Chereads / Kesempatan Kedua di Kehidupan SMA-ku / Chapter 48 - Beberapa Orang Mulai Peduli Kepada Amamiya Ryuki (2)

Chapter 48 - Beberapa Orang Mulai Peduli Kepada Amamiya Ryuki (2)

Aku tidak tahu sudah berapa lama tidur di ruangan ini. Tirai yang ada di sekitar tempat tidur membuatku tidak bisa melihat ke arah luar. Lagi pula tempat tidurku berada di tengah, bukan di dekat jendela.

Saat bangun dari tidurku, badanku terasa sedikit lebih enak dan nyaman untuk digerakkan, walaupun belum sepenuhnya rasa lelah yang tadi itu hilang. Setidaknya aku bisa melanjutkan kegiatan belajar untuk hari ini dan membantu klub bola voli putri sepulang sekolah nanti.

Oh iya, ponsel. Aku lupa kalau ponselku ada di saku celana. Saat kulihat jam di ponselku, sekarang sudah masuk waktu istirahat siang. Berati kira-kira aku tidur selama tiga jam.

Setelah memakan blazerku kembali, aku beranjak dari tempat tidurku untuk keluar dari ruangan ini. Tidak ada seorang pun di sini. Ya, tentu saja karena sekarang waktu istirahat makan siang. Saat aku hendak menggeser pintu Ruang UKS untuk keluar, tiba-tiba pintu terbuka. Itu sedikit mengagetkanku. Yang muncul saat pintu terbuka adalah Shimizu-san dan Nazuka-san.

"Amamiya-kun, udah gak apa-apa?"

"Ah, um, udah baikan, kok, Shimizu-san."

"Begitu ya… Aku dan Izumi sedikit khawatir apa karena membantu klub kami, kamu jadi kelelahan seperti itu."

Ternyata Shimizu-san dan Nazuka-san khawatir karena hal itu. Dari awal ini salahku karena tidak bisa menahan diri. Sudah kelelahan, tapi tidak tahu batasannya. Seharusnya kemarin aku tidak ikut bermain atas ajakan pelatih klub bola voli putra.

"Ah, jangan khawatir. Ini salahku karena ngga bisa menahan dan mengatur diri sendiri. Latihan nanti sore bisa dilakukan, kok."

"Beneran?" Nazuka-san sedikit mencurigaiku.

"Iya, benar. Kalau begitu, aku cuci muka dulu."

"Baiklah…"

Aku meninggalkan mereka menuju toilet yang letaknya tepat di samping Ruang UKS. Setelah mencuci muka dan melihat wajahku di cermin, aku sadar kalau aku memang sangat kelelahan. Lebih baik aku ke kantin untuk makan siang. Bisa-bisa aku pingsan kalau tidak makan siang.

Saat aku keluar dari toilet, aku terkejut melihat Shimizu-san dan Nazuka-san yang berdiri di depan toilet. Mereka sepertinya menungguku.

"Amamiya-kun, ayo makan siang bareng."

"Kami harus makan supaya rasa lelahnya hilang."

Tidak kusangkan kalau Shimizu-san dan Nazuka-san mengatakan itu. Mereka berdua memang orang yang baik. Tidak ada alasan untuk menolak ajakan mereka.

"Baiklah. Ayo pergi!"

Akhirnya aku pergi ke kantin bersam Shimizu-san dan Nazuka-san. Entah kenapa rasa gugup dan canggung saat bersama mereka tidak kurasakan lagi. saat bersama Fuyukawa-san juga. Ini merupakan sebuah kemajuan.

Setelah memesan makanan dan minuman, kami mencari meja makan yang kosong. Aku melihat ke sekeliling kantin. Mataku secara otomatis berhenti saat kulihat seseorang yang kukenal yang sedang makan sendirian. Dia adalah Shiraishi-san. Pertama kalinya aku melihatnya makan di kantin. Dia sendirian tanpa seorang pun di mejanya. Seperi diriku yang dulu saat pertama kali kembali ke sekolah ini.

Nazuka-san menyadari kehadiran Shiraishi-san di kantin ini.

"Itu bukannya Shiraishi-san? Dia sendirian."

"Ah, benar, Izumi. Ayo ke tempat dia makan."

"Ayo, Amamiya-kun."

"Ah, um…"

Kami bertiga melangkah ke meja tempat Shiraishi-san yang sedang memakan makan siangnya. Aku tidak tahu apakah berbaur dengan Shiraishi-san di tempat seperti ini merupakan pilihan yang tepat. Dari awal aku tidak terlalu kenal dengannya. Orangnya sangat tertutup dan aku tidak pernah melihat dirinya bersama temannya. Apa memang dia tidak punya teman di sekolah ini?

"Halo, Shiraishi-san. Boleh kami duduk di sini?"

Shimizu-san menanyakan itu langsung kepada Shiraishi-san yang sedang menyeruput mie udonnya.

"…"

Shiraishi-san terdiam sebentar untuk melihat situasi sekarang. Dia sepertinya kaget karena ada orang yang menghampirinya. Aku juga pernah berada di posisinya seperti itu.

"Silakan. Duduklah."

Seperti biasa, Shiraishi-san menjawabnya dengan nada suaranya yang dingin.

"Makasih… Ayo duduk, Izumi, Amamiya-kun."

"Iya…"

"Ah, um, baiklah…"

Shimizu-san dan Nazuka-san duduk di depan Shiraishi-san. Meja ini hanya mempunyai empat kursi, dengan kata lain aku harus duduk tepat di samping Shiraishi-san.

Ada apa dengan situasi ini. Walaupun aku seklub dengannya, bukan berarti aku sudah terbiasa dengan gadis yang bernama Shiraishi-san ini. Sampai saat ini, dia belum pernah memanggil namaku saat berbicara dengannya. Sampai muncul pemikiran kalau dia menolak kehadiranku.

"Shiraishi-san, sendirian aja?" Shimizu-san yang selalu ramah dengan semua orang mulai membuka pembicaraan dengan Shiraishi-san.

"Iya." Shiraishi-san menjawabnya dengan singkat.

"Oh iya, tentang latihan nanti sore…"

"Tolong jangan bicara saat sedang makan."

"Ah, um, maaf. Baiklah, ayo kita makan."

Nada bicaranya sangat dingin. Saat mendengar kalimat itu keluar dari mulutnya Shiraishi-san, aku yang berada di sampingnya sedikit menggigil, seolah-olah dia bisa membekukan seluruh kantin ini.

Shimizu-san pun akhirnya mengakhiri pembicaraan dengan Shiraishi-san dan mulai memakan makan siangnya. Nazuka-san terlihat santai dan sudah memakan makan siangnya dari tadi. Baiklah, ak juga mau makan dulu. Itadakimasu.

Suasana di meja ini berbeda dibandingkan dengan meja makan lainnya di kantin ini. Murid-murid makan sambil berbicara dengan teman-teman mereka. Terkesan ramai dengan pembicaraan anak muda. Sedangkan di meja kami ini hanya sunyi saja tanpa kata yang keluar dari mulut kami.

Tidak lama kemudian kami selesai memakan makan siang kami. Setelah itu, Shimizu-san mulai membuka mulutnya.

"Hey Shiraishi-san, mengenai latihan nanti, bisa kamu yang ambil alih?"

"Apa maksudmu?"

"Begini… Amamiya-kun tadi ngga enak badan. Dia istirahat di Ruang UKS dari pelajaran pertama tadi. Mungkin lebih baik kalau dia langsung pulang ke rumah sepulang sekolah nanti."

Aaah, Shimizu-san membongkar semuanya.

"Apa benar begitu?"

"Ah, um, benar. Tapi…"

"Kalau begitu, biar aku yang ambil alih."

"Bentar… Aku udah baik-baik aja, kok. Memang tadi aku ngga enak badan, tapi sekarang udah baikan."

"Kamu yakin?"

"Beneran itu, Amamiya-kun?"

"Iya, aku yakin. Beneran, kok. Tadi kan udah kubilang saat Nazuka-san yang nanya."

"Kalau kamu yakin, ya sudah."

"Ngga perlu memaksakan diri juga, Amamiya-kun."

"Iya, ini kan bukan klub mu juga."

"Um, iya…"

Shimizu-san dan Nazuka-san sepertinya sangat perhatian. Dengan kata-kata mereka itu malah membuatku semakin ingin membantu mereka. Aku ingin klub mereka bisa menang di pertandingan turnamen nanti. Walaupun tidak menjadi juara, setidaknya mereka bisa memangnkan pertandingan yang bisa membuat para juniornya di klub itu semakin ingin menjadi pemenang nantinya.

Ngomong-ngomong, sepertinya di klub bola voli putri tidak ada lagi para murid kelas tiga. Aku pun penasaran tentang hal ini dan mencoba bertanya kepada Shimizu-san dan Nazuka-san.

"Oh iya, di klub voli putri ngga ada lagi murid kelas tiga, ya?"

"Iya, mereka udah berhenti. Karena itulah kapten sebelumnya menunjuk Izumi sebagai kapten yang baru dan aku sebagai wakil kaptennya."

"Begitu ya…"

"Aku kembali duluan. Sampai jumpa nanti sepulang sekolah." Shiraishi-san berdiri dari kursinya sambil membawa nampan makan siangnya.

"Ah, aku juga."

Karena Shiraishi-san mengatakan itu, kami semua setuju untuk kembali ke kelas. Kami berempat berjalan bersama hingga berpisah di lantai dua karena kelas yang berbeda. Aku, Shimizu-san, dan Nazuka-san kembali ke kelas 2-D, sedangkan Shiraishi-san ke kelas 2-A, tempat murid elit sekolah ini.

Saat memasuki kelas, aku menjadi seperti magnet yang menarik perhatian dan padangan murdi-murid kelas ini. Jujur saja aku sedikit kaget. Setelah itu aku langsung duduk kursiku. Karena absen dua pelajaran, aku harus meminjam catatan teman sekelasku.

Mizuno-san dan Seto-san menuju ke mejaku dengan wajah penuh dengan tanda tanya dan seperti khawatir.

"Amamiya, kamu ngga apa-apa?"

"Ngga apa-apa, kok."

"Katanya kamu bantu klub voli putri latihan, ya, Amamiya?"

"Iya."

"Jangan terlalu memaksakan diri, Amamiya."

"Um, iya, makasih, Seto-san, Mizuno-san."

"Oh iya, ini catatan dua pelajaran tadi yang kamu ngga hadir."

"Makasih, Mizuno-san." Aku mengambil buku catatannya Mizuno-san.

"Kamu kan pernah pinjami aku catatan Matematika waktu itu. Jadi, ini balasan dariku."

"Sekali lagi makasih ya… Besok kukembalikan."

"Ah, ngga usah terburu-buru."

"Baiklah…"

Seto-san dan Mizuno-san kembali ke tempat duduk mereka.

Buku catatan Mizuno-san ternyata sangat rapi. Dengan melihat saja, aku mulai memahami isi pelajaran tadi. Baiklah, nanti malam menyalin catatan ini.

"Amamiya-kun, udah baikan?"

Fuyukawa-san yang muncul tiba-tiba di sebelah kananku membuatku sedikit terkejut.

"Ah, um, udah."

"Syukurlah… lain kali jangan terlalu maksain diri. Belajar nahan diri sendiri juga perlu, lho…"

Kehadiran Fuyukawa-san membuatku semakin baik. Aku pun menjawabnya sambil tersenyum.

"Iya, makasih, Fuyukawa-san."

"Sama-sama."

Bel tanda berbunyi, menandakan waktu istirahat siang telah berakhir. Sebentar lagi pelajaran kelima akan dimulai.

Baiklah, di jam pelajaran yang tersisia aku harus berkonsentrasi.