Yuki pun pergi bersama Ryuu ke toko buku dimana Ryuu bekerja, dia sekarang merasa sangat gugup karena dia tengah berjalan berdua dengan Ryuu yang merupakan sesuatu yang belum pernah dia pikirkan sebelumnya.
Mereka berjalan dengan ditemani indahnya cahaya matahari sore yang hangat beserta dengan pemandangan indah yang menghiasi lingkungan di sekitar mereka.
Berbeda dengan Ryuu yang masih berwajah datar, jantung Yuki sekarang berdegup kencang hanya dengan berjalan bersama saja sampai-sampai dia merasa sangat ingin segera lari dari sana dan menjauh dari Ryuu karena sudah tidak tahan dengan tekanan itu, tetapi dia tetap menguatkan dirinya karena dia tersadar kalau sesuatu tidak akan berubah sebelum dia merubahnya sendiri.
Suasana canggung menghiasi perjalanan mereka, tiada satu orang pun yang membuka mulutnya untuk mencoba mencairkan suasana ini, Yuki yang tengah tak karuan tidak bisa membuka mulutnya karena sibuk dengan menenangkan dirinya yang sekarang ingin segera lari itu.
Ryuu yang merasa tidak enak itu pun mulai mencoba membuka mulutnya, tetapi tidak tahu apa yang dia harus bicarakan karena melihat Yuki yang seperti itu.
"Yuki."
Yuki pun sangat terkejut karena Ryuu yang tiba-tiba memanggil namanya, dia sekarang benar-benar berusaha menenangkan dirinya sendiri agar tidak membuat Ryuu merasa aneh.
"A-ada apa, Ryuu?"
"Kenapa kau melakukan itu?"
Sekarang Yuki merasa sangat bimbang, dia mau menjawab dengan jujur pertanyaan yang diajukan Ryuu, tetapi dia terlalu takut untuk mengatakannya, dia masih belum siap untuk itu, dia masih sangat takut jika Ryuu mengetahuinya, dia akan menjauhinya.
"Itu...aku..."
Ryuu tidak merasa keberatan kalau Yuki tidak mau menjawabnya karena dia tahu kalau Yuki pasti mempunyai alasan yang penting dibalik setiap tindakannya yang tidak pernah dia bisa mengerti.
"Tidak apa-apa jika kau tidak ingin menjawabnya."
Suasana pun menjadi semakin canggung diantara mereka berdua sedangkan Ayano sedang mengawasi Yuki dan Ryuu dari jauh, dia sama sekali tidak menyangka kalau Yuki akan berjalan berdua dengan Ryuu. Ayano tidak tahu apa yang telah terjadi dengan mereka berdua, tetapi dia juga ikut merasa senang karena Yuki bisa semakin dekat dengan Ryuu.
Ayano pun tersenyum senang karena melihat Yuki yang wajahnya sedikit memerah dari kejauhan, dia yang selama ini dikenal sangat dingin, bisa menjadi seperti ini jika berada di dekat Ryuu.
"Selamat berusaha, Yuki."
Ryuu dan Yuki pun keluar gerbang dari sekolah dan menuju ke toko buku dimana Ryuu bekerja yang terletak tidak jauh dari sekolah. Itu membuat Yuki sedikit heran dengan Ryuu yang sudah bekerja disana bahkan sebelum dia memulai sekolahnya, dia tahu kalau Ryuu juga pasti membutuhkan uang, tetapi dia tidak menyangka kalau Ryuu akan bekerja di toko buku.
"Ah itu dia, akhirnya kita sampai."
Mereka pun mulai berjalan ke arah toko buku itu bersama-sama, dan masuk ke dalamnya. Itu adalah sebuah toko buku yang berukuran lumayan besar, toko buku itu terlihat sangat sederhana jika dilihat dari luar, di dalamnya pun hanya terdapat banyak sekali rak-rak yang diisi buku-buku baik lama maupun baru.
Ini adalah pertama kalinya Yuki mengunjungi toko buku setelah selama ini dia hanya diam membaca buku di perpustakaan pribadinya. Dia pun terkesan dengan bagaimana bedanya dengan selama ini yang dia rasakan saat berada di perpustakaan pribadinya.
"Kau lihat-lihat saja dulu, aku akan ganti baju dulu."
Tiba-tiba di belakang mereka berdua, nampak seorang siswi yang datang dengan sepedanya. Siswi itu menggunakan seragam yang sama dengan yang Ryuu dan Yuki kenakan, dia adalah seorang siswi yang mempunyai rambut ponytail panjang berwarna coklat dan juga mata yang berwarna hijau terang.
Siswi itu dengan segera memakirkan sepedanya dan masuk ke dalam toko buku itu, dia pun melihat Ryuu yang tidak biasa dia bisa berdua dengan seseorang.
"Ryuu, siapa gadis itu?"
Yuki pun terkejut dengan kehadiran siswi itu yang tiba-tiba, dia pun segera menoleh dan mendapati seorang siswi yang cantik tengah berdiri di belakang mereka.
"Apa? Ternyata hanya kak Monika, bukannya kakak libur hari ini?"
"Ya, aku Cuma mau mampir."
Monika pun terkejut ketika melihat gadis yang berada di samping Ryuu adalah Yuki yang terkenal itu. Dia sama sekali tidak menyangka kalau Yuki akan mampir ke toko buku ini dan juga dia terkejut kalau Ryuu dan Yuki datang bersama.
"Eh, bohong! Kenapa Yuki yang itu berada disini?"
"Itu, dia mau men-"
Yuki pun langsung menutup mulut Ryuu dengan kedua tangannya itu untuk mencegah Ryuu mengatakan hal yang memalukan itu kepada Monika, tetapi dengan segera, wajahnya pun memerah dan langsung menarik tangannya yang membungkam mulut Ryuu itu dengan wajahnya yang memerah dan matanya yang berkaca-kaca.
"Ma-maafkan aku Ryuu karena telah melakukan itu."
"Ah...aku juga, karena telah hampir mengatakan hal yang tidak kau inginkan."
"He~"
Melihat itu, Monika pun memasang smug facenya seolah-olah dia telah mengerti sesuatu yang penting. Monika pun mendekati Ryuu dan menyikut-nyikutkan sikunya sambil tetap memasang smug facenya itu.
"Hei-hei, apa jangan-jangan kau sudah pacaran dengannya?"
"Hentikan itu, kak Monika. Kau membuat Yuki menjadi terganggu kan."
Mendengar Monika yang mengatakan itu, wajah Yuki pun menjadi memerah dan dia menjadi gugup tidak karuan dengan asap yang seakan-akan keluar dari kepalanya.
"Pa-pacar! Pacar! Pacar!"
Ryuu pun langsung memegang pundak Yuki dan menggoyang-goyangkannya untuk menyadarkan Yuki yang sudah tidak karuan karena mendengar ucapan Monika itu.
"Yuki, sadarlah! Jangan dengarkan omongan dia."
Ryuu sudah menggoyang-goyangkan tubuh Yuki, tetapi dia sama sekali tidak kembali, wajahnya tetap memerah dan seolah-olah sedang tenggelam di dalam imajinasinya sendiri.
"Kak Monika, kakak harus tanggung jawab kepada Yuki."
Monika merasa bersalah karena sudah menjahili Yuki, tetapi melihat reaksi Yuki yang seperti itu, dia pun menjadi tahu kalau sebenarnya Yuki mempunyai perasaan kepada Ryuu.
"Maaf-maaf, aku tidak menyangka kalau Yuki-chan akan menjadi seperti ini."
"Kalau begitu kakak yang harus menemaninya sampai dia kembali normal karena aku sudah harus bekerja."
Monika menyayangkan itu, meskipun Yuki terlihat mempunyai perasaan kepada Ryuu, tetapi Ryuu hanya nampak tenang-tenang saja tanpa ada reaksi seperti yang ditunjukkan oleh Yuki.
"(sigh) Baiklah, aku akan menjaga adik kelasku tercinta ini."
Ryuu pun menyerahkan urusan Yuki kepada Monika sedangkan dia harus memulai pekerjaan paruh waktunya di toko buku itu.
Setelah beberapa saat, Yuki pun kembali tersadar dari fantasinya itu, dia pun melihat Monika yang sedang duduk di depannya dan memandangi dirinya dengan senyuman lembut.
"Akhirnya kau kembali ya, Yuki-chan."
"Eh, aku..."
"Jadi, apa yang kau sukai dari Ryuu?"
Yuki kembali dibuat terkejut dengan pertanyaan yang tiba-tiba diajukan oleh monika itu, dia tidak menyangka kalau Monika akan mengajukan pertanyaan yang seperti ini.
"I-itu tidak! A-aku tidak seperti-"
Monika sudah tahu dengan sangat jelas kalau Yuki sedang berbohong karena reaksinya yang seperti itu, dia pun kembali memasang smug facenya dan mengangkat tangannya.
"Hei Ryuu, Yuki-chan kelihatannya tidak tertarik dengan-"
Dengan panik, Yuki langsung menarik tangan dan menutup mulut Monika dengan tangannya. Itu membuat Monika terkejut dan semakin menjadi bukti yang kuat jika Yuki memang mempunyai perasaan kepada Ryuu.
"Hah? Ada apa?"
"Ti-tidak ada apa-apa!"
Yuki pun melepaskan tangannya dan segera duduk lagi di kursinya. Hari ini Yuki merasa kalau dirinya benar-benar dihajar habis-habisan oleh orang-orang ini terutama oleh Monika, dia tidak menyangka jika rahasia kecilnya ini akan sangat mudah diketahui orang.
"Jadi Yuki-chan, apa yang kau sukai dari Ryuu?"
Ini juga merupakan hal yang membuat Monika penasaran karena melihat Yuki yang terkenal dingin itu menjadi seperti ini, dia penasaran kenapa Yuki sampai mempunyai perasaan kepada Ryuu yang sama sekali tidak menonjol.
Yuki menundukkan wajahnya dengan wajahnya yang memerah karena dia sangat malu ketika rahasianya itu terbongkar oleh Monika. Dia pun melihat ke arah Ryuu yang sedang sibuk menata buku itu dengan mata yang berkaca-kaca yang membuat dirinya menjadi semakin memikat.
"I-itu...rahasia."
Monika pun merasa kalau dia tidak mempunyai pilihan lain selain puas dengan jawaban itu meskipun dia sangat penasaran, dia tidak ingin memaksa Yuki untuk mengungkapkan rahasianya apalagi dia juga seorang wanita.
"Yuki-chan, kalau kau memang suka, kenapa kau tidak segera menyatakan perasaanmu?"
Bukannya Yuki tidak mau menyatakan perasaannya, tetapi dia terlalu takut kalau Ryuu menolaknya mentah-mentah karena Ryuu terlihat tidak mengenalinya sama sekali.
"Bagaimana jika dia..."
Monika mengerti permasalahan yang dialami Yuki sekarang, tetapi menurutnya itu lebih baik untuk menyatakan perasaannya lebih dahulu sebelum dia menyesal karena terlambat.
"Kalau begitu bayangkan jika kau tidak segera menyatakan perasaanmu, terus suatu hari Ryuu tiba-tiba sudah mempunyai pacar, terus apa yang akan kamu perbuat?"
Yuki pun terdiam memikirkan itu, memang untuk sekarang Ryuu bukanlah murid populer yang mempunyai banyak penggemar yang ingin menjadi pasangannya, tetapi dia tidak menyangkal kalau akan tetap ada kemungkinan seperti itu meskipun sangat kecil.
Di dalam hati Yuki pun mulai tersimpan rasa takut dengan hanya memikirkan kalau hal itu benar-benar terjadi dengannya, dia tidak tahu lagi apa yang dia akan perbuat saat waktunya tiba dan bagaimana dia harus menyikapinya.
"Yuki-chan, lebih baik kau segera menyatakannya sebelum terlambat."
Setelah bepikir dengan keras, si jenius itu pun telah memutuskan sesuatu yang terbaik untuk dirinya sendiri, sebuah keputusan yang akan merubah kehidupan dirinya sendiri dan juga Ryuu yang selama ini membosankan.
"Baik, aku sudah memutuskannya! Terima kasih, kak Monika!"
Monika pun terlihat senang melihat wajah Yuki yang serius dan penuh keyakinan itu, sekarang yang bisa dia lakukan hanya melihat dan mendukung Yuki dari belakang.
Yuki pun berdiri dai tempat duduknya dan bejalan menuju Ryuu yang sedang tengah menata buku-buku di rak itu, dia pun mengambil salah satu novel yang berada di rak buku itu dan menyerahkannya kepada Ryuu.
"Ryuu, ini!"
"Kau mau membeli ini?"
"Y-ya."
"Tunggu sebentar."
Ryuu pun berjalan ke arah kasir bersama dengan Yuki yang mengikutinya, dia pun menscan buku itu dan menunjukkan harganya kepada Yuki.
"Harganya 1.300 yen."
Yuki pun mengeluarkan uangnya dari dompet kecilnya itu beserta dengan sebuah kertas putih kecil dan menyerahkannya kepada Ryuu. Wajahnya pun memerah setelah menyerahkan uang beserta dengan kertas kecil itu seakan-akan seperti tomat merah yang sudah masak.
Ryuu pun merasa bingung karena dia menerima sebuah kertas kecil bersamaan dengan uang dua ribu yen yang diberikan oleh Yuki, dia tidak tahu apakah Yuki sengaja atau tidak memberikan kertas itu kepadanya.
"Yuki, ini?!"
"Ryuu, sampai jumpa besok!"
"Tunggu!"
Yuki langsung berlari keluar dengan setelah menerima buku yang dibelinya dengan wajah yang masih memerah, dia tidak percaya kalau dirinya akhirnya bisa menyerahkan kertas kecil itu kepada Ryuu setelah selama ini dia menyimpannya untuk itu.
"Ada apa dengannya?"
Ryuu yang tidak tahu apa yang terjadi itu pun segera membuka kertas kecil itu dan membukanya, dia melihat sebuah tulisan indah dan rapi yang tertulis di dalamnya.
"Temui aku sepulang sekolah di bawah pohon sakura?"
Monika pun mendekati Ryuu dengan wajah tersenyumnya seolah-olah sedang menantikan sesuatu itu. Itu membuat Ryuu menjadi curiga dengan itu karena melihat senyum kakak kelasnya yang mencurigakan.
"Ryuu, kalau kau sampai membuatnya menangis, kau akan rasakan akibatnya."
"Apa yang kau katakan?"
Ryuu pun segera melanjutkan pekerjaannya sebagai penjaga toko buku, dia segera kembali menata buku-buku yang berada di rak itu dan membersihkan sisanya.
"Aku berharap yang terbaik untukmu, Yuki-chan."
Itu adalah di saat bel pulang telah dibunyikan, semua orang yang berada di kelas pun segera meninggalkan kelas satu persatu termasuk Yuki yang segera meninggalkan tempatnya dan hanya tersisa Ryuu sendirian.
"Sudah waktunya ya?"
Ryuu pun berjalan meninggalkan kelas dengan wajah yang masih datar seperti biasanya, di wajahnya sama sekali tidak terlihat kegugupan atau yang lainnya, hanya datar tanpa ekspresi seperti dia yang biasanya.
Ryuu pun mengambil sepatunya yang berada di loker dan segera meninggalkan gedung utama sekolah untuk menuju ke taman sekolah untuk menemui Yuki. Dia pun melihat para siswi yang berbisik-bisik ketika melihatnya berjalan menuju ke taman itu. Ryuu tidak menghiraukannya dan terus berjalan dengan wajah datarnya itu untuk menemui Yuki.
Pohon sakura yang indah itu pun mulai terlihat dan tepat di bawahnya terlihat seorang gadis berambut putih yang berdiri di bawahnya yang entah kenapa membuat Ryuu merasakan perasaan yang aneh.
Itu adalah pemandangan yang sangat indah dimana pohon sakura yang mekar tertiup angin yang menggoyangkan bunga-bunganya yang indah. Rambut panjang gadis itu pun juga dengan indahnya seolah-olah bersinar terkena cahaya sore dari matahari yang indah dan juga angin yang membuatnya melambai-lambai seolah-olah sedang menari dengan senangnya.
Saat ini, jantung Yuki berdegup kencang dan semakin kencang bersama dengan Ryuu yang mulai berjalan mendekat ke arahnya. Dia ingin segera lari, tetapi ini adalah keputusannya, dia tidak bisa berlari dari ini atau dia akan menyesal.
"Yuki."
Yuki pun berbalik menghadap Ryuu yang sudah berada di belakangnya dengan rambut putih indahnya yang seolah-olah menari itu.
"Ryuu..."
Mulutnya merasa sangat berat untuk sekedar terbuka, bahkan tenggorokannya serasa tidak mau mengatakan apapun, tetapi dia tetap berusaha untuk mengungkapkannya setidaknya untuk kali ini tidak peduli akan apapun hasilnya.
"Aku menyukaimu! Tolong berpacaranlah denganku!"
Yuki sudah mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuk yang akan terjadi dengannya, dia sudah mempersiapkan diri untuk tidak akan bersedih meskipun Ryuu menolaknya.
Suara indah dari bunga pohon sakura yang tertiup angin menemani pernyataan cinta Yuki itu seolah-olah ituk menyemangatinya walau apapun yang terjadi. Keheningan pun terjadi diantara mereka, Yuki yang menunggu jawaban dengan jantungnya yang berdegup kencang itu, menunggu jawaban jelas dari Ryuu.
"Baik...aku menerimanya."
Yuki terlihat tidak percaya dengan itu, dia tidak percaya kalau Ryuu akan menerimanya bahkan Ryuu terlihat sama sekali belum mengenalnya, hatinya merasa sangat senang seakan-akan mau menolcat-loncat kegirangan dari tempatnya, saking senangnya dia sampai meneteskan air mata kebahagiaannya tanpa malu sedikitpun.
"Dan juga aku sebenarnya sudah tahu kalau akan jadi begini."
Ryuu sudah mengetahui dari awal kalau Yuki mempunyai perasaan kepadanya bahkan sebelum Yuki memantapkan hatinya karena Yuki sangat mudah sekali dibaca.
"Karena itu lah aku mengajakmu ke toko buku dan bertemu dengan kak Monika agar kau memantapkan hatimu."
"Ryuu..."
Yuki pun langsung memeluk Ryuu tanpa memikirkan apapun, hanya kebahagiaan yang tersisa di wajahnya, dia sangat senang karena akhirnya dia bisa mengungkapkan perasaannya yang sudah terpendam lama itu.
"Terima kasih."
Ryuu yang biasanya berwajah datar itu pun hanya tersenyum melihat Yuki yang menjadi seperti itu, dia sangat menghargai keberanian Yuki yang berani mengungkapkan perasaannya walaupun dihantui oleh rasa takut dan gugup. Dia pun mengelus rambut Yuki yang sangat lembut itu dengan senyum di wajahnya.
"Sama-sama."
Itu adalah hari pertama Ryuu menjalani kehidupan SMAnya, hari dimana kehidupan Ryuu yang membosankan itu berubah dengan hadirnya Yuki yang berada di sisinya. Yuki yang dengan perlahan mengubah hati dan sifatnya yang dingin dan tidak peduli di dalam Ryuu itu, Yuki yang selalu mewarnai hari-harinya yang tanpa warna itu.
Ini adalah awal dari Perjalanan kisah asmara mereka di masa SMA. Kisah asmara antara murid yang selalu berwajah datar dan juga murid jenius yang dingin. Mulai dari sekarang mereka akan menemui berbagai rintangan yang akan membuat perasaan di antara mereka menjadi semakin menguat dan akan membuat mereka semakin dekat, dan dekat sampai saat itu tiba.