Selanjutnya melakukan passing. Sugita-sensei yang menyadari kalau semuanya sudah selesai melakukan servis memberikan penjelasan kepada murid perempuan tentang passing. Aku kembali ke tempat murid laki-laki berada. Mereka masih sedang melakukan passing. Ada satu orang yang berhenti karena tadi dia berpasangan dengan Sensei.
Apa yang harus kulakukan sekarang? Aku tidak tahu namanya. Di saat yang lain masih melakukan passing, dia sendiri yang berhenti sambil melihat ke arah murid-murid yang lain. Kalau aku menjadi dirinya, mungkin aku akan melakukan passing ke tembok. Lebih baik aku membantunya seperti membantu murid perempuan yang tadi.
"Ano sa, ayo lakukan passing denganku," kataku sambil berjalan ke arahnya. Dia terlihat tersenyum sambil mengambil bola di keranjang. Sepertinya dia memang tidak keberatan denganku. Berbeda dengan murid laki-laki lainnya, mereka menatap rendah diriku ini. Seperti yang Mizuno-san katakan tadi, aku ini aneh.
"Etto, Amamiya, kan? Siap?."
"Ah, iya. Maaf, namamu?"
Sungguh tidak enak kalau aku tidak mengetahui nama orang yang mengetahui namaku. Makanya aku menanyakannya langsung.
"Aku Shiga Natsuki."
"Baiklah. Ayo mulai, Shiga-san."
Aku dan Shiga-san melakukan passing, sama seperti murid lainnya. Sesekali bolanya jatuh karena Shiga tidak bisa mengontrol bolanya dengan baik. Sepertinya dia memang tidak jago dalam voli. Sesekali kuberi instruksi kepadanya agar bisa mengontrol dan mengarahkan bolanya pas ke arahku.
Saat kami melakukan passing, murid laki-laki mulai membicarakan tentang kami. "Hei, lihat itu si Shiga. Sekarang dia mulai mendekati Amamiya," kata seorang murid laki-laki yang aku tidak ketahui siapa orangnya. "Biarkan saja. Lagian orang seperti mereka berdua memang cocok. Sama-sama aneh, kan? Biarkan saja," kata seorang yang lain.
Sebenarnya ada apa dengan Shiga-san? Dia terlihat orang yang biasa saja menurutku. Tinggi badannya sekitar 170 cm dan sedikit kurus. Apa dia tidak mempunyai teman di kelas ini? Aku sedikit penasaran.
Pemikiran orang-orang sekarang sungguh aneh. Hanya sedikit berbeda dengan orang pada umumnya akan dijauhi dari suatu komunitas. Misalnya komunitas di sekolah. Mungkin inilah yang terjadi pada Shiga-san. Kasihan juga kalau memang seperti itu.
Tidak lama kemudian pelajaran olahraga mendekati akhir. Teknik dasar yang diajarkan hari ini sudah dipraktikkan dan banyak yang sudah bisa. Akhirnya, aku hanya membantu. Sebelum keluar, Sugita-sensei menyuruh kami mengambil dan memasukkan kembali bola ke dalam kerangjang. Bola yang sudah terkumpul di keranjang ini, kemudian dibawa masuk ke gudang. Setelah itu, Senseimeyuruh kami untuk berbaris.
Sensei masih memegang satu bola di tangannya. Apa masih ada yang ingin sensei lakukan, ya?
"Semuanya. Kalian sudah melakukan teknik dasar voli dengan baik hari ini. Karena ini teknik dasar, pasti lah mudah. Selanjutnya, saya ingin memperlihatkan teknik lanjutan dari servis. Kira-kira apa itu, Nazuka?"
"Jump Serve, Sensei."
"Ya, betul. Melakukan servis sambil melompat. Di voli modern, servis menjadi salah satu teknik untuk menyerang. Salah satu caranya, melakukan servis seperti melakukan spike. Ada yang bisa melakukannya? Nazuka? Shimizu?"
"Saya belum bisa, Sensei."
"Saya juga belum."
Nazuka-san dan Shimizu-san menjawabnya. Ternyata mereka berdua belum bisa melakukannya. Wajar saja kalau mereka belum bisa melakukannya karena teknik ini susah. Bahkan tidak semua pemain profesional melakukan jump serve.
"Begitu, ya. Kalau kamu, Amamiya?" Tiba-tiba sensei mengarahkan pertanyaannya kepadaku.
"Ah, saya tidak yakin bisa melakukannya atau tidak." Aku menjawabnya tidak yakin karena sudah lama aku tidak mencobanya. Aku pernah bisa.
"Coba saja." Sensei memberikan bola yang ada ditangannya ke padaku.
"Ah, baiklah. Saya coba."
Aku berdiri di luar lapangan sambil membanting-banting bola. Kunci dari teknik ini adalah timing. Melompat lalu memukul bolanya saat bola mulai turun dari titik tertingginya. Kalau timing-nya tidak sesuai maka bolanya bisa keluar lapangan atau mengenai net.
Kupegang bola di tangan kananku. Kaki kiri berada di depan. Kulempar bola ke depan dengan tinggi. Kuberlari menuju arah bola dan saat mendekati garis lapangan aku melompat sambil melihat ke arah bola yang berada di atas kepalaku ini. Aku seperti bernostalgia, kembali ke saat-saat aku bermain voli di Gedung Olahraga SMP-ku dulu. Timing ini, sangat bagus. Kuayunkan tangan kananku untuk memukul bola ini. Bam…!!!Terdengar suara bola yang dipukul dengan keras. Bola melaju dengan cepat, melewati atas net dan jatuh di dalam lapangan sebelah. Aku berhasil melakukannya.
Aku kembali ke barisan. Semua orang melihat ke arahku, termasuk Sugita-sensei. Apa ada yang aneh dengan jump serve tadi?
"Amamiya, tadi itu sangat bagus. Lompatan tinggi, timing pas, dan pukulan yang kuat. Sangat disayangkan kalau kamu tidak bergabung dengan klub voli."
"Ah… mungkin tadi itu hanya kebetulan, Sensei. Saya tidak ada rencana bergabung ke klub olahraga mana pun."
"Mm, begitu. Ya, semuanya. Seperti itulah yang dinamakan jump serve. Baiklah, kita cukupkan pelajaran olahraga hari ini. Silakan kembali ke kelas dan jangan lupa ganti seragamnya."
Kami semua kembali ke kelas. Di perjalan menuju kelas, aku mendengar beberapa orang membicarakan tentangku saat melakukan jump serve tadi.
"Ngga kusangka dia bisa melakukan servis seperti tadi."
"Ah, itu hanya kebetulan."
"Servis seperti itu aku juga bisa. Gampang itu."
"Iya. Cuma lempar dan pukul bolanya."
Percakapan antara empat orang anak laki-laki yang berada di depanku. Memang terlihat mudah, tapi saat melakukannya langsung di lapangan, rasanya sangat berbeda.
Telapak tanganku masih terasa pedis akibat memukul bola voli saat jump serve tadi. Rasa pedis ini sangat nostalgia. Kalau sekali-kali bisa mampir dan main voli bersama klub voli, mungkin aku bisa melepas rasa rinduku terhadap olahraga voli.
"Amamiya-kun."
Terdengar suara seorang gadis yang memanggilku dari arah belakang. Aku berbalik untuk melihatnya. Suara itu berasal dari Nazuka-san. Ah, ada Shimizu-san juga di sampingnya.
"Ada apa, Nazuka-san?"
"Servismu tadi sangat keren."
"Um. Pasti susah untuk menahannya."
Nazuka-san dan Shimizu-san memanggilku karena ingin memberi kesan servis tadi.
"Arigatou." Aku hanya berterima kasih.
Setelah itu, aku melanjutkan berjalan kembali ke kelas.
Hari ini aku berbicara langsung dengan Shimizu-san, Nazuka-san, Moriyama-san, dan Shiga-san. Tatapan mereka ke arahku sangat berbeda dengan murid-murid lainnya. Mungkin hari ini aku telah melakukan suatu kemajuan. Suatu hal positif. Membuat orang untuk menerima diriku pasti membutuhkan waktu. Tapi aku percaya akan tiba waktunya saat semua murid di kelas ini menerima diriku.