Chereads / Kesempatan Kedua di Kehidupan SMA-ku / Chapter 38 - Berbicara Tentang Bulan Mei, Maka… (4)

Chapter 38 - Berbicara Tentang Bulan Mei, Maka… (4)

Terbukanya rahasiaku membuatku berpikir ini waktu yang tepat untuk menceritakan semuanya. Mau kusimpan pun pasti semuanya juga akan mengetahuinya nanti. Tapi, ada sedikit yang mengganjal. Di saat semua murid kaget, hanya Fuyukawa-san yang bersikap seperti biasa. Dia tidak kaget. Apa dia sudah tahu duluan? Kalau memang dia sudah tahu, dia tahu dari mana? Siapa yang memberitahukannya? Apakah Taka yang memberitahukan kepadanya? Ah… Memikirkannya tidak ada gunanya.

Saat pelajaran Bahasa Inggris selesai, Hiratsuka-sensei mengacungkan jempol tangan kanannya ke arahku seperti berkata "Ganbatte" dengan raut wajah yang terlihat senang. Mungkin Sensei berpikir kalau ini kesempatan bagiku untuk menjelaskan semuanya. Dari awal, memang itu yang akan kulakukan.

Setelah pelajaran ketujuh selesai, sekolah pun berakhir. Saat guru keluar dari kelas, beberapa murid yang tadi bertanya kepadaku mulai bergerak ke arah mejaku. Aku yang sedang memasukkan buku ke dalam tas melakukannya degan cepat. Kulihat ke sekeliling kelas, tidak ada satu pun murid yang keluar. Sepertinya mereka semua ingin penjelasannya.

Yosh, baiklah. Aku sudah siap.

"Hey Amamiya, apa yang dikatakan Hiratsuka-sensei tadi benar?" Mizuno-san bertanya dari arah kananku.

"Iya, itu benar."

"Mungkin seperti yang Yukina katakan, kita memang hanya belum kenal Amamiya." Seto-san menambahkan sambil melihat ke arah Fuyukawa-san.

Aku tidak tahu seperti apa ekspresi wajah Fuyukawa-san saat ini. Mereka berdiri di sebelah kananku sehingga aku tidak bisa melihat ke arah Fuyukawasan yang masih duduk di kursinya.

"Mungkin sekarang sudah tiba giliranku untuk memberikan penjelasannya."

"Penjelasan?" Seto-san bertanya dengan ekspresi penasaran.

Murid-murid lain di kelas ini juga. Mereka semua memalingkan padangan mereka ke arahku.

Aku berdiri dari kursiku.

Kuceritakan semua dengan perlahan, dari mana aku berada, kenapa aku bisa ikut tes di Keiyou-kou, dan kenapa aku tidak bisa masuk di tahun pertama karena kecelakaan itu.

Setelah kuceritakan, suasana kelas menjadi sunyi.

"Jadi seperti itu…" Shimizu-san berkata sambil melihat ke arahku.

"Karena itulah, aku ingin kalian semua bisa menerimaku dan menjadi temanku."

Giliranku sudah selesai. Menceritakan semuanya kepada semua murid di kelas ini sedikit membuatku lega, juga mereka. Kesalahpahaman akhirnya terselesaikan. Namun aku sedikit merasa khawatir apakah mereka bisa menerimaku atau tidak. Semua murid di kelas ini mulai berbisik-bisik.

Tiba-tiba terdengar deritan kursi.

"Yoroshiku ne, Amamiya-kun." Moriyama-san berdiri dari kursinya.

"Yoroshiku, Amamiya-kun." Shimizu-san juga.

"Moriyama-san, Shimizu-san…" Aku terharu dan melihat ke arah mereka berdua.

"Maafkan aku, Amamiya atas perkataanku tadi dan yang kemarin-kemarin."

Mizuno-san berdiri ke depanku dan meminta maaf kepadaku sambil membungkukkan sedikit badannya.

"Aku juga minta maaf." Seto-san juga.

"Ah, iya, tidak apa-apa. Aku maafkan kok."

Rasa hangat yang timbul di kelas ini membuatku tersenyum lepas.

Seketika suasana kelas menjadi sunyi kembali. Apa ada yang aneh dengan diriku sehingga mereka kaget dan tidak sanggup mengeluarkan suara lagi?

"Amamiya-kun, kamu tersenyum."

Fuyukawa-san mengatakannya sambil melihat ke arahku dari arah mejanya itu. Dia juga tersenyum lepas.

"Ah… Rasanya lega setelah menceritakan semuanya. Minna-san, yoroshiku onegaishimasu."

"Um, yoroshiku Amamiya-kun."

"Yoroshiku, Amamiya."

"Yoroshiku…"

Murid kelas ini mengatakan itu padaku dan kembali duduk di kursi mereka.

Pada akhirnya mereka semua telah mengetahui semuanya dan menerimaku sebagai teman sekelas mereka di kelas ini. Dengan ini, aku sudah menjalankan rencanaku dengan baik. Sekarang, aku bisa berteman dengan semua murid di kelas ini, termasuk Fuyukawa-san.

"Ah, ngomong-ngomong, Amamiya, kamu tinggal di mana di Tokyo? Kamu kan dari Prefektur Nagano."

Mizuno-san yang sedang ngomong dengan Fuyukawa-san memalingkan pandangannya ke arahku.

"Di apartemen, daerah Daikanyamacho."

"Eh, beneran? Dekat dengan rumah Yukina dong."

"Ah , itu, aku pernah diantar pulang sampai ke rumah oleh Amamiya-kun saat kami bertemu di kawasan belanja."

"Eee...…"

Murid di kelas ini kaget. Aku juga kaget.

"Beneran itu, Amamiya?" Mata Mizuno-san memelototiku.

"Iya, benar. Kebetulan saja bertemu dengan Fuyukawa-san waktu aku sedang belanja. Lagian tidak baik membiarkan seorang gadis pulang sendirian di malam hari, jadi kuantar sampai rumahnya."

"Kamu melakukan hal yang bagus, Amamiya." Mizuno-san memujiku.

"Um, um. Laki-laki memang harus seperti itu." Seto-san menambahkan.

"Sudah kukatakan sebelumnya, kan? Kalau Amamiya-kun itu orang yang baik, juga suka menolong." Fuyukawa-san menambahkan lagi.

"He… Amamiya-kun orang yang baik, ya…"

"Dia juga pintar dan ramah…"

Beberapa murid perempuan kelas ini mulai membicarakanku. Padahal aku hanya melakukan hal yang wajar.

"Kamu tinggal bersama orang tuamu, Amamiya?"

Sifat Mizuno-san yang penasaran dan juga straight-forward itu membuatnya tidak canggung untuk menanyakan tentang diriku langsung. Karena dia sudah menanyakan tentang itu, maka aku juga harus menjawabnya.

"Ah, tidak. Aku hidup sendiri di sini."

"Jadi orang tuamu tetap di Nagano, ya?"

"…Ah, mereka…"

Aku belum membicarakan tantang keluargaku kepada mereka semua. Aku tidak tahu harus menjawab apa sekarang. Mengatakan kebenarannya langsung dari mulutku sendiri sepertinya pilihan terbaik, daripada mereka mengetahuinya dari orang lain. Misalnya saat ada kegiatan yang meminta izin dari orang tua, mereka pasti akan mengetahuinya di saat itu karena guru-guru sudah tahu tentangku. Pasti guru mengatakan, "Amamiya, karena orang tuamu telah tiada, izinnya bisa dari kakek atau nenekmu." Kira-kira begitu.

Kutarik nafas, lalu kukatakan hal yang sebenarnya. "Orang tuaku sudah tiada. Ayahku meninggal saat aku masih di kandungan ibuku, sedangkan ibuku meninggal saat aku berumur tujuh tahun."

Kulihat ke arah teman sekelasku ini, mereka seperti terkejut mendengarnya.

"Ah, maaf sudah menanyakan hal itu padamu, Amamiya."

Mizuno-san meminta maaf kepadaku sambil merapatkan kedua tangannya di depan wajahnya. Walaupun awalnya dia terkesan sedikit kasar, tapi dia memiliki hati yang lembut dan memiliki rasa sayang teman yang kuat. Karena itulah dia awalnya tidak ingin aku yang aneh dan tidak jelas ini berteman dengan Fuyukawa-san.

"Um, iya, tidak apa-apa. Aku hanya tidak ingin menyembunyikan apa pun dari kalian semua."

"Sekali lagi maaf ya, Amamiya."

"Um, iya… Kalau begitu, aku pulang duluan. Sampai jumpa besok."

"Sampai jumpa."

"Hati-hati, ya…"

Aku keluar dari pintu belakang kelas dan menghela nafas panjang. Rasanya hari ini sangat melelahkan. Menceritakan semua tentangku tadi benar-benar membuatku kehabisan tenanga. Namun aku benar-benar senang dengan itu semua. Mereka bisa menerimaku. Di tahun ini pasti lebih baik daripada tahun lalu. Aku percaya itu. Saatnya pulang…

"Sepertinya kamu telah melakukan tugasmu dengan sempurna, Amamiya-kun."

Terdengar suara wanita yang kukenal dari arah kanan yang sedikit membuatku terkejut. Suara itu berasal dari guru kami, Hiratsuka-sensei. Sepertinya Sensei melihat apa yang terjadi tadi.

"Ah, Hiratsuka-sensei, ya… Jangan mengejutkan saya seperti itu."

"Ahaha, maaf. Sepertinya mereka sudah bisa menerimamu. Yokatta ne."

"Iya, Sensei."

"Tahun ini pasti kamu bisa menikmati masa SMA-mu dengan menyenangkan."

"Ya, semoga saja. Ngomong-ngomong, ada perlu dengan saya, sensei?"

"Ah, iya, ini mengenai Klub Bantuan. Bisa ke ruang konseling sekarang?"

"Sekarang? Tidak bisa besok, Sensei? Rasanya saya lelah sekali hari ini."

"Mm… Baiklah. Besok setelah pulang sekolah di ruang konseling, ya..."

"Ruang konseling di mana, Sensei?"

"Oh iya, kamu belum tahu, ya. Ruangnya di sebelah ruang guru. Tertulis Ruang Bimbingan Konseling."

"Baiklah. Kalau begitu, saya pulang dulu."

"Hati-hati, Amamiya-kun."

Setelah berbicara dengan Hiratsuka-sensei dan mengatakan selamat tinggal, aku langsung pulang ke apartemen.

Kejadian hari ini benar-benar telah membuka lembaran baru bagiku. Masa SMA-ku seperti direset. Seperti mendapatkan kesempatan kedua untuk bisa bersekolah dan menikmati masa SMA-ku di sini.

Hm, sepertinya aku seperti melupakan sesuatu.

Apa itu ya? Sesuatu yang penting untuk kelas 2-D.

Mm…?

Oh iya, aku ingat. Jadwal piket. Seharusnya setelah pulang sekolah hari ini aku membersihkan kelas. Apa boleh buat, besok aku datang pagi-pagi ke sekolah untuk melakukannya.