Chereads / Tiba Saat Iblis Menggenggam Dunia / Chapter 31 - Ch. 31 Pertemuan

Chapter 31 - Ch. 31 Pertemuan

Kelompok Aswa, Neo dan Godel telah berada di rumah tak berpenghuni untuk menangkap Monster Cicak. Keadaannya sedikit di luar kendali karena Neo pergi entah kemana.

Di lokasi lain kelompok Jeon telah berada di kediaman pihak yang membuat permohonan bantuan melalui quest. Misinya adalah Mengawal Bekantan Bulu Emas.

"Pukus… Apa yang Aswa inginkan dari pembagian kelompok ini? Ini jelas jomplang!" protes Yanda.

Jeon ikut berkomentar, "Kalau ditinjau dari angel 'tingkat ranah jiwa', pembagian kelompok sebenarnya seimbang. Di kelompok Aswa, ada Godel yang sudah hampir menyentuh Ranah Biru, Aswa baru saja masuk Ranah Hijau, dan Neo, sepertinya si Goblok ini juga masih Ranah Hijau."

Pukus menghela nafas, berjalan mengitari Yanda, duduk di atas ekor, melipat tangan dan berkata,"Di kubu kita, Kau, Jeon sudah menembus Ranah Cyan. Bahkan mulai merengsek ke Ranah Biru. Walaupun masih berada di bawah Godel. Yanda, kau sudah hampir menyentuh Ranah Cyan. Sedangkan Neng Mawar masih Hijau muda. Kalau ditinjau dari daya rusak, kalian sebenarnya lebih unggul dari kelompok Aswa. Mungkin yang engkau risaukan hanyalah pengalaman bertempur…"

Jeon mengangguk, "Ya… Aku pun mengakui hal itu. Pengalaman kami dalam pertarungan sesungguhnya masih sangat minim. Tapi aku mencoba untuk tidak terpengaruh dengan pembagian ini. Tanpa mereka seharusnya kita bisa mendapat pengalaman bertarung yang lebih. Kayak main game RPG. Hehehe…"

"Tanpa Aswa, Godel dan Neo, Aku tidak tau seperti apa masalah yang akan kita hadapi…" keluh Yanda, lagi-lagi.

"Bilang saja kau pengecut!" kata Pukus.

"Yah… memang sih…" Yanda melembek seperti tanah liat.

*Ploookk…!!!* Jeon memukul kepala Yanda.

"Jadi manusia yang punya harga diri, donk!!! Setidaknya kau berpura-puralah berani seperti aku!!" ujar Jeon.

Neng Mawar tiba-tiba berdiri. "Ada yang datang ke mari!" seru Neng Mawar.

"Hah…?! Aku tidak bisa bergerak!" Jeon ikut berseru.

"Mamaaaa…!!!" teriak Yanda.

Jeon melirik ke arah Yanda lalu berkata sinis, "Dalam situasi seperti ini baru kau ingat ibumu… Dasar!!! Pengecut Durhaka!"

"Sejak kapan kita berdiri di atas daun eceng gondok?" Tanya Pukus.

*Cetarrrr…!!!* kilatan petir menyambar kelompok Jeon.

"Aaaaaarrggghhh….!!!* semuanya berteriak kesakitan.

"Teman-te-temaaan… Hiaaattt…" dalam keadaan terdesak Neng Mawar masih bisa mengeluarkan skill yang ia miliki.

[Purify]

"Skill Neng Mawar menghilangkan segala status buruk! Ayo cepat keluar dari daun eceng gondok!" Jeon menginstruksi.

"Berpencaaaarrr…!" teriak Pukus.

Seorang lelaki cebol yang mengenakan seragam montir melompat ke tengah-tengah kelompok Jeon yang hendak berpencar. "Tidak semudah itu, bocaaah…" ujarnya.

Dari tubuh lelaki cebol ini keluar suluran batang dan akar eceng gondok. Akar eceng gondok mengikat kaki-kaki kelompok Jeon. Hanya Pukus yang belum bisa digapai.

"Yanda, Jeon… Terima ini!" Pukus memberikan Yanda dan Jeon masing-masing senjata favorit mereka. Sumpit untuk Yanda dan Sutil Kayu untuk Jeon.

"Aaaaghhh…" Yanda, Jeon dan Neng Mawar mendapat belitan batang eceng gondok di tubuh mereka. Sumpit dan Sutil tidak sempat mereka raih hingga tergeletak begitu saja di atas tanah.

*Baaammm…!* kibasan ekor binatang spiritual menerpa dada Pukus.

Dengan sigap Pukus meraih ekor itu dan menghempaskan tubuh binatang spiritual itu ke tanah.

*Daaarrrr…!!!*

"Boleh juga nih Tupai…" ujar seorang gadis berambut biru yang mengenakan blaser dan rok serba hitam. Satu tangannya membawa gunting cukur dan tangan yang lain membawa sisir rambut.

*Hap…!**Hap…!**Hap…!**Hap…!**Hap…!**Hap…!**Hap…!**Hap…!*

Gadis berambut biru menyerang Pukus dengan kombinasi sisir dan gunting. Sedangkan Pukus hanya bisa menghindari serangan demi serangan yang datang menerjang.

"Iiiihhh… Bulumu itu, lhoo… Ijoo…. Indah betuuulll… Sini ku cukuuuurrr…!" si Gadis kegirangan menyerang Pukus.

Di sisi lain, Jeon dan yang lain mulai merasakan sesak nafas.

"Kami harus bekerja sama dengan Squad kroco seperti ini? Sebaiknya kalian pulang dan minum susu… uang jatah kalian buat kami… hahaha…" tawa lelaki cebol.

"Sepertinya kami tidak perlu turun tangan," ujar seseorang bersama dua orang yang lain, rekan lelaki cebol.

Jeon menatap Neng Mawar sembari bertanya, "B-bagaimana ini, Neng?"

Di tengah krisis, sekelompok orang datang menerjang kelompok lelaki cebol.

"Oooo…. Available For You squad mau pasang taji di sini? Ayo kita bermain-main!"

Melihat sekelompok orang sedang menerjang, Available 4U Squad mengindahkan kelompok Jeon dan berkumpul.

"Seraaang…!!!"

*Baaam…!!!**Blesss..!!**Cetarrr…!*

Pertarungan tidak terhindarkan…

"Apa yang harus kita lakukan?" Tanya Jeon.

"Berkumpul! Tetap waspada…!" Seru Pukus.

Jeon memandang pertempuran dua squad yang sedikit ia kenal. "Available4U Squad terdiri dari orang-orang berbakat di sekolah kita, SSMA Mahakama. Sisanya dari SSMA Karang Mumus dan SMU Ranu Praja. Si Cebol Yasher dan yang memegang gunting itu Inta Titania, kakak kelas kita. Sedangkan lawannya saat ini…"

"FirstAidKiss…" sambung Yanda. "Di squad itu ada kakak sepupuku, Chariss. Lima orang temannya yang lain punya prestasi yang baik, Delima, Tanggang, Ryani, Leman dan Bustan. Di Benua Etam, squad ini sangat disegani."

Jeon melanjutkan, "Ada ribuan Squad di Negara Federal Antarnusasia. Keberadaan squad ini meringankan tugas kepolisian dan tentara nasional. Sehingga Pemerintah memberikan apresiasi kepada squad-squad berprestasi dengan memberlakukan pemeringkatan squad. Peringkat squad dibagi menjadi empat kuadran. Kuadran satu, dua, tiga, dan empat. Squad yang terdaftar secara otomatis masuk kuadran satu. Setelah squad itu berhasil menyelesaikan dua puluh lima quest, mereka akan masuk dalam kuadran dua. Kuadran tiga setelah menyelesaikan seratus quest yang lima di antaranya harus kelas S. Sedangkan untuk masuk ke dalam kuadran empat, squad setidaknya harus menyelesaikan lima puluh quest kelas S."

Pukus bertanya, "Apa manfaat yang bisa diambil Squad dari peringkat yang mereka raih?"

"Hadiah tiap semester… dan tentu saja 'prestise'. Dengan masuk kuadran tiga saja kita sudah terkenal… Hehehe…" pungkas Jeon.

Yanda ikut berkomentar, "Umumnya Squad-squad yang ada di Benua Etam masih di kuadran dua. Tapi yang ada di misi ini sudah berada di kuadran tiga. Kecuali squad kita yang berada di kuadran satu dan Al…"

"Almond Squad… Kami juga masih di kuadran satu," sela Ivan.

***

"Tinggalkan saja dia di sini! Kematian justru lebih baik untuknya," ujar Godel.

Aswa masih memandang ke sekeliling rumah sembari berkata "Aku tidak mengkhawatirkan Neo. Ia seperti dinaungi keberuntungan. Yang harus kita perhatikan adalah belum adanya gerakan dari squad-squad ini. Mereka seperti ingin merebut mangsa dari orang lain…"

"Seperti singa yang merebut buruan macan… Sebaiknya kita tinggalkan saja ia di sini! Ini misi yang tidak penting. Aku sedikit banyak paham kalau kau hanya ingin mengalihkan perhatian dengan mengambil misi seperti ini…" pinta Godel.

"Tidak seperti itu juga kali. Monster Cicak bukan binatang yang agresif. Bukankah aneh jika binatang ini mengganggu penghuni rumah. Aku jelas hanya ingin memastikan ada binatang spiritual lain di sekitar sini yang menyebabkan perubahan ini…" terang Aswa.

Godel berargumen, "Buat apa kau penasaran dengan hal sepele seperti itu? Monster Cicak termasuk pemakan hewan spiritual. Bisa saja ia salah makan hingga mengganggu pencernaannya. Gangguan pencernaan dapat mempengaruhi psikologis." 

"Itu alasan logis… Tapi aku sedang mencari alasan yang tidak logis," kilah Aswa.

Mendengar perkataan Aswa, Godel jadi naik pitam dan langsung meremas kerah baju Aswa. "Alasan apa itu?! Kau sudah berjanji untuk membantuku masuk ke Balai Kota. Sekarang sudah hampir senja. Kegelapan akan mengganggu pandangan kita. Apa kau berencana mengingkari janji itu, hah?!"

Aswa balas meremas tangan Godel dengan jari jempol dan jari telunjuk. Tekanan dua jari ini membuat remasan Godel mengendor.

"Mereka yang sok suci sudah menghinakan kita dengan sebutan iblis, Del… Tapi bagiku itu adalah pujian karena sosok iblis tidak pernah mengingkari janjinya. Untuk itu aku tidak akan pernah mengingkari janji yang membuatku lebih hina dari iblis!" kata Aswa.

"Jadi, bagaimana se…" belum sempat Godel menyelesaikan perkataannya, suara ledakan menggema dari rumah kosong!

*Duaaaaarrrrrrr….!!!*Bagian depan rumah hancur setelah ditabrak Monster Cicak seberat satu ton!

"Tuh, kan… Neo…!!!" Aswa berseru setelah melihat Neo menunggangi Monster Cicak.

"Ceeeekkkaaaaakkk…!!!" Monster Cicak meraung karena tidak senang diganggu Neo.

Melihat Neo mampu menghadirkan Monster Cicak, sebagian squad turun tangan. "Seraaaang…!!!"

Di beberapa bagian yang lain ada squad yang masih menahan diri.

"Sesuai perkiraanku… Del, kita cabut dari sini!" ujar Aswa.

Godel langsung menanggapi, "Nah… Ini dia. Kata-kata ini yang sedari tadi ku tunggu. Brengsek kau, Wa! Hahaha…"

...........................

#Di suatu sudut Kota Samareand-Kebaktian Palace#

Datuk Omeo, Busu Haris dan Karang Wasi sedang berada di belakang gedung peristirahatan. Mereka masing-masing membawa lampu LED sebagai penerang.

Mereka mengenakan pakaian serba tertutup berwarna ungu tua dengan seraong di kepala.

Karang Wasi mulai mengeluh, "Risihnya pakai pakaian seperti ini! Gerah, Busu!" Karang Wasi lalu membuka seraong dan cadar hingga menampakkan rona merah pipinya yang diterpa cahaya lampu.

"Aku juga tidak terbiasa mengenakan pakaian seperti ini! Sudahlah… jangan bikin datukmu marah!" ujar Busu Haris.

"Apa tidak salah pertemuannya disini? Bukan di café atau restoran, gitu?" protes Karang Wasi. 

Di balik semak belukar terdengar suara seorang remaja, "Terima kasih sudah mau bekerja sama, Tua Omeo…"

"Master Void?" Datuk Omeo menanggapi suara itu sembari membuka semak belukar.

"Ya, silahkan duduk, Tua…" ujar Master Void.

Setelah duduk, Datuk Omeo membuka pembicaraan langsung pada intinya, "Apa hasil pertemuanmu dengan petinggi Guild Cahaya, Master Void?"

"Hah? Semuda ini sudah Master?!" Karang Wasi kaget.

Master Void mengarahkan tubuhnya ke Karang Wasi lalu balik bertanya dengan suara parau, "Siapakah Nona manis nan cantik jelita ini, Tua? Sudilah kiranya Tua Omeo memperkenalkannya…"

"Dia cucuku, Putri Karang Wasi dan itu anakku Hawaris Wasi," jawab Datuk Omeo. Ia lalu berkata kepada Karang Wasi, "Karang Wasi, jaga sikapmu… Siapapun yang jadi lawan bicara kita, kita harus menghormati."

"Haris… Karang Wasi… Dialah Master Void. Orang yang ku ceritakan tadi siang," lanjut Datuk Omeo.

"Salam kenal, Master Void," ujar Busu Haris sambil menyenggol tangan Karang Wasi.

"Salam kenal, Mastred Void…" kata Karang Wasi, kaget.

"Ya… Salam kenal…" Balas Master Void, lagi-lagi dengan suara parau.

Datuk Omeo merasakan perbedaan suara Master Void tadi pagi dan sekarang. Pagi tadi suara Master Void seperti suara remaja biasa. "Apakah Master Void baik-baik saja?" Tanyanya.

Dengan santai Master Void menjawab pertanyaan Datuk Omeo, "Saya baik-baik saja, Tua… Oh, ya… Hasil pertemuanku dengan Encore dan orang-orangnya sudah sesuai dengan apa yang telah aku ceritakan kepada Tua Omeo. Ular-ular licik ini mau membawaku ke Gerbang Pipit Neraka. Mulai malam ini kita akan menginap di markas Guild Cahaya sambil menunggu waktu untuk pergi ke gerbang yang mereka jaga."

"Waduh… Bagaimana sekolahku, busu?" bisik Karang Wasi. 

"Kau libur saja dulu…" jawab Busu Haris.

Master Void masih terus menjelaskan, "Waktu-waktu itu akan sangat membosankan. Tapi kita harus waspada karena mereka tidak akan pernah menaruh kepercayaan kepada kita. Sedikit lengah, kita akan dihadapkan pada suatu pertarungan yang merugikan. Oleh karena itu aku memohon bantuan dari Keluarga Enggang Batu."

"Hehehe…" Datuk Omeo tersenyum. "Di Benua Etam ini banyak perserikatan yang bisa kau andalkan. Tapi kau memilih kami. Sedikit banyak aku memahami motifmu meminta bantuan dari kami. Dan pada akhirnya Kau sudah berhasil meminjam tangan kami untuk memuluskan niatmu, anak muda… 

Walau kekuatan keluarga kami tidak sebanding dengan Guild Cahaya, tapi kami masih mampu menahan mereka pada titik tertentu. Terlepas dari niat baik atau busuk yang memotivasimu, kami juga ada kepentingan di sini. Kalau kau ingin bermain-main, maka kami sudah mempersiapkan permainan buatmu. Hahaha…" ujar Datuk Omeo yang diiringi dengan tawa.

Master Void membalas, "Ya… Memang seharusnya demikian. Simpan baik-baik kartumu itu, Tua Omeo. Di dunia ini hanya segelintir orang yang dapat kita percaya. Sangat penting bagi Tua Omeo membuat rencana B, C, dan seterusnya… Tapi lagi-lagi aku sangat mengharapkan perlindungan dari Tua Omeo."

"Oh… Ya-ya-ya… Kau tidak perlu mengguruiku." Datuk Omeo mengangguk. "Sebagai keluarga kaya raya, harta milik Keluarga Pipit Ungu sangatlah menggiurkan. Tidak menutup kemungkinan mitra Guild Cahaya ikut serta dalam perkara ini. Apakah ada sekutumu yang lain dalam misi ini?" Tanya Datuk Omeo.

"Encore adalah symbol keserakahan yang nyata. Kemungkinan Encore melibatkan mitra mereka sangat kecil. Terlebih pasca kepergian Ketua Guild Cahaya. Berdasarkan analisisku, oleh karena Encore tidak akan mau membagi harta dengan mitranya. Bahkan dengan pemerintah sekalipun. Maka mereka menutup rapat informasi ini dengan memviralkan kepergian Ketua mereka. Akan tetapi mitra-mitra mereka ini bukan sekumpulan orang bodoh. Mereka pasti mengetahui rencana Encore, lalu mengamati dan mencari kesempatan mendapat bagian kue. Aku telah memiliki sekutu lain dalam misi ini. Sekutu ini boleh kita asumsikan sebagai kartu rahasiaku…" jawab Master Void.

"Walau masih muda… Dia terlihat berpengalaman… Aku merasa kami pasti akan berhasil," pikir Datuk Omeo.

Master Void melanjutkan, "Di Guild Cahaya nanti, cucumu ini bisa keluar masuk guild sebagai media informasi kita. Oleh karena itu Ia bisa sambil sekolah agar tidak ada yang mencurigai Keluarga Enggang Batu setelah misi ini berhasil. Untuk malam ini cukup kita bertiga yang menginap di Guild Cahaya. Biarlah cucumu menyusul besok siang. Kita akan membahas rencana lebih detail nanti sesampainya di guild."

........................….

"Almond Squad? Oh… Sepertinya wajahmu ini tidak asing!" ujar Yanda.

Udil dengan semangat berkata, "Kami satu kelas dengan temanmu, Aswa! Mana Aswa? Kalian satu squad, kan?"

"Aswa akan menyusul besok lusa. Dia sekarang menjalani quest menangkap Monster Cicak," Jawab Jeon.

Ivan berkomentar, "Baru bikin Squad kalian sudah mengambil dua quest sekaligus. Kalian ini squad yang unik, ya? Squad kami jumlahnya enam orang, empat orang akan menyusul malam nanti. Ini misi perdana kami. Semoga kita bisa bekerja sama."

Jeon dan Yanda menggangguk tanda setuju.

"Ada sekelompok orang yang datang lagi… tekanan ini begitu pekat!" seru Neng Mawar.

Udil berteriak, "Gelombang energi…!!! Awaaasss…!!!"

***