerti apa yang Yuki inginkan.
"He~h kalian so sweet sekali...aku tidak menyangka Ryuu akan menjadi sang ksatria yang selalu siap melindungi sang putri."
Wajah Yuki langsung memerah karena malu dengan apa yang dikatakan Monika barusan, dia berusaha menahan itu tetapi tetap saja itu tergambar jelas di wajahnya.
"Ti-tidak bukan itu."
"Iya iya aku mengerti baiklah aku akan segera pergi ke ruang guru dulu sebelum bel masuk bunyi."
Monika meninggalkan ruangan kelas kosong itu untuk pergi ke ruang guru sedangkan Ramize, Yuki, dan Ryuu juga ikut pergi setelahnya untuk mencari tahu pelakunya dengan bertanya ke murid-murid tahun pertama.
Penyelidikan mereka pun dimulai dengan ruang kelas E yang merupakan kelas terdekat dari kelas F sehingga kemungkinan pelakunya berada di sana lebih besar dari kelas lainnya dan pada saat mereka keluar dari sana mereka melihat Anastasia yang tengah duduk sendirian di sebuah bangku taman yang terletak di bawah pohon.
Entah apa yang sedang Anastasia pikirkan sehingga dia terlihat melamun di sana yang bahkan dia terlihat tidak bergerak sama sekali.