Chereads / Kesempatan Kedua di Kehidupan SMA-ku / Chapter 30 - Akhirnya, Olahraga Mereka Dimulai (2)

Chapter 30 - Akhirnya, Olahraga Mereka Dimulai (2)

Pertama, Senseimulai dengan melakukan contoh servis bawah dan servis atas. Yang berbeda dari kedua gaya servis ini adalah letak bola dan cara memukul bola. Untuk servis bawah, bola dilambungkan sedikit di atas pinggang dan saat bola turun, pukul dengan mengepalkan tangan. Servis ini sangat mudah, hanya perlu mengatur kekuatan saat memukul bolanya saja agar melewati net dan tidak keluar garis. Sedangkan servis atas, pegang bola sehingga berada di atas kepala, kemudian pukul dengan telapak tangan. Bisa juga dengan melambungkan bolanya kira-kira satu meter di atas kepala, lalu memukulnya. Gaya ini perlu lebih banyak tenaga.

Setelah Sensei melakukan contohnya, satu per satu murid laki-laki dan perempuan mulai melakukannya. Di murid laki-laki, aku yang pertama. Di murid perempuan, Shimizu-san. Memang lebih baik orang yang berpangalaman melakukannya pertama.

Kulakukan seperti yang Sensei lakukan. Dari servis bawah dan kemudian servis atas. Kedua bola pukulanku melewati net dan tidak keluar dari lapangan. Tangan yang pedis saat memukul bola seperti ini sudah lama sekali aku tidak merasakannya.

"Bagus sekali, Amamiya."

Setelah memukul tadi, kuambil bolanya dan kumasukkan ke dalam keranjang. Bola di dalam keranjang ini ada banyak, mungkin seharusnya aku tidak perlu mengambil bola yang kupukul tadi.

"Tch, aku juga bisa seperti itu." Terdengar suara gumaman seseorang. Aku tidak tahu siapa.

"Oke, selanjutnya."

Satu per satu murid laki-laki melakukan servis. Aku yang sudah bisa melakukannya disuruh oleh sensei untuk berdiri di seberang net untuk mengumpulkan bola yang dipukul. Beberapa murid mengalami kesulitan saat memukul. Ada yang tidak sampai melewati net, ada juga yang memukulnya terlalu keras hingga membuat bola keluar lapangan. Anehnya, murid yang memukul bola sampai bolanya keluar lapangan ini hanya senyum-senyum. Beberapa kali dia melakukannya. Apa dia sengaja membuatku terus-terusan mengambil bola yang dia pukul itu?

Di bagian murid perempuan, Shimizu-san dan Nazuka-san terlihat lebih fokus mengajari cara servis. Terlihat kalau banyak yang sudah bisa melakukannya.

Tidak lama kemudian, murid laki-laki sudah melakukan servis semua. Sensei kemudian memanggilku.

"Amamiya, kamu bantu Shimizu dan lainnya saja. Yang lainnya, kita mulai melakukan passing."

"Baiklah, Sensei."

Senseimasuk ke bagian murid laki laki untuk melakukan passing. Murid laki-laki tanpa diriku berarti ada sembilan orang. Karena sensei masuk, berarti jadi 10 orang. Mereka melakukan passing dengan membuat kelompok dengan dua orang di luar lapangan agar murid perempuan bisa menyelesaikan servis dengan cepat dan bisa melanjutkan ke tahap passing.

Setelah meletakkan bola-bola yang dipukul tadi ke keranjang, aku pergi ke arah murid perempuan.

Uwaaa, aku merasa canggung berada di antara gadis-gadis ini. Terlebih, Seto-san dan Mizuno-san. Tatapan mereka berdua sangat menusukku. Walaupun begitu, aku tetap harus bersikap tenang. Bukan diriku kalau akan panik hanya dengan seperti ini. Lagi pula hanya mengajarkan saja.

Murid perempuan membagi dua kelompok. Tiap kelompok berjumlah masing-masing delapan orang dengan Shimizu-san dan Nazuka-san sebagai pengajarnya.

"Ano, Shimizu-san. Berapa orang yang belum bisa servis?"

"Ada tiga orang lagi yang belum."

"Kalau Nazuka-san?"

"Di sini masih ada empat orang lagi."

"Sugita-sensei menyuruhku untuk membantu kalian. Jadi…"

"Begitu, ya? Kalau begitu, tolong bantuannya." Nazuka-san memotong pembicaraanku.

"Ah, iya."

Sekali lagi kulihat ke arah Shimizu-san dan Nazuka-san, mereka memang memiliki tubuh yang tinggi, seperti Fuyukawa-san, Mizuno-san, dan Mizuno-san.

Satu orang dari kelompok Shimizu-san dan dua orang dari kelompok Nazuka-san menuju ke arahku. Ah, sebentar. Kenapa Fuyukawa-san ke arahku? Apa dia belum melakukan servis atau memang belum bisa?

Tiga orang yang menuju ke arahku. Ada Fuyukawa-san, Mizuno-san, dan Moriyama-san. Pertama, Moriyama-san yang melakukan servis. Tubuhnya seperti orang jepang biasanya, tingginya di bawah 160 cm, kulitnya putih, dan tidak atletis. Sebelum melakukannya, kujelaskan sedikit cara melakukan servis bawah dan atas. Dia sepertinya paham penjelesanku. Saatnya servis.

Servis bawahnya berhasil walaupun laju bolanya tidak kuat, nyaris tidak melewati net, dan servis atasnya gagal. Tenaganya seperti tidak keluar. Aku mendekati arah Moriyama-san.

"Moriyama-san, coba perlihatkan telapak tanganmu."

"Ini."

Moriyama-san memperlihatkan telapak tangannya kepadaku. Tangannya kecil dan kulit di area pergelangan dan telapak tangannya sudah memerah.

"Coba kamu rapatkan jari-jari tanganmu. Jangan diluruskan jari-jarinya, biarkan agak melengkung agar bisa mengikuti bentuk bola. Seperti ini."

Kuperlihatkan kepada Moriyama-san.

"Eh, perlihatkan ke kami juga dong, Amamiya-kun." Fuyukawa-san yang berada di belakang Moriyama-san sepertinya tidak kelihatan.

"Ah, maaf. Seperti ini." Kuperlihatkan ke arah Fuyukawa-san dan Seto-san.

"Setelah itu, letakkan atau lempar bola ke atas kepala, lalu pukul dengan kuat. Paham?"

"Aku paham."

"Aku juga."

"Haa, aku ngga paham."

Moriyama-san dan Fuyukawa-sansudah paham, tapi tidak dengan Mizuno-san. Mungkin dia tidak paham, tapi bisa melakukannya. Lagi pula dia anggota klub basket. Memukul bola seperti ini tidaklah sulit, seharusnya.

"Etto, Mizuno-san, ya? Lebih baik kamu lakukan agar tubuhmu mengingatnya. Tidak sulit kok."

"Iya, iya, akan kucoba. Cepat, Moriyama-san."

"Ah, iya."

Moriyama-san mulai melakukan servis atas. Bola yang dipegang di tangan kirinya. Tangan kirinya diluruskan ke atas kepala. Setelah itu, diayunkan tangan kanannya ke arah bola. Bola melayang, menyentuh bagian atas net, dan bola jatuh di sisi lapangan yang lain.

"Itu dihitung masuk, Amamiya-kun?"

"Um, ya. Bagus sekali, Moriyama-san. Selanjutnya giliran Fuyukawa-san."

"Ya. Aku siap, Amamiya-kun." Fuyukawa-san ceria seperti biasanya.

Fuyukawa-san dengan percaya diri memegang dan memantulkan bolanya. Sepertinya dia teringat dengan olahraga bola basket. Dia melakukan servis bawah. Bolanya melambung tinggi.

"Fuyukawa-san, coba usahakan bolanya jangan melambung tinggi karena akan mudah diterima."

"Um, baiklah."

Fuyukawa-san mulai servis untuk kedua kalinya. Kali ini bolanya tidak tinggi dan terarah ke kiri lapangan. Orang yang bermain basket pasti memiliki kontrol tangan yang bagus.

"Bagaimana, Amamiya-kun?"

"Um, um. Itu bagus sekali. Selanjutnya, servis atas. Lakukan seperti yang kujelaskan tadi. Bolanya boleh dilempar sedikit ke atas kepala atau dipukul langsung dari tangan."

"Baiklah."

Fuyukawa-san mulai mengambil kuda-kuda untuk servis atas. Bolanya dilempar ke atas kepalanya dan saat mulai turun, bolanya dipukul sekuat tenaga. Bola itu melayang melewati net, jatuh di area sudut kiri area belakang lapangan. Itu, sanga bagus. Sangat terarah.

"Itu sangat bagus, Fuyukawa-san. Apa kamu memang mengarahkannya ke sudut kiri belakang?"

"Iya. Kupikir kalau mengarahkan bolanya secara menyilang akan lebih mudah."

"Bolanya jatuh di area yang susah untuk di antisipasi. Bisa saja orang menganggapnya out, padahal tidak."

"Yey…" Fuyukawa-san tersenyum. Senyumnya indah sekali.

"Selanjutnya, Mizuno-san."

"Ya…"

Mizuno-san menuju ke arahku. Eh, kenapa dia ke arahku? Tempat servisnya ada di sebelahku.

"Hey Amamiya, aku ngga tahu hubungan apa di antara kamu dengan Yukina. Aku dan Misa ngga akan akui kamu sebagai temannya Yukina dan juga sebagai murid kelas 2-D karena kamu ini orang yang aneh. Bisa-bisanya kamu pindah ke sekolah ini yang mana sekolah ini sendiri ngga nerima murid pindahan dari sekolah lain. Entah cara apa yang kamu pakai. Jangan dekati Yukina. Ingat itu. Dasar orang asing." Mizuno-san mengatakannya dengan suara yang pelan.

Uwaaa… Mizuno-san langsung menolakku. Dia mengatakannya langsung kalau aku ini orang aneh dan bukan orang baik-baik. Wajar saja, mereka tidak mengetahui apa-apa tentangku. Akan tiba waktunya saat mereka mengetahui rahasia yang tersimpan dibalik kenapa aku bisa dipindahkan ke sini.

Sedikit terpikirkan olehku. Hanya pemisalan saja. Jika memang semua murid kelas 2-D atau semua murid kelas dua tidak mengetahui apa-apa tentangku, kenapa Fuyukawa-san sangat ingin menjadi temanku? Orang yang disukai oleh semua murid, Fuyukawa Yukina-san. Apa memang sifatnya yang ingin berteman dengan semua orang? Atau mungkin dia tahu sesuatu tentang diriku? Aku tidak tahu itu. Namun kali ini, aku memang ingin menjadi temannya agar orang lain juga bisa menerimaku di sekolah ini.

"Iya, iya, Mizuno-san. Aku mengerti." Aku menjawabnya dengan suara yang pelan juga agar Fuyukawa-san dan lainnya tidak bisa mendengarkannya.

"Kalau kamu ngerti, itu bagus."

Setelah selesai bicara denganku, Mizuno-sanmulai melakukan servis. Dia melakukan servis bawah dan servis atas tanpa adanya kendala. Semuanya melewati net dan tidak out.

"Um, servis yang bagus, Mizuno-san."

Dengan berakhirnya servis dari tiga orang di kelompokku ini, semua murid perempuan sudah menyelesaikan servisnya.