Ryuu pun akhirnya kembali saat pelajaran berganti dan duduk lagi di sebelah Yuki, dia pun mengikuti pelajaran selanjutnya sampai waktu pulang sekolah.
Yuki yang melihat Ryuu yang sangat akrab dengan Anastasia mau tidak mau tetap merasa cemburu karena dia sebagai pacarnya saja belum pernah seakrab itu sampai-sampai dia memberikan nama panggilan kepadanya.
Bel pulang sekolah pun berbunyi dan para murid bergegas memasukkan semua barang-barangnya.
"Oh ya Yuki, habis ini apa kau mampir ke sana?"
Yuki terkejut karena tiba-tiba Ryuu menanyakan pertanyaan seperti itu.
Yuki merasa senang karena itu mungkin adalah bentuk perhatian Ryuu kepadanya, tetapi sayangnya dia memiliki janji dengan Ayano untuk membantunya mencari pelaku surat ancaman itu.
Sebenarnya Yuki ingin bersama Ryuu, tetapi Ryuu sendiri terlihat tidak tertarik dengan masalahnya sendiri dan malah seperti tidak peduli.
Selain daripada itu, bagi Yuki ini juga menjadi ajang pembuktian bahwa dia adalah pacar yang bisa diandalkan sehingga poinnya di mata Ryuu akan meningkat drastis mengalahkan Anastasia.
"Maaf Ryuu, tapi aku sudah ada janji sama Ayano."
Ekspresi Ryuu terlihat sama sekali tidak ada yang berubah, dia tetap berekspresi datar seperti biasanya.
"Begitu? Kurasa aku harus memberitahukan ini ke Mochi."
Yuki terkejut karena tiba-tiba Ryuu menyebutkan Mochi, itu membuatnya penasaran dan bertanya-tanya kenapa nama Mochi keluar di sana.
Tubuh Yuki pun gemetar karena saking terkejutnya dia dengan kata-kata Ryuu.
"Eh...a-apa dia mau mampir ke tempat kerja sambilanmu?"
"Ya, katanya dia mau jalan bersama, tetapi aku rasa hanya kami berdua saja."
Kekhawatiran Yuki pun semakin menjadi-jadi setelah mendengar kalau mereka akan jalan berdua.
Memang Ryuu dan Anastasia sendiri sudah berkata kepada Yuki bahwa mereka berdua tidak ada hubungan apapun, tetapi meskipun seperti itu Yuki tetap khawatir kalau diantara mereka tumbuh sebuah benih perasaan.
"Baiklah kalau begitu, aku duluan."
Dengan segera, Yuki pun langsung mencubit baju Ryuu dengan wajah malu-malu beserta mata yang berkaca-kaca.
Yuki memang ingin segera mencari pelaku dan melaporkannya ke guru, tetapi dia sadar bahwa waktu dia untuk bersama Ryuu menjadi berkurang.
"Tunggu...aku juga ikut."
"Tetapi katanya kamu ada janji?"
"Ga-gak jadi...besok saja."
Semua laki-laki yang ada di kelas itu pun merasa cemburu dengan Ryuu karena bisa mendapatkan Yuki yang sudah dianggap salah satu Idol di angkatan mereka.
Orang-orang yang cemburu itu memasang wajah mengerikan dan menatap Ryuu dengan tajam, tetapi Ryuu mengabaikan tatapan mereka semua.
"Baiklah."
Tiba-tiba di tengah-tengah suasana tersebut, muncullah Axel yang seperti biasa.
"Cie-cie seperti biasa kalian berdua memang selalu akrab."
Yuki pun terkejut dengan kemunculan Axel yang sangat tiba-tiba itu.
"Aku kira siapa, ternyata hanya kamu ya?"
"Yo, Axel Regan siap me-"
"Hentikan itu!"
Axel memanglah orang yang seperti itu, dia adalah orang yang selalu ceria dimanapun dia berada, dia bisa menghidupkan suasana dingin dengan sekejap.
Apakah ini yang dinamakan keuntungan menjadi orang bodoh? Ryuu pun mulai berpikir seperti itu.
"Jadi kalian mau apa sekarang? Apa kalian mau ikut bermain bersama kami?"
Terlihat beberapa orang laki-laki dan perempuan di belakang Axel yang entah kenapa sangat segan mendekat karena ada Yuki di sana.
Ryuu pun melihat ke arah orang-orang di belakang Axel, dia melihat mereka dengan wajahnya yang masih datar seperti biasanya.
"Jadi begitu..."
Karena Ryuu harus kerja sampingan jadi dia tidak ikut, meskipun dia tidak ada kerja pun dia juga tidak akan ikut dan tidak akan pernah ikut dalam event seperti itu karena dia sadar kalau dirinya bukanlah termasuk golongan yang seperti itu.
"Tidak, aku juga harus kerja jadi aku pass, bagaimana denganmu Yuki?"
Tentu saja Yuki juga sama seperti Ryuu, dia adalah seorang penyendiri yang sudah veteran sampai-sampai dia tidak mempunyai teman selain Ayano, apalagi dengan tidak adanya Ryuu yang menjadi faktor pertimbangan utama Yuki sehingga kesempatan dia untuk ikut adalah nol.
"Maaf Aku juga pass."
"Ya...sayang sekali..."
Walaupun mayoritas dari orang-orang yang berada di kelas itu baru saja bertemu, tetapi entah kenapa mereka cepat sekali akrab satu sama lain. Apakah mereka sudah saling tahu sejak mereka masih sekolah menengah pertama di sekolahan ini? Ryuu juga tidak tahu karena dia hanyalah murid pindahan sejak Sekolah Menengah Atas.
"Baiklah kalau begitu aku akan menemui Mochi, aku sudah janji dengannya."
"Aku juga!"
Akhirnya Ryuu dan Yuki pun meninggalkan kelas itu untuk menemui Anastasia di gerbang sekolah.
Pada saat yang sama Anastasia tengah menunggu di gerbang sekolah, seperti biasanya dia berpakaian seperti bocah SMP pada umumnya dengan tas berwarna Pink yang imut.
Sekolah itu memang sekolah terkenal yang memproduksi banyak murid berprestasi, tentu sekolah itu tidak hanya memiliki Sekolah Menengah Atas, melainkan juga Sekolah Menengah Pertama sehingga hampir semua siswa selalu memulai dari saat masuk SMP.
Sama seperti Ryuu, Anastasia juga tidak memiliki teman di sekolah itu karena memang dia sangat jarang berada di kelas, dia bahkan juga sangat jarang mengikuti pelajaran dan lebih banyak menghabiskan waktunya menyendiri di sebuah gedung.
Pada saat itu tiba-tiba muncullah seorang gadis kecil yang memakai seragam sekolah yang sama dengan Anastasia, dia adalah seorang gadis kecil yang terlihat nyentrik sehingga dia selalu mendapatkan banyak perhatian dari sekitar.
"Hoi kamu!"
Anastasia pun menoleh ke arah gadis itu, tetapi karena dia tidak ingat mempunyai seorang kenalan yang seperti gadis kecil itu sehingga dia mencoba menoleh ke belakangnya karena berpikir bahwa gadis kecil itu sedang memanggil orang yang ada di belakangnya.
Setelah dia menoleh ke belakang, ternyata di sana sama sekali tidak ada orang sehingga dia bingung.
"Hoi jangan mengacuhkan aku!"
Anastasia tidak tahu apa yang harus dia lakukan sekarang, dia benar-benar tidak tahu siapa gadis itu dan juga tidak pernah melihatnya, akhirnya dia pun memutuskan untuk berpura-pura tidak mendengar gadis kecil itu dan mengacuhkannya.
"Aku bilang jangan mengacuhkanku!"
Gadis itu pun merasa kesal karena Anastasia terus menerus mengacuhkannya, ini adalah pertama kalinya dia merasa diacuhkan seperti ini di dalam hidupnya.
"Mumumumumu...kisha~"
Gadis kecil yang marah itu pun terlihat bersiap akan menerkam Anastasia, tetapi dia pun dihentikan oleh seorang gadis yang tiba-tiba muncul entah dari mana.
"Stoooop!"
Gadis yang baru datang itu menahan gadis yang tengah marah agar tidak menyebabkan sesuatu yang menarik perhatian lebih dari ini.
"Lepaskan aku Viola! Aku mau beri pelajaran kepadanya biar gak mengacuhkan orang!"
Viola pun semakin menahan gadis yang tengah marah itu dengan kuat sementara Anastasia hanya melihat mereka dan merasa bingung sendiri dengan tingkah laku mereka.
Akhirnya karena Anastasia tidak mau terlibat dengan orang-orang aneh, dia pun berpura-pura tidak mendengar dan berjalan menjauh dari Viola dan juga gadis yang tengah marah itu.
"Hoi jangan main pergi saja! Kembali kesini!"
Tanpa mengiraukan ocehan dari gadis yang tengah marah itu, Anastasia berjalan menjauh dengan cepat sedangkan gadis yang tengah marah itu tidak bisa kemana-mana karena tengah ditahan oleh Viola dan sekarang dia menjadi pusat perhatian di sana.
Pada saat itu secara kebetulan dia bertemu dengan Ryuu dan juga Yuki yang tengah berjalan berduaan.
"Kak Ryuu!", teriak Anastasia sambil melambai-lambaikan tangannya.
Mendengar teriakan Anastasia, Ryuu dan Yuki segera menoleh ke arah di mana suara itu berasal.
"Mochi?"
Mochi berlari menuju ke arah Ryuu dan Yuki.
"Bukannya kamu harusnya menunggu di gerbang?"
"Ya, tadi ada orang aneh yang tiba-tiba marah sama aku jadinya aku pergi."
Yuki pun mendekati Anastasia dengan wajah seriusnya.
"Anastasia-chan, kamu membawa benda itu kan?"
"Benda itu?"
"Itu lho benda yang kalau dipencet bisa bunyi itu! kalau kamu tidak punya, aku akan bilang pada pelayanku buat beliin satu!"
Ryuu tidak tahu siapa orang itu tetapi setidaknya di dalam area sekolah ini tidak ada orang jahat yang mau menculik Anastasia meskipun dia terlihat seperti anak-anak.
"Tenanglah Yuki, kurasa keamanan di area sekolah ini sudah sangat ketat jadi tidak ada penculik anak-anak di sini."
Seperti biasa Yuki selalu patuh dengan apa yang dikatakan Ryuu.
"Baiklah kalau Ryuu bilang begitu."
"Dan juga kurasa tidak ada untungnya menculik Mochi."
Anastasia pun menggembungkan pipinya yang membuat pipinya yang bulat itu membesar dan menjadi lebih imut.
"Kakak, bolehkah aku memukulmu sekali?", kata Anastasia sambil menunjukkan wajah kesalnya yang imut.
Melihat itu, Yuki pun mengelus kepala Anastasia.
"Ryuu jangan bilang seperti itu, lihat saja Anastasia-chan yang imut ini, gak heran kalau banyak orang yang inginkan dia."
Perlakuan Yuki yang memperlakukannya layaknya anak kecil itu juga membuat Anastasia kesal."
"Kak Yuki juga, jangan perlakukan aku seperti anak kecil! Meskipun kelihatan kaya gini tapi aku sudah kelas tiga SMP dan seharusnya sudah ke SMA kalau aku gak ngulang tahun!"
Memang itu sudah tidak menjadi rahasia lagi kalau sekolah ini memang sangat keras kepada muridnya, tingginya nilai rata-rata yang ditambah dengan sulitnya soal membuat ujian akhir menjadi momok yang sangat menakutkan bagi para murid di sini, tentu saja kecuali murid-murid jenius yang sudah diberkati kecerdasan yang sangat tinggi dari lahir.
"Anastasia-chan ngulang tahun?"
"Ya."
"Ngomong-ngomong Anastasia-chan ikut kelas apa?"
"Kelas A."
"Tahun ini?"
"Masih kelas A."
Tetapi ada kejanggalan di sana, biasanya kalau murid kelas A yang tidak mampu untuk lulus itu selalu ditempatkan di kelas terburuk setelahnya, tetapi kenapa Anastasia tidak? Itu adalah pertanyaan yang terus terngiang-ngiang di dalam kepala Yuki.
"Be-begitu ya...tapi jangan khawatir kak Yuki bisa bantu kok! Gini-gini kak Yuki ini lumayan pintar!"
"Bukan lumayan lagi kan? Kamu itu murid Jenius.", Ryuu menimpali Yuki dengan wajah datarnya.
"Tidak apa-apa kok kak Yuki, aku bisa sendiri."
"Be-begitu ya?"
"Baiklah, kalau gitu mari kita pergi sekarang!"
Anastasia pun berjalan duluan yang diikuti Yuki dan Ryuu di belakangnya.
Ryuu melihat wajah Yuki yang masih memikirkan tentang Anastasia, dia tahu kalau Yuki mungkin belum tahu ini karena dia sendiri adalah seorang penyendiri yang kesulitan mendapatkan teman begitupun dengan Anastasia.
"Yuki, apa kamu tahu orang dengan nilai tertinggi pada saat ujian kelulusan SMP lalu?"
Tentu Yuki sudah tahu karena itu adalah dirinya yang mendapatkan tempat pertama dengan nilai sempurna.
"Apa yang kamu katakan, bukannya itu aku?"
"Kamu salah, orang yang mendapatkan nilai sempurna ada dua orang yaitu kamu dan yang satunya lagi."
"Ah...kalau tidak salah memang ada ya? Tapi apa hubungannya?"
"Orang itu adalah Anastasia."
Yuki pun tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya mendengar itu.
"Heh?! A-Anastasia-chan! Ta-tapi kudengar namanya bukan Anastasia?"
"Itu semua karena Anastasia mengisi kolom namanya dengan nama dari karakter fiksi buatannya jadi dia sendiri mendapatkan nilai nol."
"He-he~h tapi kenapa?"
"Entahlah, mungkin dia hanya ceroboh dan salah memasukkan namanya atau memang dia sengaja melakukannya."
Pada saat ini Yuki Shirazu merasakan kekhawatiran, dia mungkin adalah wanita sempurna yang memiliki wajah cantik bak bidadari, otak yang jenius, bahkan berasal dari keluarga kaya sedangkan Anastasia hanyalah seorang gadis aneh yang jenius, tetapi meskipun dirinya sudah sepertinya menang dengan telak, dia tetap memiliki kekhawatiran yang besar karena dia melihat keanehan dan kemisteriusan Anastasia itu yang menjadi magnet yang mungkin bisa menarik Ryuu ke dalamnya.