Benar seperti dugaan Cleona. Namanya disebut-sebut beberapa anak-anak yang ada dikantin ketika mereka semua sedang istirahat. Awalnya Cleona tidak sadar namun Dwi yang menyadari bahwa beberapa anak-anak melihat kearah Cleona dan berbisik-bisik.
"Gila ya tuh si Leffi. Bisa-bisanya manfaatin lo kayak gini", omel Dwi dan ia sengaja mengencangkan suaranya agar yang lain dengar.
Cleona menempelkan telunjuknya ke bibir dwi, "ssshhhhhh!!! udahlah nggak usah dibahas. biarin aja".
"tapi cleonaaa... lo liat dong daritadi semua kaya gimana ke lo".
Si bude memberikan dua mangkuk indomie panas untuk Cleona dan Dwi. Sembari mengaduk mienya Cleona memperhatikan sekitarnya dan memang benar. tatapan yang ia dapat itu tatapan yang mencela. Tetapi ia tetap berusaha untuk mengkontrol emosinya. Ia memang tidak salah, jadi untuk apa terpancing masalah yang tidak jelas.
Tiba-tiba Zahra dan beberapa temannya datang dan langsung duduk dihadapan Cleona.
"boleh duduk disini?", tanya Jessica dengan nada yang dibuat-buat.
"duduk aja. bukan punya kita kok", jawab Dwi tanpa melihat kearah Jessica dan menikmati mienya yang lezat.
Cleona tau bahwa ini pasti ia dapatkan. ia melepas sendoknya dan menatap ke arah Zahra yang sudah memasang wajah seperti siap menerkam.
"kenapa lo liatin gue? mau mie?", tanya Cleona.
Jessica sepertinya ingin menjawab namun Zahra menahannya, "ada apa lo sama Leffi?", tanya Zahra dengan nada yang sok tenang namun tetap bergetar.
"maksudnya?", Cleona menyilangkan tangannya dan bersandar dikursi. Wajahnya kali ini benar-benar menantang.
"ya lo kenapa kemarin pegang-pegangan tangan sama Leffi?", Tanya Jessica yang sangat tidak sabar.
Dwi hanya diam karena ia tidak ingin Cleona terlihat ingin dibela seperti Zahra yang beraninya bersama teman-temannya.
"lo udah tanya belum sama Leffinya? kok nanyanya ke gue".
Zahra tetap berusaha tenang, "gue nggak butuh jawaban dari Leffi. gue butuhnya dari lo karena lo pasti memang nunggukan gue sama Leffi putus".
Dwi dan Cleona serentak terkekeh, "pede banget mbaknya", kata Cleona mencela, "lo tau darimana kata-kata itu?".
"ya taulah kan Leffi cuma jadiin lo bahan untuk manas-manasin gue ketika gue belum mau jadian. sekarang ketika baru dua hari putus pasti lo masuk lagi lah dikehidupannya dia", ujar Zahra dengan percaya diri.
Sekarang seisi kantin memperhatikan mereka. Zahra dikelilingi beberapa temannya dengan Cleona dan Dwi yang duduk santai dan melipat kedua tangannya dengan tatapan yang menantang. Itulah andalan mereka berdua ketika ada orang yang tidak jelas berurusan dengan mereka. Dan sikap mereka benar-benat membuat Zahra dan teman-temannya emosi.
"begini ya mbak Zahra yang cantik", kata Cleona tetap dengan nada mencela, "saya tidak pernah mau tau dengan asmara kalian, tidak pernah peduli juga kalian mau putus atau nikah. daripada anda mempermalukan diri anda dengan mencoba melabrak saya. lebih baik anda mencari pacar anda dan bertanya kenapa dia sebegitu licik dan pengecutnya untuk mendapatkan perempuan? apa karena cara licik, anda bisa kepelukan cowok seperti itu? jadi anda merasa sangat cemburu hanya karena pacar anda menarik-narik tangan saya. duh hari gini masih aja mau dibodoh-bodohi".
Zahra tetap tidak menerima penjelasan Cleona, "halah nggak usah munafik deh lokan juga suka sama Leffi tapi nggak dapet dan Leffi lebih milih gue".
Cleona dan Dwi lagi-lagi terkekeh. mereka kasian dengan Zahra yang sepertinya sok jual mahal padahal dia sangat suka dengan Leffi.
Baru saja Cleona ingin menjawab tiba-tiba Kenzie datang dan mencicipi indomie Cleona. ia merangkul bahu Cleona dengan mesra. Cleona terkejut dan pipinya langsung merah.
"honey kamu kenal sama Zahra ya? hei Zah. sorry ganggu ya, gue mau ikutan ngobrol dong", ucapannya membuat semua mata kebingungan.
"eh kamu cuma makan ini doang yang? makan yang lain dong. masa pacar aku nanti kurus. kamu kalo pacaran sama aku harus gemuk, harus sehat. tunggu ya aku beliin kamu makanan lain", sehabis ngomong sendiri kenzie mengecup kepala samping Cleona dan beranjak dari tempat duduknya.
"ohhh jadi lo pacaran sama Kenzie?", tanya Zahra dengan merendahkan suaranya. Ia sadar bahwa tindakannya ini salah, ia harus bertanya apa maksud Leffi seperti itu kepadanya. Ia pun beranjak tanpa mendengar jawaban Cleona yang sebenarnya ingin menjawab bahwa mereka tidak berpacaran namun ia terlalu shock dengan tindakan Kenzie sehingga tidak ada yang bisa keluar dari mulutnya.
Mereka semua meninggalkan Cleona dan Dwi yang masih shock. Dwi langsung tertawa terbahak-bahak dan sangat senang menyadari Kenzie seperti itu. Sedangkan Cleona benar-benar memerah.
"sweet banget sih si Kenzie. ya ampunnnnn lucu banget", ucap Dwi.
Cleona mencoba menutup mulut Dwi, ia hanya diam dan tersenyum. ia bingung harus bagaimana dan ia melanjutkan makannya lagi dan menahan diri karena Dwi menggodanya hingga dikelas.
***
Cleona masuk kelas dengan memasang wajah sebiasa mungkin. Ia tidak mau terlihat aneh karena ia baru saja dilabrak oleh Zahra dan teman-temannya dikantin .
Benar saja, baru beberapa menit ia duduk dikursinya. Beberapa anak perempuan sudah mengelilinginya menanyakan apa benar hubungannya dengan Kenzie. Mereka tidak peduli dengan kejadian Zahra. Ternyata berpacaran dengan Kenzie adalah topik yang lebih menarik perhatian. Cleona hanya senyum-senyum. Sebenarnya ia bingung harus jawab apa.
Leffi masuk ke kelas dan menatap Cleona dengan canggung. Sepertinya ia tahu kejadian dikantin tadi. Mana mungkin tidak tahu kalau semua mata tertuju pada Cleona dan Zahra yang membawa beberapa temannya.
Leffi menghampiri Cleona dan teman-teman cewek Cleona pun bubar dari tempatnya. Mereka menatap Leffi dengan tatapan yang tidak baik. Leffi sepertinya malu dan sangat merasa bersalah karena ketika ia duduk, ia menundukkan kepalanya. Jarinya menggetuk-getuk meja seakan mencari celah darimana ia harus memulai bicara.
Cleona merapihkan bukunya sesantai mungkin walaupun dadanya penuh dengan rasa kesal. Ingin sekali tangannya menampar pipi Leffi tapi ia urungkan hal itu.
"gue nggak tau sebenarnya harus bicara apa sama lo Cle".
"yaudah jangan ngomong kalau begitu".
Leffi menatap Cleona tidak percaya bahwa nada bicara Cleona bisa seketus itu, baru saja ia ingin bicara Cleona menghentikannya.
"udah cukup ya Leff, lo permaluin gue kemarin dan juga tadi Zahra ngelabrak gue dengan sok taunya nuduh gue ada apa-apa sama lo. Gue nggak akan ngebales lo apa-apa tapi please nggak usah ganggu gue dengan permintaan maaf lo", Cleona membanting bukunya yang sudah rapih diatas meja dan bergegas keluar.
Ia tidak mengerti ada apa dengan dua sejoli itu sehingga dengan kompaknya merusak harinya ini.
Saat Cleona berjalan menyusuri koridor tiba-tiba Putra berlari menghampirinya dan mengecek wajahnya dengan sangat teliti.
"lo abis berantem sama Zahra? kok nggak babak belur?", tanya Putra memberondong dan ia menerima pukulab dari Cleona.
"lo fikir gue preman apa berantem main pukul-pukul", mereka melanjutkan jalan lagi, "gue nggak berantem. Dia sih nyolot nanya gue sebenarnya ada hubungan apa sama Leffi", Cleona melanjutkan cerita kenapa semua bisa terjadi kepada Putra sembari duduk dibawah pohon cherry yang rindang.
Putra tertawa geli saat Cleona sudah selesai bercerita. "anjir pengecut banget si Leffi hahaha", mereka pun tertawa bersama dan ekspresi Putra langsung berubah lagi, "hmmm tapi ya. langsung nyebar kayak virus loh ini kalau Kenzie ngaku-ngaku jadi pacar lo ya?".
Cleona memendam ekspresinya yang masih malu namun senang.
"kok lo nggak cerita sih Cle kalian deket? payah nih", Putra menyenggol siku Cleona dan menggodanya.
"apaan sih Put. Gue aja nggak tau. mungkin dia cuma mau nolongin gue aja kali. udah ah, gue aja bingung selalu ditanyain beneran apa ngga", Cleona merasa pipinya merona, "gue takut kalau gue cuma ge-er put makanya yaudah gue lebih baik diem aja. lagian siapa sih gue sampe si Kenzie bisa suka sama gue", ada nada tidak percaya diri disuaranya dan membuat Putra terkejut.
"loh kok lo ngomongnya begitu sih? kalau lo suka ya lo perjuangin dong. Lo pantes kok sama dia", Putra berusaha meyakinkan sahabatnya itu, "lagian ya kalau lo sama dia. ya bagus, jadi kalau dia macem-macem sama lo. bisa gue pukul", lanjut Putra dan Cleona memukulnya pelan lalu mereka berbincang lagi menghabiskan sisa jam istirahat.
Waktu berlalu cepat ketika kita bersama orang yang membuat kita nyaman.
***
Akhirnya jam pelajaran terakhir pun sebentar lagi selesai. Cleona diharuskan mencatat dipapan tulis. Zaman sudah canggih tapi gurunya ini memang selalu senang memberikan catatan di papan tulis agar anak-anak muridnya mensalin dibuku tulisnya. Ketika Cleona mengakhiri tulisannya di papan tulis dan menoleh ke arah jendela, ia melihat sosok Kenzie dari belakang yang sedang bersandar. Dan ternyata dia bukan orang pertama yang sadar, namun teman-teman wanitanya sudah memberikan kode-kode menggoda Cleona.
Ia yakin pasti wajahnya memerah sekarang. Setelah berdoa bersama dan Pak guru keluar disusul dengan teman-temannya yang menghambur keluar. Kenzie pun masuk kedalam kelas dan menghampiri Cleona. Ia duduk dimeja dan menghadap ke Cleona yang masih merapihkan buku dan gerakannya menjadi lebih lambat karena degup jantungnya yang tidak karuan.
"maaf ya Cle yang tadi", kata Kenzie merendahkan suaranya. Ia melihat ke sepatunya. Sejujurnya ia sangat khawatir dengan respon Cleona karena ia tadi kelewatan dengan mencium kepala Cleona.
Cleona sudah selesai merapihkan buku-bukunya, ia duduk menghadap ke arah Kenzie.
"hhhhh", Cleona menghela nafas, "mungkin gue harus berterima kasih. setidaknya lo nolongin gue tapi gue cuma nggak mau ngerepotin dengan cara tadi yang lo lakuin ke gue"
Kenzie mengangguk, ia sadar cewek baik-baik mana mungkin mau dicium sembarangan cowok.
"gue nggak mau salah faham aja sama kebaikan lo dan perilaku lo".
"ha? maksudnya?", Kenzie menatap Cleona.
"ya selama ini kita dekat dan gue nggak paham maksudnya apa karena gue nggak terbiasa dekat dengan laki-laki selain Putra. lo juga tau teman gue mayoritas perempuan karena memang gue nggak mudah dekat dengan laki-laki".
"jadi lo nggak sadar gue ini suka sama lo? cuma gue merasa belum pas waktunya. gue nggak mau kita biasa-biasa aja Cle", Kenzie bicara dengan lancar dan ia tidak sadar mugkin lawan bicaranya sekarang sudah hampir pingsan karena debaran jantungnya yang kencang.
Cleona terdiam dan masih menyangkal apa yang ia dengar barusan.
Kenzie berdiri dan mengusap kepalanya Cleona, "yaudah sekarang lo udah taukan. Dan sekarang berarti kita mulai PDKT kalau kata anak-anak zaman sekarang".
Cleona menyingkirkan tangan Kenzie dan ia masih bingung. Ia tidak percaya bahwa laki-laki yang famous dan jago main basket, bisa suka hanya dengan perempuan yang kerjaannya hanya sekolah-pulang.
"jangan khawatir Cle. gue nggak nembak lo sekarang tapi gue bisa pastiin sama lo kalau gue nggak main-main", Kenzie meyakinkan Cleona dan menatap matanya dengan lekat, "sekarang kita pulang dan gue antar lo. oke?".
Cleona mengangguk dan mengikuti Kenzie. Seseorang yang pertama kali bisa menatap mata Cleona seperti mengatakan semuanya akan baik-baik saja dan jangan khawatir.
***