Di sekolah ini, SMA Akademi Keiyou, terdapat mata pelajaran yang harus bergabung dengan kelas lain yaitu olahraga, juga pelajaran pilihan. Pelajaran pilihan sendiri untuk murid kelas dua dapat memilih dua pelajaran. Aku memilih Seni Musik II dan Matematika B.
Sekarang jam pelajaran ketiga yaitu pelajaran pilihan Matematika B di Gedung Khusus lantai satu. Di dalam ruangan ini terdapat murid yang berasal dari kelas-kelas lain tentunya. Di ruangan ini banyak murid dari kelas 2-A, kelas yang berisi murid-murid pintar. Sedikit menarik perhatianku saat melihat Shiraishi-san berada di ruangan ini. Aku sama sekali tidak sadar. Mungkin karena aku selalu duduk di paling belakang di dekat pintu keluar, sedangkan dia selalu duduk di paling depan dekat jendela luar.
Di pelajaran pilihan ini aku belum pernah berbicara sepatah kata pun. Guru yang mengajar juga tidak melakukan absen, hanya sekali saat pertama kali saja. Dia sangat percaya dengan murid-muridnya, pasti.
Saat hasil ujian tengah semester diumumkan beberapa hari yang lalu, aku mendapatkan perhatian lebih di ruangan ini sekarang, jika kubandingkan dengan sebelumnya, saat baru saja pindah ke sini. Awalnya mereka tidak terlalu memperhatikanku, khususnya murid-murid dari kelas 2-A. Mereka sama sekali tidak tertarik karena itu tindakan yang tidak perlu, yang tidak menghasilkan keuntungan. Sedangkan selain murid dari kelas 2-A selalu memandangiku dengan tatapan menusuk dan merendahkan.
Hasil ujian itu telah mengubah cara pandang mereka terhadapku, tidak hanya bagi murid kelas 2-A, tapi juga mereka dari kelas lain.
Jam pelajaran pilihan berakhir sampai di jam pelajaran keempat. Sekarang sudah memasuk waktu istirahat makan siang. Untuk pertama kalinya aku tidak langsung keluar dari ruangan hari ini. Seorang murid yang duduk di sebelahku menanyakan beberapa bagian yang tidak dia mengerti padaku saat pelajaran berakhir. Dengan senang hati aku membantunya dengan menjelaskan bagian itu agar bisa dipahami. Tidak memakan waktu terlalu lama, hanya lima menit saja. Dia mengatakan terima kasih, lalu keluar dari ruangan. Aku tidak tahu nama dan dari kelas berapa. Yang kuketahui hanya dia seorang gadis yang terlihat manis. Menjelaskan kepadanya tadi benar-benar membutuhkan keberanian lebih. Rasa gugup jika di dekat seorang gadis harus bisa dibuang. Aku harus lebih terbiasa.
Saat keluar dari ruangan ini dan berniat kembali ke kelasku, di lorong Gedung Khusus ini terdengar suara seorang gadis yang memanggil namaku, "Amamiya Ryuki-san." Seperti itu.
Kulihat ke arah kiriku, muncul lagi seorang murid perempuan. Dia berdiri di depan ruangan ini seolah dia mengetahui kalau aku berada di sini. Seorang gadis dengan tinggi badan sekitar 160 cm, rambutnya ponytail berwarna coklat, kulitnya putih, matanya berwarna coklat, dan memakai kacamata dengan frameberwarna biru.
Sepertinya gadis ini tidak mengambil pelajaran Matematika B karena seandainya dia mengambilnya dia pasti berbicara dengaku langsung di dalam ruangan saat pelajaran berakhir tadi.
"Iya, ada perlu denganku?"
"Ngga ada. Aku hanya ingin menyapamu."
"Begitu ya. Etto…"
"Ah, maaf. Namaku Iwase Ayumi dari kelas 2-A."
Iwase-san menjulurkan tangan kanannya ke arahku. Sepertinya dia ingin berjabat tangan. Tanpa pikir panjang, aku pun menjabat tangannya. Lalu melepasnya. Pertama kalinya aku berjabat tangan dengan seorang gadis SMA. Ini sebuah kemajuan.
"Di ujian akhir semester nanti, aku ngga akan kalah darimu, Amamiya-san."
"Eh?"
"Sebelumnya, peringkatku selalu berada di bawah peringkatnya Shiraishi-san. Aku udah angap dia sebagai rival. Tapi, saat kamu pindah ke sekolah ini, peringkat dua udah kamu rebut dariku dengan mudahnya. Jadi... jadilah rivalku."
"Jadi, kamu cuma mau bilang itu?"
"Iya. Aku kesal saat lihat peringkatku di bawahmu. Kenapa peringkatku bisa di bawah seorang murid pindahan."
"Kamu peringkat tiga, ya?"
"Iya."
"Oh…"
"Karena itulah, jadilah rivalku untuk ujian akhir semester nanti."
"Ah, um, aku ngga keberatan."
"Eh, beneran?"
"Iya, lagian ini pertama kalinya ada orang yang menganggapku rivalnya. Rasanya, aku sedikit senang."
"Begitu ya… Makasih."
"Um, ya. Kalau begitu, aku kembali ke kelas dulu."
"Ah, iya. Sampai jumpa."
Setelah berbicara dengan Iwase-san, aku langsung kembali ke kelasku untuk meletakkan buku. Setelah itu, saatnya makan siang di kantin.
Belajar Matematika saat tubuh masih kelelahan karena hari kemarin benar-benar hal yang berat. Aku perlu mengonsumsi makanan yang mengandung jumlah kalori yang banyak untuk bisa menopang tubuhku hari ini. Nasi daging barbeku pilihan yang cocok. Daging memang sangat cocok dimakan saat tubuh sedang kelelahan.
Hari ini aku makan siang di kantin sendirian. Ada yang bilang kalau makan bersama teman bisa membuat makanan yang kita makan terasa lebih enak. Itu memang benar. Tapi, kalau aku makan siang dengan kelompok yang semuanya perempuan, mungkin aku tidak bisa menikmati makanan yang kumakan karena gugup. Bukannya aku tidak mau makan bersama kelompok yang semuanya murid perempuan, tapi untuk saat ini aku ingin memulihkan keadaanku dulu. Memang berada di kelompok seperti itu membuatku gugup dan canggung. Tapi itu harus kubiasakan agar rasa gugup dan canggung itu bisa hilang.
Saat makan siang di kantin sendirian, aku memilih meja yang terletak di bagian belakang. Tempat seperti ini sangat nyaman untuk orang yang ingin makan sendirian.
Seperti biasa, menu makan siang di kantin ini sungguh enak. Mendapatkan silver pin sebagai perwakilan kelas tidaklah buruk. Walaupun aku tidak terlalu banyak melakukan tugas perwakilan kelas karena kebanyakan Fuyukawa-san lah yang melakukannya. Karena hubunganku dengan kelas sudah baik, walaupun belum 100%, aku ingin membantu Fuyukawa-san lebih banyak lagi. Dia pasti kelelahan karena melakukan tugas-tugas seperti itu, ditambah lagi dia juga anggota klub bola basket putri.
Selesai makan siang, aku langsung kembali ke kelas untuk beristirahat sebentar. Dari tadi saat pelajaran pilihan, leherku sudah tidak kaku lagi. Sekarang hanya sedikit pegal. Yang parah sekarang di bagian lengan dan kaki.
Saat bermain bola voli kemarin aku sama sekali tidak menahan diri. Aku mengeluarkan semua tenaga dan kemampuanku. Karena sudah lama tidak olahraga, tubuhku tidak sanggup mengimbanginya sehingga membuat otot-ototku tegang. Aku memang harus belajar menahan diri.
Saat terasa lelah, menyendiri merupakan pilihan yang sangat bagus. Berinteraksi dengan orang-orang bisa membuatmu semakin lelah. Ini dari pengalamanku sendiri.