Chereads / Kesempatan Kedua di Kehidupan SMA-ku / Chapter 40 - Dan Akhirnya, Klub Bantuan Resmi Dibentuk (2)

Chapter 40 - Dan Akhirnya, Klub Bantuan Resmi Dibentuk (2)

Bel tanda pulang berbunyi setelah jam pelajaran ketujuh selesai. Sepulang sekolah hari ini, aku harus ke Ruang BK seperti yang dikatakan Hiratsuka-sensei kemarin.

Setelah guru keluar dari kelas, aku pergi ke Ruang BK.

Ruang BK terletak di lantai dua, di samping Ruang Staf Pengajar. Kuketuk pintu ruang dan seseorang mengatakan, "Silakan masuk." Kugeser pintu geser ini dan masuk ke dalam. Di sini sudah ada Hiratsuka-sensei dan juga Shiraishi-san. "Ah, sudah datang." Hiratsuka-sensei mengatakan itu saat melihat aku masuk ke ruang ini.

Di tengah ruang ini terdapat meja kaca minimalis lengkap dengan sofa. Aku menuju sofa itu dan duduk di sampingnya Shiraishi-san, sedangkan Sensei berada tepat di depanku.

"Baiklah, karena semuanya sudah di sini, mari kita mulai pembicaraan tentang Klub Bantuan. Seperti namanya, klub ini bertujuan untuk membantu para murid. Kalian bisa membantunya langsung atau dengan cara diskusi. Jadi, peran kalian seperti guru konseling. Paham?"

"Saya mengerti."

"Saya juga."

"Selanjutnya untuk ketua klub, siapa yang bersedia?"

"…" Shiraishi-san hanya diam.

"Bukannya itu lebih baik Sensei yang memilihnya?"

"Saya hanya ingin bertanya siapa yang bersedia. Nama ketuanya sudah ada dengan saya."

"Mm… Berarti, seperti itu saja."

"Baiklah. Ketua Klub Bantuan adalah Shiraishi Miyuki-san. Apa kamu keberatan, Shiraishi-san?"

"Tidak, Sensei."

"Baguslah. Kalau begitu, saya akan memberi kertas keterangan tentang klub ini kepada kepala sekolah dan juga OSIS. Tunggu di sini sebentar."

"Baik, Sensei."

Setelah kujawab, Hiratsuka-sensei keluar dari Ruang BK.

Saat ini, aku berdua dengan Shiraishi di ruangan ini. Dia hanya diam dengan pandangannya ke depan. Tatapannya seperti mengarah ke arah yang sangat jauh, seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Namamu Amamiya Ryuki-kun, benar?"

Shiraishi-san tiba-tiba menanyakan namaku. Padahal dulu saat bertemu dengannya di ruang tamu guru, Hiratsuka-sensei sudah memberitahu namaku.

"…Ah ya, benar."

"Kamu murid pindahan dan bisa mendapatkan peringkat kedua di ujian tengah semester. Kamu pasti hebat."

"…Ah, tidak juga. Shiraishi-san juga, selamat karena dapat peringkat pertama."

"Aku hanya melakukan apa yang seharusnya kulakukan. Bukan sesuatu yang luar biasa."

"Benarkah? Meskipun begitu, tetap saja kamu hebat, Shiraishi-san."

"…"

Shiraishi-san kembali diam dan tidak lama kemudian Hiratsuka-sensei kembali.

"Shiraishi-san, Amamiya-kun, mari ikut saya ke ruang klub kita."

"Sudah ada ruang klubnya, Sensei?" Aku jadi bersemangat.

"Tentu saja. Ruangnya ada di Gedung Khusus lantai tiga. Kebetulan masih ada ruang kosong di sana."

Kupikir ruang klub kami berada di Gedung Klub yang kalau tidak salah letaknya di dekat Aula Sekolah.

"Ruangan di Gedung Klub sudah dipakai semua." Hiratsuka-sensei sepertinya baru saja membaca pikiranku.

Kami keluar dan mengarah ke Gedung Khusus. Melewati koridor penghubung Gedung Utama dengan Gedung Khusus, menaiki tangga, hingga akhirnya tiba di lantai tiga. Ini bukan pertama kalinya aku berada di Gedung Khusus. Di Gedung ini terdapat laboratorium, ruang musik, ruang seni, dan sebagainya di lantai satu dan dua. Sedangkan di lantai tiga masih banyak ruang yang tidak terpakai, sehingga ada yang dijadikan ruang klub.

Saat kami berjalan menuju ruang klub kami, aku melihat beberapa ruang klub yang ada di sini. aku sendiri tidak tahu klub apa itu. Mereka tidak menuliskan ruang klub apa di pintu masuknya.

"Kita sudah sampai," kata Hiratsuka-sensei.

Akhirnya kami tiba di ruang yang akan menjadi tempat Klub Bantuan. Letaknya di ujung lantai tiga, arah utara.

Saat memasuki ruang ini, aku berpikir kalau ruangnya pasti kotor dan berdebu, tapi tidak. Walaupun tidak ada yang memakainya, ruang ini tertata rapi, bersih dan tidak berdebu. Meja dan kursi bertumpuk rapi di bagian belakang ruang.

"Bersih dan rapi, ya…"

"Tentu saja, Amamiya-kun. Semua ruang di Gedung Khusus selalu dibersihkan secara berkala oleh petugas kebersihan sekolah. Lain halnya kalau ruang itu dihuni oleh suatu klub. Penghuni klub lah yang harus membersihkannya."

"Oh begitu ya…"

"Baiklah, ayo kita susun meja dan kursinya."

Aku, Shiraishi-san, dan Hiratsuka-sensei mulai menyusun meja dan kursi untuk diduki. Mengambil meja dan kursi yang ada, lalu meletakkannya di tengah ruang ini. Empat meja yang dirapatkan, dua kursi di ujung sisi kiri dan kanan, dan satu kursi di tengah.

Aku duduk di kursi sebelah kanan yang dekat dengan pintu, Shiraishi-san duduk di kursi sebelah kiri, dan Hiratsuka-sensei duduk di kursi tengah di depan kami. "Baiklah, selanjutnya akan saya jelaskan tentang aktivitas klub ini," kata Hiratsuka-sensei yang kemudian batuk untuk membersihkan tenggorokannya.

"Ehm… Mulai hari ini, Klub Bantuan telah resmi dibentuk dengan Shiraishi-san sebagai ketua klub. Untuk aktivitas klubnya sudah bisa dilaksanakan hari ini. Saya sudah menyuruh Klub Koran Sekolah untuk mempromosikan klub Bantuan. Mungkin sebentar lagi mereka sudah menempelkan informasi klub ini di mading-majalah dinding-sekolah."

"Mm… Sensei, mengenai aktivitas klubnya, kami perlu menunggu murid-murid untuk datang kemari dan meminta bantuan, kan?"

"Tentu saja, Amamiya-kun."

"Kalau tidak ada seorang pun murid yang datang…"

"Kita memiliki waktu luang yang bisa digunakan untuk belajar atau membaca selagi menunggu mereka untuk datang." Shiraishi-san memotong kata-kataku.

"Ya, seperti yang dikatakan Shiraishi-san. Ah, ini ada log book.Gunakan buku ini untuk merekam aktivitas kalian saat ada yang datang. Tulis hari dan tanggal, nama dan kelas, permasalahan yang dialami, dan jenis bantuan yang diberikan."

"Ah, baiklah…"

Jadi kami hanya perlu menunggu murid yang datang ke sini. Selagi kami menuggu, kami bisa melakukan apa pun di waktu itu. Tidak terlalu melelahkan, sepertinya.

"Untuk anggaran klubnya akan saya serahkan besok kepada Shiraishi-san. Kalau begitu, saya kembali dulu. Oh iya, kunci ruang klubnya bisa kamu bawa pulang, Shiraishi-san. Saya punya kuncinya satu lagi. Kalau begitu, selamat berjuang..."

"Baiklah, Sensei."

"Ya, Sensei."

Hiratsuka-sensei setelah itu keluar dari ruang klub ini.

Saat ini aku hanya berdua dengan Shiraishi-san tanpa berbicara sepatah kata pun. Shiraishi-san mengeluarkan suatu buku dari tasnya dan mulai membaca.

Oh iya, aku sudah bilang ke Namikawa-san dan Kayano-san kalau akan ke Perpustakaan. Apa harus kulakukan sekarang? Lebih baik ke perpustkaan sebentar untuk meminjam buku dan menyapa Namikawa-san dan Kayano-san. Setelah itu, kembali ke ruang ini.

"Ano, Shiraishi-san…"

"Mm…?" Shiraishi-san memalingkan padangannya dari buku ke arahku dengan ekspresi datar.

"Aku mau ke Perpustakaan sebentar. Ada buku yang ingin kupinjam."

"Silakan…"

"Terima kasih."

Aku meninggalkan ruang klub, menuju perpustakaan.

Saat tiba di perpustakaan, terlihat Namikawa-san sedang duduk di balik konter perpustakaan sambil membaca buku. Sepertinya dia sedang menikmati dunia sastra dari buku itu. Tidak baik mengganggunya saat sedang membaca, jadi aku langsung melangkah ke rak buku.

"Amamiya-kun?"

"Mm?"

Aku melihat ke arah sumber suara yang memanggilku. Suara yang aku tahu berasal dari mulut siapa. Namikawa-san ternyata menyadari kehadiranku. Padahal tadi sangat fokus dengan buku yang dibacanya.

"Kamu datang, ya…"

"Ah, tentu saja. Kan sudah kubilang tadi. Kayano-san tidak ada?"

"Ah, kalau Chi-chansuda pulang duluan. Katanya ada perlu."

"Begitu ya…"

"Mau pinjam buku lagi?"

"Iya…"

"Oh iya, ada beberapa buku baru di bagian rak buku fiksi. Buku referensi baru juga ada kalau kamu perlu untuk belajar."

"Terima kasih, Namikawa-san."

"Um…"

Aku pergi ke rak buku fiksi dan melihat beberapa buku novel baru. Buku baru memang terasa memiliki aura tersendiri. Aromanya juga beda. Beberapa buku baru ini memang menarik perhatianku. Aku ambil buku yang menurutku lebih menarik dan membawanya ke Namikawa-san.

"Namikawa-san, aku pinjam buku ini."

"Baiklah."

Setelah menulis data peminjaman data dan berkata terima kasih kepada Namikawa-san, segera aku kembali ke ruang klub.

"Amamiya-kun, langsung pulang?"

"Ah, tidak. Aku kembali ke ruang klub."

"Kamu masuk klub?"

"Iya, baru saja. Mulai hari ini."

"Klub apa?"

"Klub Bantuan."

"Eh?" Namikawa-san seperti kebingungan.

"Klub Bantuan, klub yang berada di bawah pengawasan langsung Guru BK. Kata Hiratsuka-sensei, klub ini ada untuk membantu murid-murid jika ada masalah karena masih banyak murid yang segan membicarakannya kepada guru."

"Oh, aku paham. Jadi, kenapa Amamiya-kun di klub itu?"

"Ah, aku dimasukkan oleh Hiratsuka-sensei. Lagian aku juga tidak ada kegiatan lain."

"Sendirian?"

"Ah, tidak. Berdua dengan Shiraishi-san."

"Shiraishi-san???" Namikawa-san seperti terkejut mendengar ada Shiraishi-san.

"Iya. Kamu mengenalnya?"

"Di kelas satu kami sekelas."

"Mm… Oh iya, Namikawa-san kalau ada masalah atau perlu bantuan, datanglah ke klub kami. Kami akan coba membantu."

"Ah, um." Namikawa-san menangguk.

"Kalau begitu, sampai jumpa besok."

"Um, sampai jumpa."

Aku segera meninggalkan perpustakaan dan kembali menuju ruang klub sambil membawa satu buku yang kupinjam tadi.

Kugeser pintu ruang klub dan aku terhenti di depan pintu ini. Mataku tertuju kepada seorang gadis bernama Shiraishi-san yang dari tadi duduk sambil membaca buku. Rambut hitamnya berterbangan karena hembusan angin musim semi yang masuk ke dalam ruang ini melalui jendela, yang entah kapan jendela itu dibuka. Mungkin saat aku pergi tadi dia membukanya.

Matanya fokus tertuju ke arah buku yang dipegangnya di atas meja itu. Tangannya yang putih seperti salju itu terlihat sedang membalik-balikkan halaman buku yang sedang dibacanya. Kira-kira buku seperti apa yang dibacanya, ya…

Wajahnya memerah. Sesekali bibirnya yang tipis itu bergerak seperti mengikuti kalimat dari buku itu.

Tiba-tiba, Shiraishi-san meletakkan bukunya dan melihat ke arah pintu dan mata kami pun bertemu.

"Ada apa?" Shiraishi-san melihat ke arahku sambil memiringkan sedikit kepalanya.

"…Ah, tidak ada apa-apa."

"Oh begitu…" Shiraishi-san kembali ke aktivitas sebelumnya. Dia mulai membaca kembali buku itu.

Entah berapa lama aku terhenti di depan pintu ini.

Setelah pintu kututup, aku duduk di kursi yang terletak dekat dengan pintu ini dan mulai membaca buku yang kupinjam tadi.

Satu per satu halaman kubaca secara perlahan hingga jam dinding yang berada di atas papan tulis menunjukkan pukul 5:30 sore. Sepertinya tidak ada seorang pun yang akan datang hari ini. Wajar saja karena baru dibentuk.

"Shiraishi-san, sepertinya tidak ada yang datang ya," kataku sambil menutup buku yang kubaca ini.

"Sepertinya begitu." Shiraishi-san berhenti membaca.

"Wajar saja karena klub ini baru hari ini diumumkan."

"Iya, benar. Kalau begitu, kita cukupkan saja kegiatan hari ini."

"Baiklah."

Setelah mengatakan itu, kami mulai membereskan barang-barang kami dan menutup kembali jendela. Kunci ruangan ini Shiraishi-san yang memegangnya. Setelah dia mengunci ruangan ini, barulah kami meninggalkan Gedung Khusus.

Aku berjalan di belakang Shiraishi-san sampai menuju loker sepatu.

Saat pertama kali bertemu dengan Shiraishi-san, aku sedikit gugup berada di dekatnya dan berbicara dengannya. Tapi hari ini tidak seperti itu. Kenapa, ya…

"Shiraishi-san…"

"Ya?"

"Sampai jumpa besok."

"Sampai jumpa."

Setelah mengatakan selamat tinggal, aku langsung pulang ke rumah.

Langit sore yang berwarna merah dan matahari sudah berada di ufuk barat menyinari kota ini dengan cahaya keemasannya itu menemani jalan pulangku.

Semoga besok kami kedatangan klien.