Mengingat kembali kejadian minggu lalu saat Fuyukawa-san mengatakan kalau dia ingin menjadi temanku dengan raut wajah yang serius tapi sedikit murung malah membuatku ingin menjadi temannya langsung saat itu. Namun, itu tidak bisa. Oleh karena itu, aku harus membuat orang-orang di sekitarnya mengetahui siapa diriku ini. Waktunya akan tiba. Ya, rencananya pasti akan berhasil.
Kami terus berjalan tanpa adanya percakapan yang timbul. Situasi seperti ini sepertinya tidak wajar. Kalau sedang berjalan berdua, pasti ada bahan obrolan untuk dibicarakan. Fuyukawa-san yang sepertinya menyadari hal itu mulai berbicara.
"Oh iya, Amamiya-kun, sejak kapan kamu mulai main voli?" Fuyukawa-san melihat ke arahku.
"Mm… sejak kelas 5 SD." Aku menjawabnya sambil melihat ke arah Fuyukawa-san.
"Mm, begitu ya. Saat Amamiya-kun melakukan jump serve terlihat keren lho." Fuyukawa-san mulai tersenyum.
"Ah, tidak juga. Ada orang lain yang lebih keren daripadaku."
"Tapi aku hanya melihatmu, Amamiya-kun."
Kali ini senyumnya sangat lebar. Sangat manis. Seketika aku berkata di dalam hatiku, "Sono egao, mamoritai."
"Begitu, ya. Um, lagi pula di hari itu cuma aku yang melakukannya."
"Ah, um, benar juga." Fuyukawa-san memalingkan pandangannya ke arah jalan.
"Fuyukawa-san sendiri, sejak kapan main basket?"
"Sejak kelas 1 SMP."
"Wah, hebat, ya. Pantas saja. Permainanmu tadi bagus. Three-point-shoot di akhir pertandingan sangat luar biasa."
"Itu kan karena berkatmu, Amamiya-kun. Aku dengar teriakanmu menyuruhku untuk shoot."
"Benarkah? Aku pikir kamu tidak bisa mendengarnya."
"Bener kok. Karena itulah berkat dirimu. Aku sempat bingung saat itu."
"Oh, begitu ya."
"Ya, begitu."
Ternyata teriakanku saat itu terdengar olehnya. Kubersyukur jika teriakanku itu membuatnya berani melakukan shoot.
"Oh iya, Fuyukawa-san."
"Ada apa, Amamiya-kun?"
"Di kawasan belanja, hari apa saja yang ada diskon?"
"Oh iya, Amamiya-kun baru saja pindah ke sini, ya. Sebenarnya setiap hari ada diskon lho..."
"Eh, serius?"
"Iya, tapi ngga di semua toko. Kalau belanja di hari senin sampai jumat pada pukul 9 malam, kita bisa dapat potongan harga, dan tidak terlalu ramai pembeli. Kalau di akhir pekan, seperti yang kita alami tadi."
"Begitu ya. Terima kasih infonya."
"Sama-sama."
Jadi, setiap hari ada diskon di kawasan belanja. Kalau aku tahu lebih cepat, pasti aku tidak akan pergi di malam akhir pekan. Terlalu ramai. Lain kali, aku akan belanja saat malam di hari kerja saja.
Tidak terasa kami sudah mendekati arah tempat tinggal kami masing-masing. Karena ini sudah malam, sebagai laki-laki, tentu saja kuantar Fuyukawa-san ke rumahnya. Saat kulihat jam di ponselku, ternyata sudah lewat pukul 10 malam. Malam ini kami pulang sedikit lebih telat. Wajar sih, kami berbelanja jauh ke dalam kawasan belanja dan pembeli juga ramai.
"Fuyukawa-san, aku antar sampai ke rumahmu."
"Arigatou, Amamiya-kun."
Aku berjalan di dekatnya menuju Hachiyamacho. Di perjalan menuju rumahnya Fuyukawa-san, dia bertanya kepadaku.
"Amamiya-kun, rencanamu agar anak-anak di kelas mengakuimu bagaiamana?"
"Oh, itu… masih rahasia."
"Eh, kasih tahu dong."
"Tunggu saja saat selesai ujian tengah semester."
"Kalau perlu bantuan, kabarin aku, ya? Aku akan coba bantu."
"Ah, iya, arigatou."
Tidak lama kemudian, kami sampai ke rumahnya Fuyukawa-san. Dilihat sekali lagi, rumahnya memang luas dan besar. Saat kami tiba di depan pagar, seorang wanita terlihat di depan pintu masuk rumah. Wanita itu yang melihat Fuyukawa-san langsung menuju ke arah kami.
"Yukina, kenapa lama sekali belanjanya? Mama khawatir."
"Ah, tadi pembelinya sangat ramai. Mau gimana lagi."
Oh, jadi wanita ini ibunya Fuyukawa-san. Ibunya cantik seperi Fuyukawa-san.
"Kalau begitu, ya sudah. Terus, siapa anak laki-laki ini?"
"Ini teman sekelasku, Amamiya-kun."
"Selamat malam, Amamiya Ryuki." Aku membungkuk sambil memperkenalkan diriku.
"Oh, jadi kamu, ya. Terima kasih sudah mengantar Yukina pulang."
"Ah, tidak apa-apa. Apartemen saya juga tidak jauh dari sini."
"Apartemen?"
"Amamiya-kun hidup sendiri di apartemen. Di Daikanyamacho."
"Oh begitu ya."
"Mama, kalau pulang kasih tahu dong."
"Maaf, maaf."
Ibunya Fuyukawa-san tiba-tiba berada di rumah tanpa sepengetahuan Fuyukawa-san. Sepertinya, ibunya Fuyukawa-san jarang berada di rumah karena urusan pekerjaan.
"Kalau begitu, aku pulang dulu, Fuyukawa-san. Oyasumi."
"Um. Oyasumi, Amamiya-kun."
Aku melangkahkan kakiku meninggalkan kediaman Fuyukawa-san. Di malam yang sunyi ini, aku dapat mendengar pembicaraan Fuyukawa-san bersama ibunya.
"Jadi, dia yang waktu itu?"
"Iya, Mama."
Hanya itu yang terdengar olehku. Aku tidak tahu tentang apa yang mereka bicarakan. Aku hanya bisa menebak kalau ayahnya Fuyukawa-san memberitahu kepada istrinya kalau minggu lalu aku juga mengantar Fuyukawa-san pulang sampai ke rumahnya.
Untuk saat ini aku berharap untuk bisa bertemu dan berbicara dengan Fuyukawa-san lagi kedepannya dan rencanaku nanti berhasil untuk membuat murid kelas 2-D bisa menerimaku.