Sore hari di hari Sabtu setelah menyaksikan pertandingan basket di sekolah tadi, aku sedikit mencari tahu beberapa hal tentang olahraga bola basket. Ternyata ada manga yang bertemakan bola basket. Judulnya Slam Dunk dan Kuroko no Basuke. Aku belum pernah membacanya.
Lemparan terakhir Fuyukawa-san tadi itu ternyata disebut buzzer beateryaitu ketika bola yang dilempat saat buzzer berbunyi dan masuk ke ring.
Ah, ada pesan di LINE dari Fuyukawa-san.
[Halo, Amamiya-kun. Makasih udah nonton pertandingan kami tadi. Makasih juga udah dukung kami. Mohon dukungannya lagi saat turnamen dimulai.]
[Sama-sama. Semangat latihan untuk turnamen nanti.]
[Ya... Ngomong-ngomong Amamiya-kun, nanti malam kamu ke kawasan belanja?]
[Rencananya sih.]
[Mau pergi bareng?]
[Ee? Apa tidak apa-apa? Kalau ada yang lihat, nanti kamu didesak lagi dengan pertanyaan dari Seto-san dan Mizuno-san.]
[Enggak apa-apa. Lagian jarang murid Keiyou-kou ke kawasan belanja itu.]
[Kalau begitu, baiklah.]
[Jam 8.15 malam, ya. Aku tunggu di persimpangan jalan kemarin.]
[Baiklah.]
[Sampai nanti.]
Ada satu hal yang menggangguku sedikit. Fuyukawa-san bilang "aku tunggu di persimpangan jalan kemarin" yang mana waktu itu aku bertemu dengannya di sana saat aku sedang berjalan menuju sekolah dan berakhir dengan kami pergi ke sekolah bersama.
Jadi saat itu dia menungguku untuk pergi bersama ke sekolah?
Tidak mungkin Fuyukawa-san menungguku di sana untuk bisa pergi ke sekolah bersamaku. Kenapa juga aku berpikir tentang itu lagi. Itu sudah pasti kebetulan. Lagian, kebetulan ya kebetulan. Tidak ada yang merencanakannya dan mengetahuinya. Walaupun ada orang yang mempercayai kalau kebetulan itu bagian dari takdir. Jadi, kebetulan itu tidak ada, adanya itu takdir. Kalau aku, tentu saja menganggap kalau kebetulan itu ya kebetulan. Bukan takdir.
Setelah makan malam seperti yang dijanjikan tadi, aku menunggu Fuyukawa-san di persimpangan jalan yang dikatakannya. Pukul 8.10 malam. Aku datang lebih awal. Datang sebelum waktu yang ditentukan merupakan hal dasar dalam menepati janji.
Tidak lama kemudian, Fuyukawa-san tiba sambil membawa tas belanja.
"Maaf membuatmu menunggu, Amamiya-kun."
Nafasnya terengah-engah. Sepertinya Fuyukawa-san habis berlari.
"Ah, iya, tidak apa-apa. Otsukare atas pertandingannya tadi."
"Ah, makasih."
"Lawannya kuat, ya..."
"Iya. Ayo kita pergi."
"Um, baikah."
Setelah berbincang sedikit, kami berjalan menuju kawasan belanja yang berjarak sekitar 20 menit dari tempat ini.
Di malam hari dengan hembusan angin musim semi yang sedikit sejuk.
Aku tidak tahu harus berbicara tentang apa. Kurangnya pengalaman berkomunikasi dengan para gadis lah penyebabnya. Tahun pertama di salah satu SMA di Nagano saat aku dipindahkan ke sana, aku sama sekali tidak mendapatkan apa itu yang dinamakan pertemanan. Tahun ini adalah kesempatan keduaku. Aku harus membuat banyak teman untuk balas dendam kepada tahun kemarin.
Saat berjalan di trotoar, sesekali kulihat ke arah Fuyukawa-san. Wajahnya yang seputih salju itu bersinar cerah saat terkena cahaya lampu jalan. Dia berjalan sambil tersenyum. Sepertinya ada hal menyenangkan yang terjadi padanya.
Berpikirlah Ryuki, pasti ada sesuatu hal yang bisa membuka pembicaraan dengan dirinya. Sesuatu hal, sesuatu…
Ah, dapat. Saat itu Fuyukawa-san pergi belanja tanpa memberi tahu ayahnya. Mungkin ini bisa menjadi awal dari pembicaraan kami sambil berjalan menuju kawasan belanja.
"Oh iya, Fuyukawa-san, apa kamu sudah bilang ke orang tuamu kalau pergi belanja malam ini?"
Nada suaraku sedikit tinggi. Terkesan seperti nada suara yang khawatir, padahal aku gugup.
"Sudah kok. Aku juga bilang kalau pergi bersama Amamiya-kun."
"Oh, begitu ya?"
"Um, begitu."
"…"
Ah, aku tidak tahu mau bicara apa lagi. Sekarang kami hanya terdiam. Hanya terdengar langkah kami kami dan suara kendaraan yang lewat di jalan.
Setelah 20 menit berjalan, kami tiba di kawasan belanja. Masih ada waktu sebelum waktu diskon dimulai. Ada beberapa yang akan kubeli, mungkin lebih baik kami berpisah di sini.
"Fuyukawa-san, mungkin kita pisah di sini."
"Eh? Kenapa?"
"Ada beberapa yang ingin kubeli. Tokonya berada sedikit ke dalam kawasan belanja."
"Engga apa-apa kok. Amamiya-kun juga nanti bakal beli ikan dan sayur, kan?"
"Ah, um, iya."
Kenapa Fuyukawa-san bisa tahu?
"Ada toko yang menjual ikan dan sayuran yang berada di bagian dalam kawasan belanja ini. Jadi ngga perlu pergi ke dua toko yang berbeda."
"Oh, ada toko yang seperti itu, ya? Kalau begitu, baiklah."
"Ayo."
Kami berjalan menyusuri gang-gang yang ada di kawasan belanja ini. Terus berjalan ke dalam kawasan belanja. Oh iya, aku perlu membeli kain lap. Oleh karena itu, aku memutuskan untuk ke toko yang menjual kebutuhan sehari-hari. Aku tahu tempatnya saat keliling-keliling kawasan ini minggu lalu.
"Fuyukawa-san, aku ke toko yang menjual kebutuhan sehari-hari dulu ya. Mau beli kain lap."
"Aku juga ikut."
"Mm, baiklah."
Kami berjalan sedikit ke depan dan ketemu tokonya. Kami pun masuk ke dalam toko.
Pada malam hari, pembeli di toko ini tidak banyak. Letaknya juga sedikit jauh ke dalam kawasan belanja yang mungkin membuat orang malas untuk datang ke sini. Padahal di sini menjual perlengkapan sehari-hari yang terbilang lengkap.
Aku mencari kain lap, sedangkan Fuyukawa-san hanya melihat-lihat saja. Kenapa aku cari kain lap? Karena mengelap dengan kain lebih bersih daripada alat mengelap yang lainnya. Bisa saja menggunakan kertas tapi kertas itu lebih baik didaur ulang. Kalau kertas dibuang percuma, maka pohon akan tumbang untuk menjadi bahan pembuatan kertas. Kita ini harus memahami perinsip "Go Green."
Setelah dapat kainnya, aku membelinya tiga. Untuk mengelap lantai dan kaca jendela menuju beranda, mengelap dapur, dan satu lagi kusimpan.
Kami keluar dari toko ini. Kulihat jam di ponselku. Sebentar lagi jam diskon dimulai.
"Fuyukawa-san, sudah hampir mulai waktu diskonnya."
"Ah, iya. Ayo ke toko yang kukatakan tadi. Tokonya ngga jauh dari sini. Ada di depan sana, masuk ke gang sebelah kiri, terus, mm… ke kanan, etto…"
"Haha… Ayo langsung jalan saja Fuyukawa-san." Aku tertawa kecil.
"Ah, jangan tertawa dong, Amamiya-kun. Aku kan berusaha jelasin arahnya ke kamu."
Wajah Fuyukawa-san sedikit memerah. Apa karena dari cahaya lampu atau dia merasa malu? Aku tidak tahu.
"Ah, maaf. Lagian nanti aku juga hafal jalannya." Aku masih tertawa.
"Ya sudah. Ikuti aku."
"Hai', Fuyukawa-san."
Fuyukawa-san dan diriku pergi dari toko ini menuju toko yang dikatakannya tadi. Aku penasaran seberapa banyak orang yang mengincar bahan makanan diskon di toko itu nanti.
Aku terus mengikuti Fuyukawa-san dari belakang. Hari ini aku seperti melihat sisi lain dari dirinya. Dia sepertinya kesulihat menetukan arah ke toko yang dikatakannya tadi. Apa karena dia belum pernah pergi ke toko itu sebelumnya? Aku sedikit penasaran.
Kami seperti berputar-putar di sekitar sini. Berjalan sedikit lagi menuju ke dalam kawasan belanja ini, hingga akhirnya kami tiba di suatu toko yang menjual sayur dan ikan. Sepertinya ini toko yang dikatakan Fuyukawa-san tadi.
"Sudah sampai, Amamiya-kun."
"Oh, di sini tokonya. Memang jauh ke dalam kawasan belanja ini, ya."
"Iya."
"Ayo kita masuk."
Saat kami masuk ke dalam toko, sudah banyak orang berada di dalam. Semuanya wanita, dari muda hingga tua. Aku sendiri pembeli laki-laki di toko ini. Wajar sih, wanita sangat suka memburu diskonan. Ah, ngomong-ngomong, toko ini besar dan luas.
Saat jam tepat menunjukkan pukul 9 malam, penjual mengatakan, "Waktu diskon dimulai" sambil berteriak. Seketika orang-orang mulai bergerak mencari bahan yang dibutuhkannya.
"Amamiya-kun, ayo kita juga."
"Ya, Fuyukawa-san, ayo."
Aku dan Fuyukawa-san berpisah untuk mencari bahan masing-masing. Kali ini aku membeli sayur dan ikan. Ikan yang menjadi prioritas utama karena tiap awal bulan kakek dan nenekku mengirimiku sayur. Jadi aku tidak terlalu memikirkan sayur. Kecuali ada sayur yang memang tidak dikirim oleh mereka.
Ikan berada di bagian belakang toko, sedangkan sayur berada di bagian depan. Aku berjalan menuju bagian belakang dan melihat ikan-ikan di dalam mesin pendingin. Ikan-ikan itu sudah langsung dikemas dalam plastik. Kalau begini, akan sulit untuk menentukan apakah ikan itu masih segar atau tidak. Salah satu cara yang bisa dipakai yaitu dengan melihat mata ikan dan menyentuh daging ikan. Tapi, cara itu tidak bisa kugunakan karena banyaknya orang yang menginginkan ikan-ikan ini. Kalau tidak cepat, ikannya duluan habis dibeli. Oleh karena itu, aku langsung saja mengambil ikan yang menurutku segar. Yosh, setelah memasukkannya ke kantung kain belanjaanku, aku pergi ke bagian depan untuk melihat sayur.
Dalam waktu singkat, sayur yang ada tinggal sedikit. Saat masuk tadi padahal sangat banyak. Bawang bombai dan bawang perai sudah habis. Yang benar saja?Yang tersisa hanya kubis, tauge dan bayam yang sudah dikemas. Apa boleh buat, aku ambil itu saja.
Aku menuju ke kasir dan mengantre untuk membayar. Dalam sekejap, semua bahan diskonan, sayur dan ikan, sudah habis dibeli. Kasir menjadi ramai, antreannya panjang. Pasti lama ini.
Fuyukawa-san terlihat sudah membayar dan meninggalkan toko ini. Detik demi detik berlalu, menit demi menit terlewati, akhirnya, tiba giliranku untuk membayar. Setelah itu aku ke luar. Di luar, Fuyukawa-san menungguku.
"Amamiya-kun beli apa saja?"
"Sedikit sayur dan ikan. Kalau kamu, Fuyukawa-san?"
"Hanya sayur saja. Kalau begitu, ayo kita pulang."
"Um, ayo pulang."
Aku dan Fuyukawa-san berjalan menuju jalan utama dan meninggalkan kawasan belanja. Cahaya lampu bangunan dan lampu jalan menemani langkah kami. Langkah demi langkah kami berjalan tanpa adanya percakapan di antara kami. Aku sendiri tidak tahu mau bicara apa. Sesekali aku hanya melihat ke arah Fuyukawa-san dan ke arah sekitarku.
Ini kedua kalinya aku berbelanja bersama Fuyukawa-san dan ketiga kalinya kami pergi bersama. Apakah nanti kami masih bisa seperti ini atau tidak, semua tergantung dari diriku. Jika memang kehadiranku di sekitar Fuyukawa-san membuat dirinya kehilangan orang-orang di sekitarnya, maka lebih baik aku menjauhi dirinya. Namun, jika aku bisa membuat orang-orang di sekitar Fuyukawa-san menerima diriku, mengetahui seperti apa diriku ini, mungkin mereka bisa menerimaku menjadi teman Fuyukawa-san dan bagian dari kelompok mereka, yaitu kelas 2-D.