Sebuah hari yang sangat indah di musim semi, hari dimana bunga sakura bermekaran dengan sangat indahnya menghiasi pemandangan di jalan. Itu adalah hari pertama dimana Ryuu dan Yuki memulai hubungan mereka sebagai sepasang kekasih setelah kemarin sore Yuki dengan keberaniannya mengungkapkan perasaannya kepada Ryuu.
Bagi Ryuu, ini adalah hari yang sama seperti yang biasa dia jalani selama ini dimana dia selalu berangkat ke sekolah sendirian tanpa ada yang menemaninya berjalan, tetapi di saat dia mulai berpikir seperti itu, dia melihat Yuki yang berdiri di depan pagar asrama laki-laki untuk menunggu Ryuu agar mereka bisa berangkat Bersama-sama.
"Kurasa ini akan menjadi masalah."
Yuki terlihat sangat gugup ketika memikirkan tentang berangkat ke sekolah bersama dengan Ryuu, dia memang sangat ingin melakukannya, tetapi entah kenapa dia menjadi gugup dan tidak tahu wajah seperti apa yang akan dia pasang di depan Ryuu.
"Yuki...dia terlihat semangat sekali."
Tentu bagi Yuki, bukanlah sesuatu yang mudah untuk berdiri di depan pagar asrama laki-laki untuk menunggu Ryuu seperti ini, tetapi dia tidak bisa menahan dirinya karena dia sangat ingin untuk melakukan hal ini seperti yang ada di cerita-cerita romantis yang dia baca dan sebagai seorang gadis, tentu Yuki sangat mendambakan sesuatu yang romantis apalagi dengan orang yang dia sukai.
Ryuu pun segera keluar dari asrama laki-laki dan berjalan menemui Yuki yang terlihat sudah tidak nyaman karena tatapan banyak orang itu, dia sudah berdiri di sana sejak lama itu, dia tidak mau melewatkan satu kesempatanpun apalagi ini adalah hari pertama mereka jadian.
"Selamat pagi, Yuki. Maaf telah membuatmu menunggu."
Yuki pun terlihat senang karena Ryuu yang akhirnya muncul setelah sekian lama menunggunya, dia sudah terlihat tidak sabar untuk berjalan Bersama seperti sepasang kekasih sungguhan.
"Tidak, aku tidak menunggu begitu lama, a-aku baru saja sampai."
[Pembohong]
Ryuu sudah tahu kalau Yuki berbohong karena dia sudah tahu persis berapa lama Yuki telah menunggunya, dia sudah ada disana sejak sejam yang lalu sendirian disana yang membuat Ryuu menjadi heran dengan darimana datangnya semangat seperti itu.
"Entah kenapa aku iri dengan semangat itu."
Yuki pun tertawa kecil saat mendengar Ryuu mengatakan itu, dia memang sangat bersemangat kalau untuk hal yang semacam ini karena ini memang hal yang selama ini Yuki idam-idamkan dan ingin dia lakukan setidaknya sekali seumur hidup.
"Ryuu...apa kau keberatan?"
Sejujurnya Ryuu memang sedikit keberatan dengan ini karena dia sudah merasakan tatapan tajam dari orang-orang disekitarnya, dia yang hanya ingin kedamaian di dalam hidupnya itu pun perlahan kedamaiannya itu telah meninggalkannya.
"Kau sendiri, apa kau tidak keberatan dengan reputasimu dan juga mereka yang melihatmu?"
Ryuu tidak tahu apa yang sebaiknya dia lakukan sebagai pacar dari Yuki dengan reputasi Yuki yang sebagai murid terbaik itu. Tentu jika Yuki menginginkan, Ryuu bisa dengan rapat menyembunyikan hubungan mereka agar reputasi Yuki sebagai murid terbaik tidak jatuh, tetapi Yuki bukanlah wanita yang seperti itu yang lebih mementingkan reputasinya daripada orang yang terpenting di hidupnya.
"Hmmm...? kenapa aku harus peduli dengan apa yang mereka pikirkan?"
Yuki memang tidaklah salah dengan pemikirannya itu, Ryuu malah merasa kalau itu benar karena mereka tidak perlu untuk memikirkan apa yang orang pikirkan tentang mereka selama apa yang mereka lakukan bukanlah hal yang salah.
"Kurasa aku tidak bisa menang melawanmu."
Yuki tidak pernah merasa kalau dirinya itu hebat karena selama ini dia hanya menjalani hidupnya seperti burung dalam sangkar yang tidak pernah bebas dan hanya menuruti kehendak orang lain, bukan seperti orang lain yang bisa dengan bebas terbang di langit. Oleh karena itu ketika dia bertemu Ryuu untuk pertama kalinya, dia merasa sangat senang dan merasa bebas mengepakkan sayapnya kemanapun setidaknya sebelum Ryuu menghilang.
"I-itu tidak benar, bagiku Ryuu lebih hebat!"
Pandangan tajam orang-orang pun terasa sangat jelas sedang mengarah ke Ryuu yang membuatnya sama sekali tidak nyaman dan ingin segera pergi dari sana.
"Sebelum kita terlambat, ayo kita segera berangkat."
Yuki yang mulai melupakan apa tujuannya kesana pun segera tersadar dan dengan wajah yang malu-malunya dia pun mendekat ke Ryuu.
"Ba-baiklah ayo."
Mereka pun akhirnya berjalan menuju ke sekolah bersama-sama dan membuat siswa dan siswi yang melihat mereka merasa sangat iri dengan mereka berdua.
Yuki melihat ke arah Ryuu yang hanya berwajah datar dan sama sekali tidak memperlihatkan wajah gugup atau apapun. Itu membuat Yuki merasa khawatir jikalau sebenarnya Ryuu sama sekali tidak mempunyai perasaan kepadanya dan hanya menerimanya sebagai pacar hanya karena dia merasa kasihan kepada dirinya.
"Ryuu…"
"Hmmm...Ada apa?"
Yuki merasa ragu-ragu dan takut mendengar perasaan Ryuu yang sebenarnya, dia sama sekali tidak bisa menebak apa yang berada di pikiran Ryuu karena wajahnya yang datar itu, bahkan saat dia tersenyum pun Yuki tetap tidak bisa membacanya karena ekspresi Ryuu sangatlah unik.
"Ti-tidak...tidak ada apa-apa."
Tetapi memang benar, seberapa keras Yuki berpikir, dia tidak mempunyai jawaban lain selain itu karena melihat Ryuu yang sama sekali tidak mengenalinya, Ryuu juga tidak terlihat seperti orang yang akan menerima pernyataan cinta dari sembarang orang.
"Hai Yu-"
Secara tiba-tiba Ayano muncul dari belakang mereka berdua dan membuat Yuki terkejut setengah mati.
"A-Ayano!"
Ayano dari dulu memang sangat suka menggoda Yuki apalagi sekarang Yuki sudah mempunyai kekasih, dia merasa senang dan juga ingin menggoda Yuki dan membuat wajahnya memerah lagi.
"O~h maaf telah mengganggu kalian pasangan muda."
Seperti biasa jika Yuki berada di dekat Ryuu, sifatnya akan berubah dengan sangat drastis dari yang selalu pendiam dan cool menjadi gampang sekali malu dan gugup.
"Si-siapa yang kau sebut pa-pasangan muda!"
Ayano pun dengan smug facenya mendekati Yuki dan mendekatkan mulutnya ke telinga Yuki dan membisikkan sesuatu.
"Jadi sudah sejauh apa hubunganmu? Apa jangan-jangan kau sudah-"
Wajah Yuki memerah mendengarkan itu, dia tahu kalau suatu saat dia pasti akan melakukannya, tetapi hal itu masih terlalu cepat untuknya dan juga Ryuu, dan juga dia tidak yakin apakah Ryuu mempunyai ketertarikan kepadanya melihat ekspresi datarnya itu.
"Ja-jangan bodoh! Ma-mana mungkin kami melakukan hal yang seperti itu! La-lakukan itu setelah menikah!"
Itulah yang juga membuat Yuki bertanya-tanya alasan kenapa Ryuu menerima pernyataan cintanya. Mungkin jika itu laki-laki biasa, mereka akan menjadi sangat tertarik dengan hal-hal yang berbau seksual, tetapi Yuki sangat tahu kalau Ryuu bukanlah laki-laki biasa yang bisa tergoda oleh sesuatu yang seperti itu.
"He~h belum ya...?"
"Te-tentu saja!"
Tiba-tiba bel sekolah berbunyi dan membuat mereka semua terkejut dengan suaranya yang nyaring di telinga.
"Ah sudah masuk, da~ kalian berdua, sampai ketemu lagi."
Ayano melambaikan tangannya kepada Yuki dan Ryuu dan berlari menuju ke kelasnya yang merupakan kelas terbaik yang mempunyai fasilitas lengkap dan sangat nyaman, dia bisa masuk kesana berkat prestasi dan juga keluarganya yang kaya raya.
Yuki pun juga ikut melambaikan tangannya kepada Ayano, mereka benar-benar berteman baik sejak sangat lama. Ayano sudah mengenal Yuki sejak mereka masih kanak-kanak, dia adalah satu-satunya orang yang tetap berada di sisi Yuki dan mendukungnya.
Mereka berdua pun berjalan menuju ke Loker sepatu untuk mengganti sepatu mereka dan segera pergi ke kelas, tetapi disaat Ryuu membuka loker sepatunya, disana terdapat sesuatu yang Ryuu sudah duga sebelumnya.
"Uwah."
"Ryuu, ada apa?"
Ryuu langsung menutup loker sepatunya agar Yuki tidak melihat apa yang ada di dalamnya.
"Tidak ada apa-apa. Yuki, kau duluan saja ke kelasnya."
Yuki yang merasa ada yang salah dengan tingkah Ryuu pun segera mendekatinya untuk memeriksa penyebab dari Ryuu yang menjadi seperti itu.
"Ryuu, perlihatkan kepadaku!"
Itu akan sangat sulit bagi Ryuu untuk menyembunyikan sesuatu dari Yuki karena sedikit kesalahan saja, dia akan segera mengetahuinya melihat julukannya sebagai jenius bukanlah sekedar julukan.
"(sigh) Baiklah."
Ryuu dengan perlahan membuka loker sepatunya dan disana Yuki melihat banyak sekali surat. Itu bukanlah surat cinta atau yang lainnya, melainkan itu adalah surat ancaman kepada Ryuu karena sudah berani berpacaran dengan Yuki.
"A-apa ini?!"
Yuki sangat terkejut dengan apa yang dia lihat di dalam loker sepatu Ryuu, ini adalah sesuatu yang tidak pernah ia duga sebelumnya, dia tidak pernah menyangka kalau Ryuu akan mendapatkan surat ancaman seperti ini karena berpacaran dengannya.
Ryuu sudah menduga kalau ini akan terjadi melihat popularitas Yuki yang menjadi idola semua orang, tetapi dia tidak menduga kalau akan secepat ini.
"Ryuu..."
Melihat wajah Yuki yang dipenuhi oleh kekhawatiran, Ryuu pun mencoba untuk menghiburnya agar dia tidak khawatir lagi kepadanya.
"Aku bisa menyelesaikannya sendiri."
Yuki tahu kalau Ryuu bisa menyelesaikan masalah ini sendirian dengan baik tanpa bantuannya sekalipun, tetapi sebagai pacar Ryuu, Yuki akan menanggung semua beban masalah bersama-sama dengan Ryuu.
"Tidak, aku akan ikut untuk menyelesaikan masalah ini bersama denganmu."
Di saat itu, muncullah guru wali kelas mereka yang melihat mereka berdua yang asyik mengobrol disaat bel masuk sudah berbunyi.
"Hoi kalian berdua, apa kalian tidak mendengar bel bunyi?"
Sebagai murid teladan, Yuki tidak mau kalau dirinya sampai terkena omelan dari guru, dia pun tidak mempunyai pilihan selain membahas masalah ini nanti saat jam istirahat dimulai.
"Ugh...ki-kita akan bahas ini nanti, jangan tinggalkan aku dan menyelesaikan masalah ini sendirian."
Yuki pun langsung memakai sepatu indoornya dan berlari menuju ke kelas sementara Ryuu masih disana memandangi surat-surat ancaman itu.
"Hoi jangan berlari!"
Shiji pun berjalan menghampiri Ryuu yang tengah fokus untuk membersihkan surat-surat itu sampai-sampai dia mengabaikan Shiji yang berada disana.
"Uwah apa ini?"
Shiji pun ikut melihat apa yang ada di loker sepatu Ryuu dan mengambil salah satu dari banyak surat itu, dia pun membuka dan membaca isinya dengan seksama dan menyadari kalau itu adalah surat ancaman.
"Surat ancaman?"
Tentu rumor tentang Yuki yang telah jadian dengan Ryuu sudah menyebar luas sampai-sampai itu sampai ke telinganya karena saking banyaknya murid-murid yang membicarakannya.
"Ehm! Ryuu, bapak tahu kalau ini memang berat, tetapi lebih baik kalau kau tidak mendekati si jenius itu."
Ryuu tidak mendengarkan omongan Shiji sama sekali, dia hanya fokus membersihkan semua surat-surat yang berada di loker sepatunya itu. Melihat nasihatnya tidak didengar Ryuu, Shiji pun hanya bisa menyerah dan membiarkan Ryuu untuk memutuskannya sendiri, tetapi tetap ada hal yang membuat Shiji merasa janggal dengan hubungan mereka berdua.
"Ngomong-ngomong...apa kau benar-benar menyukai Yuki?"
Ryuu pun terdiam sejenak dengan muka datarnya yang biasa dia keluarkan sebelum akhirnya menoleh ke arah wali kelasnya itu.
"Untuk orang sekelas bapak, kurasa bapak sudah tahu jawabannya."
Shiji pun tertawa mendengar jawaban Ryuu yang sama sekali tidak ia duga-duga sebelumnya.
"Hahahaha, kurasa benar juga."
"Kalau begitu saya permisi dulu."
Akhirnya Ryuu pun meninggalkan Shiji dan segera pergi ke kelasnya sebelum dia benar-benar dimarahi oleh guru yang akan mengajar, dia berjalan dengan sangat tergesa-gesa walaupun dia sudah tahu kalau dirinya tidak akan dimarahi walau apapun yang ia perbuat.