Jam pelajaran terakhir telah selesai. Sekolah hari ini pun berakhir.
Dengan langkah yang semakin berat aku menaiki tangga menuju Ruang Klub Bantuan yang terletak di ujung lantai tiga Gedung Khusus. Mungkin Shiraishi-san sudah berada di ruang klub duluan seperti biasanya.
Aku tiba di depan ruang klub. Saat kugeser pintunya, tidak terbuka. Ternyata masih terkunci yang berarti Shiraishi belum datang ke ruang klub. Apa aku datang terlalu cepat, ya…
Karena pintu ruang klub yang tidak terbuka, kuputuskan untuk melihat-lihat beberapa ruangan yang ada di lantai tiga ini. Beberapa ruangan digunakan sebagai ruang klub. Aku menjadi sedikit penasaran dengan klub apa yang ada di lantai ini.
Ada Klub Sastra, Klub Kaligrafi, Klub Astrologi, dan Klub Koran Sekolah di lantai tiga Gedung Khusus ini. Bisa dikatakan kalau Klub Bantuan merupakan tetangga mereka yang baru.
Tidak lama kemudian, Shiraishi-san datang sambil membawa suatu kotak dengan menggunakan kedua tangannya.
Aku menghampiri dirinya karena penasaran.
"Halo Shiraishi-san. Apa itu?"
"Peralatan teh."
"Sudah kamu beli, ya… Sini biar kubawa saja."
"Makasih."
Aku pun mengambil kotak itu dan membawanya ke ruang klub. Shiraishi-san membuka kunci pintu dan kami pun masuk ke ruang klub ini.
Shiraishi-san mengambil satu meja untuk menjadikannya tempat untuk peralatan teh ini, setelah itu kubuka kotak ini.
Di dalamnya ada teko kaca untuk menyeduh teh dan dua cangkir. Kupindahkan ke meja yang diambil oleh Shiraishi-san tadi. Ruangan ini menjadi sedikit keren karena ada peralatan teh ini. Selanjutnya, kalau mau menyeduh the maka memerlukan air panas. Apa harus ke Ruang Staf Pengajar untuk meminta air panas? Aku pun mulai memikirkannya.
Shiraishi-san dari tadi hanya diam saja. Aku yang bingung sekarang seperti menjadi tontonan bagi dirinya. Dia berjalan ke meja peralatan teh ini sambil membawa termos dan daun teh. Ukuran termosnya sangat pas untuk mengisi air ke dalam teko ini. Dia memasukkan daun teh ke dalam teko, lalu menuangkan air panas dari termosnya itu. Proses menyeduh pun dimulai.
"Biar aku yang melakukannya."
"Ah, um, makasih."
"…"
Shiraishi-san sedikit terkejut saat aku mengatakan itu. Ah, benar juga. Hari ini gaya bicaraku berbeda daripada biasanya. Bisa dibilang seperti inilah gaya bicaraku yang sesungguhnya. Mungkin karena itulah sedikit kaget yang mana saat aku berbicara dengannya selalu menggunakan bahasa yang terkesan formal.
Aku pun duduk di tempat dudukku dan melemaskan semua otot-ototku. Karena tidak ada hal yang bisa kulakukan sekarang, aku hanya menyaksikan Shiraishi-san mempersiapkan minuman teh.
Dari awal, ruangan ini memang sedikit gelap karena letaknya di bagian timur sehingga membuat cahaya matahari bisa masuk ke dalam ruangan ini karena terhalang gedung.
Cahaya yang sedikit ini masuk dengan menembus kaca-kaca jendela ini membuat dirinya seperti disorot dengan lampu di pertunjukan.
Semakin lama kulihat ke arahnya, dia seperti menjadi semakin indah untuk dipandang. Memang dia merupakan gadis yang cantik. Tapi rasanya, sangat sulit bagiku untuk memalingkan padanganku dari dirinya. Mungkin seperti yang dikatakan Taka kalau aku sedikit tertarik dengannya.
Ya, pasti itu. Taka benar. Aku memang tertarik dengan Shiraishi-san.
Aku ingin dia menjadi…
Terdengar suara ketukan pintu yang membuatku tiba-tiba terkejut. Apa tadi yang kupikirkan, sekarang sudah lupa.
Aku dan Shiraishi-san bertatapan. Sepertinya dia sepemikiran denganku. Baiklah, aku katakan saja.
"Ya, silakan masuk."
Pintu digeser dan masuklah dua orang yang kukenal. Mereka adalah Shimizu-san dan Nazuka-san dari klub bola voli putri. Sejujurnya aku terkejut saat tahu kalau itu mereka.
"Silakan masuk, Shimizu-san, Nazuka-san."
Aku bangun dari kursiku dan mengambil kursi untuk mereka duduki.
"Makasih, Amamiya-kun."
"Makasih."
Shimizu-san dan Nazuka-san duduk di depan tempat duduknya Shiraishi-san.
Sepertinya tehnya sudah jadi.
Tapi tunggu dulu. Peralatan teh itu hanya ada dua cangkir, sedangkan sekarang ada empat orang di ruangan ini. Mau diletakkan di mana minuman untuk dua orang ini?
Aku mulai berpikir kembali. Seperti biasa, dengan tangan kana yang memegang daguku.
Shiraishi-san kembali ke tempat letak tasnya dan mengambil sesuatu di dalam tasnya. Ada beberapa gelas kertas. Bahkan dia sudah menyiapkan itu. Shiraishi-san, kamu luar biasa.
Shiraishi-san menuangkan teh dan memberikannya ke Shimizu-san dan Nazuka-san. Juga dia sendiri telah menuangkan teh ke cangkirnya sendiri.
Tunggu sebentar… punyaku tidak ada. Ya sudah, lagi pula aku juga tidak sedang haus.
"Kamu bisa tuangkan teh ke cangkirmu sendiri."
"Ah, um, baiklah."
Jadi dia menyuruhku melakukannya sendiri. Baiklah, baiklah…
"Jadi, ada yang bisa kami bantu?"
"Kami dari Klub Bola Voli Putri mau minta bantuan kalian."
"Apa ada masalah, Shimizu-san?"
"Hari ini pelatih kami ngga bisa datang, mungkin juga beberapa hari ke depan juga…"
"…Karena itu kami ingin minta bantuan kalian."
Shimizu-san dan Nazuka-san menjelaskan secara bergantian.
"Bukannya kalian bisa latihan dengan anggota putra?"
"Ah, iya. Seperti yang dikatakan Shiraishi-san. kenapa ngga latihan sama anggota putra aja?"
"Itu ngga bisa." Nazuka-san menjawabnya dengan cepat.
"Itu ngga bisa, Amamiya-kun. Klub voli putra dilatih dengan pelatih yang keras. Sedangkan kami, pelatih kami seorang wanita yang memang ngga menuntut kami untuk menang."
"Oh, begitu ya… Hm…"
"Hm…"
Aku mulai memegang daguku untuk bisa berpikir lebih jernih agar bisa membantu mereka berdua. Kira-kira apa yang harus kami lakukan untuk mereka.
"Eh, Izumi."
"Ya, kenapa, Sumire?"
"Mereka berdua mirip, ya…"
"Ah, iya…"
Apa yang mereka bicarakan, ya…
Ah, jangan pedulikan itu. Teruslah berpikir. Apa yang bisa kami lakukan untuk membantu mereka latihan.
"Kamu… punya pengalaman di bola voli?"
Shiraishi-san menanyakan sesuatu dengan nada datar yang terkesan dingin itu.
"Tentu saja aku punya."
"Aku juga."
Shimizu-san dan Nazuka menjawabnya secara bergantian.
Tentu saja mereka punya pengalaman bola voli karena mereka di klub bola voli. Kenapa juga Shiraishi-san menanykan hal itu pada mereka berdua. Aku sama sekali tidak mengerti.
"Bukan kalian berdua. Aku tahu kalau kalian pasti sudah punya pengalaman di bola voli."
"Eh, jadi Shiraishi-san, kamu nanya ke Amamiya-kun?"
"Benar."
"Oh… jadi kamu nanya ke aku, Shiraishi-san?"
"Iya."
Dan terjadi lagi. Shiraishi-san sama sekali tidak menggunakan namaku. Hanya menggunakan "kamu" setiap kali berbicara denganku. Pasti ada alasannya, tapi aku tidak berani menanyakannya.
"Amamiya-kun pernah ikut turnamen bola voli saat SMP." Shimizu-san menjawabnya untuk Shiraishi-san.
"Benarkah itu?"
"…Um, benar."
"Karena itulah kemarin kamu…"
"Eh, kenapa?"
"Tidak ada. Murid laki-laki di kelas 2-D ada berapa orang yang jago bola voli?"
"Kalau menurutku sih cuma Amamiya-kun aja."
"Ya, aku setuju. Amamiya-kun bisa jump-serve lho, Shiraishi-san. Kemarin saat kelas kami bermain dengan kelas 2-C, Amamiya-kun keren banget lho…"
"Kamu berlebihan, Nazuka-san."
"Memang keren lho…ya kan, Sumire?"
"Um… kamu terlihat keren lho, Amamiya-kun."
"Hm…" Shiraishi-san hanya bergumam sedikit sambil berpikir.
"Kita ngga bicara tentang permainan kemarin, tapi sekarang tentang klub kalian." Aku menyeret kembali ke topik awal.
"Ah, iya…"
"Jadi, bagaimana?"
Nazuka-san dan Shimizu-san mulai meminum teh mereka.
"Bagaimana kalau kami yang membantu klub kalian latihan?"
"Maksudmu, Shiraishi-san dan Amamiya-kun bantu kami latihan?"
"Iya, seperti itu."
"Menurutku, itu cara yang bagus."
"Aku juga pikir begitu, Izumi."
Nazuka-san dan Shimizu-san setuju dengan apa yang dikatakan Shiraishi-san.
"Apa kalian ngga keberatan kalau kami yang bantu kalian latihan?"
"Pasti ngga ada yang keberatan."
"Iya, pasti."
Shimizu-san dan Nazuka-san menjawabnya sangat percaya diri dengan senyuman di wajah mereka.
Aku sedikit penasaran, sebenarnya kapten klub bola voli putri siapa. Seharusnya yang meminta bantuan dari kami adalah kapten mereka.
"Aku dari tadi penasaran, sebenarnya siapa sih kapten klub voli putri?"
"Tentu saja Izumi kaptennya."
"Oh, jadi Nazuka-san kaptennya, ya… Kukira Shimizu-san kaptennya."
"Sumire wakil kaptennya."
"Oh… baiklah."
"Oh iya sebelumnya kalian mengatakan kalau pelatih kalian akan ngga bisa hadir beberapa hari ke depan. Kira-kira berapa hari?"
"Hm… berapa hari kira-kira, Izumi?"
"Kira-kira dua atau tiga hari."
"Sekarang sudah hari Selasa, berarti kami akan membantu kalian sampai Rabu atau Kamis."
"Iya. Tolong bantuannya, Shiraishi-san dan Amamiya-kun."
"Um… Oh iya, Shiraishi-san, jangan lupa tulis log book-nya."
"Iya, aku mengerti."
Shiraishi-san mulai menulis di log book seperti yang dikatakan Hiratsuka-sensei, pembina klub ini. Selagi dia mengisi log book itu, Aku beranjak dari tempat dudukku ke meja tempat peralatan teh diletakkan untuk mengambil teh. Teko kaca yang berisi teh, cangkir, dan gelas kertas.
Shiraishi-san, Shimizu-san, dan Nazuka-san sudah meminum habis teh mereka. Hanya aku yang belum meminum teh itu. Tiba-tiba aku menjadi haus karena dari tadi terus berbicara. Rasanya badanku menjadi sedikit lebih lelah. Ini gawat.
Kutuangkan teh ke dalam gelas kertas ini. Setelah itu aku menuju ke tempat Shiraishi-san untuk melihat log book yang sedang ditulisnya. Saat kuhirup aroma teh ini, aromanya sangat berbeda jika dibandingkan dengan teh-teh yang pernah kuhirup. Saat kuminum tehnya, rasanya sangat enak. Tubuhku yang tadi kelelahan sekarang sudah sedikit membaik. Pasti ini teh herbal premium yang dibawa olehnya.
"Enak…"
"Baguslah kalau kamu suka."
Aku melihat ke arah log book dan membacanya. Permasalahan: pelatih bola voli putri tidak hadir. Jenis bantuan yang diberikan: anggota klub bantuan menjadi pelatih sementara.
Hm, sepertinya sudah pas. Saatnya langsung membantu mereka. Sebelum itu, kuhabiskan dulu teh ini.
"Jadi, kapan bisa kita mulai, Nazuka-san?"
"Sekarang. Kami tunggu di Gedung Olahraga."
"Um, baiklah."
Nazuka-san dan Shimizu-san keluar dari ruangan ini menuju Gedung Olahraga.
Aku dan Shiraishi-san bersiap-siap juga untuk keluar. Tapi, ada sesuatu yang mengganjal. Aku tidak membawa pakaian olahraga hari ini. Kalau sepatu, sudah kusimpan di loker sepatu setelah pelajaran olahraga pertama kali.
Hm… apa boleh buat. Pakai seragam sekolah ini saja langsung tidak masalah sepertinya. Hanya perlu meletakkan blazer ini di kelas. Setelah itu langsung ke Gedung Olahraga. Lagi pula hanya melatih. Bukan berarti aku ikut bermain langsung. Um, ya, tidak apa-apa.