Akhir pekan rasanya berakhir begitu cepat seperti kedipan mata. Dua hari libur, Sabtu dan Minggu, terasa seperti beberapa saat saja. Perasaan menyenangkan dari jalan-jalan di sekitar Shibuya dengan Taka masih teringat jelas. Ya, bisa dibilang, kemarin itu sungguh menyenangkan.
Hari ini senin, saatnya pergi ke sekolah lagi. Seperti biasa aku dibangunkan oleh alarm ponsel ini. Hari ini aku sedikit lebih bersemangat karena jam pelajaran kedua adalah Pendidikan Olahraga. Sejak aku keluar dari rumah sakit, aku tidak pernah melakukan apa yang dinamakan olahraga. Walau pada akhirnya sebelum pindah ke Tokyo aku menyempatkan diriku untuk bermain sepakbola sebentar dengan teman-temanku di desa. Keadaan kakiku saat ini bisa dibilang kalau sudah kembali seperti sedia kala.
Sebelum berangkat ke sekolah, perlengakapan untuk olahraga kusiapkan, mulai dari sepatu dan seragam olahraga. Sepatu olahraga kumasukkan ke dalam tas serut, sedangkan seragam olahraga kumasukkan ke dalam tas. Yosh, sepertinya tidak ada yang ketinggalan lagi. Saatnya berangkat ke sekolah.
Cuaca hari ini cerah. Tanpa adanya awan di langit kota Tokyo saat ini membuat cahaya matahari sedikit menyilaukan. Aku terus berjalan sampai tiba di sekolah. Hari ini aku tidak bertemu dengan Fuyukawa-san. Tentu saja tidak karena dia ada latihan pagi. Sabtu ini juga ada latihan pertandingan dengan SMA. Pasti klub basket putri sedang serius.
Seperti biasa Agitsu-sensei berada di dekat gerbang sekolah sambil melihat murid-murid yang masuk. Semuanya memberi salam ke sensei. Saat memasuki gerbang, aku memberi salam juga ke sensei.
"Ohayou gozaimasu, Sensei."
"Oh, ohayou." Agitsu-sensei menjawabnya dengan suara berat yang terkesan tegas.
Aku langsung menuju kelasku.
Setiba di kelas, seperti biasa aku mengatakan "selamat pagi" saat masuk melalui pintu di belakang. Lalu, meletakkan tas serut yang berisi sepatu olahraga ini di loker yang berada di belakang kelas. Setelah itu, barulah aku duduk di kursiku dan langsung melihat ke arah luar jendela. Hari ini, klub olahraga juga melakukan latihan pagi. Masih ada waktu sekitar 10 menit sebelum pelajaran pertama dimulai.
Jam pelajaran pertama hari ini homeroom dari wali kelas 2-D, Sakamoto-sensei. Setelah itu, barulah pelajaran olahraga di jam kedua dan ketiga. Wah, aku sangat menantikan hari ini. Kira-kira olahraga tentang apa ya? Sepakbola? Bola basket? Bola voli? Apa saja itu aku tidak sabar.
Detik dan menit berlalu, Fuyukawa-san masuk ke kelas dan setelah itu bel tanda masuk berbunyi. Sakamoto-sensei langsung masuk setelah berbunyi. Um, ya, homeroom akan dimulai. Saat Sensei sudah berada di meja guru, aku langsung berdiri untuk nicchoku.
"Kiritsu…"
***
Setelah homeroom selesai, Sakamoto-sensei keluar dan masuklah seorang guru pria dengan mengenakan pakaian olahraga. Pasti ini guru olahraga kami. Kukira Agitsu-sensei yang akan menjadi gurunya.
Setelah nicchoku, Sensei mulai berbicara.
"Selamat pagi semuanya. Saya, Sugita Taiki, yang akan menjadi guru olahraga kalian. Baiklah, karena sudah saatnya pelajaran olahraga, cepat ganti seragam kalian ke pakain olahraga."
"Baiklah, Sensei." Semua murid menjawabnya dengan serentak.
"Ayo cepat. Setelah semuanya ganti seragam, datang ke gedung olahraga."
Setelah mengatakan itu, Sugita-sensei keluar dari kelas.
Sekarang aku dilanda kebingungan. Di mana ganti pakaiannya? Apa di kelas? Laki-laki atau perempuan duluan? Pemikiran itu terbesit di kepalaku sambil melihat ke arah murid lainnya. Mereka juga seperti bingung. Di saat seperti ini, Fuyukawa-san lah yang bisa mengaturnya. Kulihat ke arah Fuyukawa-san. Dia sepertinya sudah siap dengan apa yang ingin dikatakan kepada murid kelas ini.
"Semuanya! Ayo cepat ganti pakaian kita. Murid laki-laki yang pertama. Selanjutnya murid perempuan. Murid perempuan, ayo kita keluar." Fuyukawa-san dan murid perempuan lainnya keluar dari kelas.
Murid laki-laki yang tinggal di dalam kelas. Aku menyempatkan untuk menghitung jumlah murid laki-laki. Ternyata ada 10 orang. Berarti murid perempuan ada 18 orang. Wah, ternyata kami tidak bisa mencapai kesebelasan.
"Semuanya! Ayo kita ganti cepat-cepat," kataku kepada murid laki-laki yang tinggal di kelas. Beberapa orang mulai merentangkan gorden yang ada sambil bergumam, "Kenapa juga Si Amamiya yang jadi perwakilan kelas? Tch."
Yang sudah mengganti seragam satu per satu meninggalkan kelas, hingga yang terakhir yaitu aku.
Terserah mereka menganggapku seperti apa. Akan tiba juga waktunya saat mereka mengetahui tentangku. Mungkin untuk saat ini lebih baik dibiarkan saja dulu.
Aku keluar dan segera menuju ke gedung olahraga. Masih terpikirkan olehku kira-kira olahraga apa.
Setiba di gedung olahraga, Sugita-sensei sudah siap dengan beberapa keranjang bola voli dan net lapangan bola voli sudah terpasang dengan rapi. Hooo, jadi bola voli.
Aku suka bola voli. Pertama kali aku memainkannya saat SD dan terus berlanjut sampai SMP. Sebenarnya aku juga bisa beberapa macam olahraga yang lain, seperti sepakbola, baseball, badminton, dan tenis. Bisa dibilang olahraga lapangan.
Beberapa menit kemudian, murid-murid perempuan tiba di gedung olahraga.
Ini pertama kalinya aku melihat semua murid kelas di luar kelas. Untuk murid perempuan, Fuyukawa-san dan dua orang temannya yang seklub dengannya ternyata memiliki tubuh yang tinggi. Lebih tinggi dari dugaanku. Jika tinggi para perempuan di Jepang berkisar 155 cm, mereka bertiga sepertinya 162 cm lebih. Untuk Fuyukawa, sepertinya tingginya 168 cm. Ada beberapa orang lagi yang memiiki tubuh tinggi seperti mereka bertiga. Tapi, aku belum mengenalnya.
Sedangkan murid laki-laki, aku yang tertinggi jika dibandingkan dengan lainnya. Tinggiku saat ini 178 cm. Rata-rata tinggi murid laki-laki kelasku sepertinya 165 cm.
Tubuh pendek bukan masalah di olahraga bola voli karena bisa ditempatkan di posisi Libero. Posisi ini dikhususkan untuk menghalau servis atau spike servis yang datang.
Setelah semuanya berbaris dengan rapi, Sugita-sensei mulai memanggil nama kami satu per satu.
"Amamiya?"
Ternyata namaku yang pertama dipanggil.
"Ya, Sensei."
Aku menjawabnya sambil mengangkat tangan. Saat namaku dipanggil, semuanya melihat ke arahku.
"Oh, jadi kamu yang pindah kembali ke sekolah ini?"
"Iya, Sensei." Sepertinya Sugita-sensei telah mengetahui tentangku.
Aku melihat ke arah murid-murid lain yang melihat ke arahku. Mereka mulai berbisik karena penasaran dengan apa yang Sensei katakan.
"Pindah kembali?"
"Apa dia memang dari awal dari sekolah ini?"
"Aku pensaran. Kok bisa juga ada murid pindahan ke sekolah ini?"
Aku mendengar apa yang mereka bisikkan, tapi aku hanya menganggap itu hanya pembicaraan mereka yang sedang mencari tahu siapa aku sebenarnya. Kalau mereka bertanya langsung kepadaku, mungkin akan kuberi tahu. Sayangnya, mereka tidak menanyakan dan langsung tidak menganggapku, kecuali Fuyukawa-san.
"Kalau tidak salah, kakimu cedera, kan? Apa sudah baik sekarang?"
"Sudah, Sensei. Sudah seperti sedia kala."
"Bagus lah kalau begitu."
Pemulihan kaki yang patah memang memakan waktu yang lama. Kalau kakiku ini, sekitar tiga minggu lebih. Aku tidak ingat sama sekali tentang operasi tulang kaki ini. Untung saja patahnya tidak terlalu parah.
"Selanjutnya…" Sensei lanjut mengabsen kelas. Satu per satu nama dipanggil hingga selesai 28 nama. Tentu saja aku tidak bisa langsung mengingat semua nama-nama mereka. Yang kuingat hanya nama dari dua orang temannya Fuyukawa-san yaitu Seto Misa-san dan Mizuno Atsuko-san, dan orang yang berbicara denganku saat piket kelas kami lalu, Moriyama Yumika-san.
Kalau diingat-ingat lagi, aku langsung bisa mengingat nama orang yang pernah berbicara denganku, seperti Fuyukawa-san dan Moriyama-san, dan orang-orang yang dekat dengan orang yang kukenal. Walau tidak ingat namanya, aku mengingat wajahnya.
Setelah mengabsen, Sugita-sensei mulai membuka pelajaran untuk hari ini.
"Selamat pagi, semuanya."
"Selamat pagi, Sensei." Jawab para murid dengan serentak.
"Pelajaran Olahraga kita hari ini adalah bola voli. Sebelum memulainya, mari kita lakukan pemanasan dari tubuh bagian atas sampai tubuh bagian bawah."
Kami mulai melakukan pemanasan dengan mengikuti gerakan-gerakan dari Sugita-sensei, dari kepala, tangan, pinggul, sampai dengan kaki. Mm, sepertinya kakiku memang sudah enak digerakkan.
"Baiklah, pemanasan selesai. Sebelumnya, apa ada yang sudah paham mengenai olahraga ini? Atau sudah berpengalaman sedikit? Coba angkat tangannya." Sugita-sensei mengatakannya sambil mengangkat tangan kanannya.
Secara refleks, aku mengangkat tangan kananku. Kulihat ke arah barisan laki-laki ternyata tidak ada yang mengangkat tangannya. Di arah barisan perempuan ada 2 orang yang mengangkat tangannya. Terlebih lagi dua orang itu tubuhnya tinggi. Pasti punya pengalaman di voli.
"Di murid laki-laki hanya Amamiya, ya. Di murid perempuan ada dua orang, Shimizu dan Nazuka dari klub voli putri. Amamiya, kapan kamu mulai main voli? Apa pernah masuk klub voli?"
"Saya mulai bermain voli dari kelas 5 SD, tapi tidak pernah masuk ke klub voli. Saat di SMP, saya pernah ikut turnamennya."
"Tidak masuk klub voli tapi ikut turnamennya?" Sugita-sensei sedikit penasaran.
"Iya. Kebetulan klub voli di SMP saya kekurangan orang, jadi saya masuk untuk melengkapinya saat turnamen saja. Saya juga pernah ikut turnamen sepakbola dan baseball saat itu, walaupun tidak masuk klubnya."
Tanpa sadar aku menceritakan semuanya. Kegemaranku dalam olahraga membuatku saat itu dipanggil untuk mengikuti turnamen, walaupun tidak pernah juara. Setidaknya berkat turnamen itu aku punya sedikit pengalaman. Ngomong-ngomong, posisiku di sepakbola sebagai penjaga gawang, sedangkan di baseball sebagai shortstop.
"Mm… sepertinya kamu sangat suka dengan olahraga, ya?"
"Lumayan, Sensei."
"Baiklah, untuk hari yang akan kita lakukan adalah teknik dasar dalam voli. Untuk Amamiya, Shimizu, dan Nazuka, tolong bantu saya untuk mengajarkannya."
Jadi, aku, Shimizu-san, dan Nazuka-san menjadi asisten Sugita-sensei dalam pelajaran olahraga hari ini. Mengajarkan murid laki-laki olahraga memang tidak susah, berbeda dengan murid perempuan yang cenderung susah karena mereka tidak menyukai olahraga, mungkin. Mengajarkan sesuatu yang tidak disukai memang memakan waktu.
"Untuk hari ini kita belajar servis bawah, servis atas, dan passing. Ayo kita mulai secepatnya."
Kami semua segera ke arah lapangan voli. Di Gedung Olahraga ini juga terdapat tempat untuk lapangan badminton, bola basket. Kalau dilihat sekali lagi, memang luas. Ada tempat untuk menonton di atas.
Di lapangan voli ini, Sugita-sensei dan diriku mengajarkan murid laki-laki, sedangkan Shimizu-san dan Nazuka-san mengajarkan murid perempuan. Keranjang bola yang sudah dikeluarkan sensei dari dalam gudang sudah di sini.