"Bukankah, dia… Pak Walikota!!!!" Eel dari Squad Pedang Hitam berseru kaget.
Bagong dengan sigap menundukkan kepala seraya memberi hormat, "Salam hormat, Pak Walikota!"
"Salam hormat…"
"salam hormat, Pak!"
Semua yang hadir di aula itu memberi hormat. Kecuali Eel dan Jeon. Mereka masih tidak mengira kalau orang yang meminta quest adalah sosok nomor satu di Kota Samareand, Master Abdel M. Syarhani.
"Salam. Terima kasih kalian mau datang…" ujar Master Syarhani, pria kurus berusia 37 tahun. Saat ini dia hanya mengenakan sarung dan sandal jepit. Tubuh bagian atasnya ia biarkan terbuka.
"Kok, aku jadi grogi ya? Hehehe…" Udil cengengesan.
Master Syarhani tersenyum. "Silahkan grogi, tapi jangan kencing di celana! Kau sudah besar! Hahaha…"
"Sungguh memalukan! Tidak pantas jadi walikota!" hardik Eel Erika dengan suara rendah.
"Aku pikir para wanita menyukai pria setengah telanjang… Hahaha…" Master Syarhani kembali tertawa.
Eel langsung kaget "Hah?! Apa dia mendengar perkataanku tadi?" ujarnya dalam hati.
"Tentu saja aku mendengar! Makanya aku pantas jadi walikota!" balas Master Syarahani. Ia ingin membuktikan kepantasannya sebagai walikota minus cara berpakaian.
Ivan memberanikan diri berbicara, "Kami tidak tau misi ini dari Anda. Jujur, kami belum pernah menjalankan misi sebelumnya. Kami jelas tidak kompeten, jadi…"
"Tidak masalah…" Master Syarhani memotong perkataan Ivan, lalu mendekatinya. "Kalau aku ingin orang yang berkompeten untuk menjalankan misi ini, aku tinggal mengantar 'sahabat'ku itu sendiri, tau!" Ia lalu melirik ke Squad Pedang Hitam. "Khusus kalian, aku tidak pernah menyangka kalian masuk ke dalam quest biasa-biasa saja seperti ini. Etos kalian tidak pernah ku ragukan."
Mendengar perkataan Walikota, Bagong mengklarifikasi, "Master Syarhani… Bekantan Bulu Emas rupanya bukan binatang spiritual kelas C biasa. Terlebih ada beberapa penemuan dari para ilmuan luar yang menambah…"
"Ya… Aku tau itu," potong Walikota. "Pengawalan Bekantan Bulu Emas tentu akan dijaga dengan ketat. Ini tidak terlepas dari hasil penemuan yang jelas membuat air liur orang serakah menetes deras. Kalian pasti tau pentingnya binatang ini terhadap keseimbangan ekosistem Benua Etam. Aku tetap akan melepasnya ke kawanannya yang berada di Lok Bahu. Satu jam perjalanan menggunakan mobil. Tenang saja. Aku akan menjamin keselamatan kalian."
"Ada berapa lingkaran pengamanan?" Tanya Bagong.
Master Syarhani menjawab, "Tiga ring. Kalian yang ada di sini masuk ring pertama. Ring kedua dan ketiga dari organisasiku."
"Kenapa tidak melibatkan guild?" Bagong kembali bertanya. "Ada dua guild di Kota Samareand." Tambahnya.
Master Syarhani menjawab sambil tersenyum, "Alasan mengapa Guild Cahaya selalu berpartner dengan Penguasa Kota sangat sulit ku ceritakan pada kalian. Ini urusan internal kami. Ku harap kalian paham dengan maksud perkataanku… hahaha…"
"Apakah berhubungan dengan Sekretaris Kota?" Eel ikut bersuara.
"Hmm… Sejujurnya… Aku tidak pernah mempercayai Encore," Jawab Master Syarhani.
Dahi Eel berkerut. "Pertanyaanku… Awww…" Bagong langsung menarik rambut Eel. "Jangan sok jadi polisi. Aku sudah paham maksud perkataan Walikota!" ujar Bagong.
"Hahaha… terima kasih sudah mau mengerti. Aku merasa seperti tersangka. Hahaha… Mari bersiap. Kalian akan segera berangkat," Balas Walikota. "Oh, iya…! Maaf sebelumnya. Sangat baik untuk mengukur tingkat warna ranah jiwa untuk menetapkan formasi ring satu. Kalian akan dipimpin Bagong. Jadi ku serahkan formasi itu pada Bagong."
..............................….
#Balai Kota#
Pertempuran antarguild di depan Balai Kota tidak dipedulikan Satuan Penjaga dan Satuan Keamanan Internal Benua Etam (S.K.I.B.E). Mereka fokus kepada orang yang berhasil masuk ke ruang penyimpanan harta di Balai Kota.
Seorang wanita dari Unit PTK S.K.I.B.E, Muliana menghadap Eko Darwaman lalu memberikan laporan. "Komandan, informasi terkini yang kami dapat, penyusup sudah masuk ke ruang harta. Para penjaga sekarang tidak bisa melakukan apa-apa. Mengingat…"
Wajah Eko Darwaman yang semula santai berubah asam. "Kenapa seperti itu?! Penjaga-penjaga ini sungguh memalukan! Perketat penjagaan di luar balai. Jangan biarkan ada orang luar yang keluar maupun masuk!"
Alat komunikasi milik Muliana berbunyi, "Korsen praju sebelas nol delapan dari Unit Pamong melapor!" Muliana menjawab, "Masuk!" "Ada dua penyusup yang mencoba masuk ke ruang penyimpanan, Dan!"
"Bagaimana ini?" Muliana menatap Eko Darwaman.
"Ya… Kita jangan gegabah," jawab Eko. "Ini kali pertama Balai Kota dibobol maling. Hanya sedikit informasi yang ku miliki tentang ruang penyimpanan Balai Kota. Hubungi Sekretaris Kota dan Unit Anti Iblis!"
"Tidak masalah menghubungi Sekretaris Kota. Tapi untuk menghubungi Unit itu… Apakah itu perlu?" Tanya Muliana.
"Perlukah S.K.I.B.E menanggung malu saat tiga penyusup ini berhasil lolos?!" terang Eko Darwaman dengan tatapan tajam ke arah Muliana.
"Kami menunggu perintah!" sekelompok tim pendobrak Unit PTK menghadap Eko Darwaman.
"Huh…" Eko menghela nafas. "Lift itu satu-satunya pintu masuk. Kalian cukup berjaga di sini. Kita tunggu
....................................…
*Teeett…!**Teeett…!**Teeett…!**Teeett…!**Teeett…!* Sirene Balai Kota terus-terusan meraung. Seirama dengan detak jantung para penjaga. Betapa memalukannya jika informasi tentang pembobolan ruang penyimpanan Balai Kota tersebar luas. Etos pemerintah kota tentu akan dipertanyakan!
Aswa dan Godel tampak kesulitan melewati kerumunan penjaga yang memenuhi jalur menuju lift ruang penyimpanan.
"Ada dua penyusup! Cepat tangkap!"
"Berhenti, kalian…!!!"
Teriakan penjaga yang melihat Godel dan Aswa berlari menuju lift ruang penyimpanan mampu bersaing dengan raungan sirene. Para penjaga lantas melakukan blockade.
"Aku tidak mau matiii… Bangsaaat…!!!" seru Godel. "Brengsek kau, Aswa!"
"Hehehe… Aku tidak tau kalau bakal seperti ini. Jangan jauh-jauh dariku, ya! Serang barisan belakang, Del!" balas Aswa.
Gemeretak tulang-tulang jemari Godel sedikit terdengar. "Bangsaaat…! Mundurpun sudah tidak mungkin lagi! Kita pasti matiiii…! Hiaaaa…!" Godel mengikuti Aswa menerjang ke kerumunan penjaga.
Aswa mengeluarkan sebilah Mandau dari sarungnya. Sedangkan Godel sudah bersiap dengan sepuluh pisau di kedua tangannya.
"Punya nyali kalian rupanya! Hahaha…!" puluhan penjaga bersiap menghadang Aswa dan Godel.
*Whooss…!**Whooss…!**Whooss…!**Whooss…!**Whooss…!**Claang…!**Claang…!**Claang…!**Claang…!**Claang…!**Claang…!**Claang…!* sepuluh pisau godel menghujam ke barisan belakang kerumunan penjaga.
Penjaga-penjaga ini tentu berasal dari pendekar terlatih. Oleh karenanya, mudah bagi mereka menangkis pisau-pisau Godel.
*Claang…!**Claang…!**Claang…!**Claang…!**Claang…!* Di samping Godel, Aswa mengeluarkan jurus pedang [Dewi Kenanga] yang berhasil membuat barisan depan penjaga kewalahan. Jurus pedang ini banyak dijual di web e-buku dan diperuntukkan buat adis-gadis yang belajar seni berpedang.
"Tarik, Del!" seru Aswa.
*Whooss…!**Whooss…!**Whooss…!**Whooss…!**Whooss…!* "Aaaghh..!" dengan tenaga dalam, Godel menarik kembali pisau yang sudah dilemparnya. Sebagian kembali ke kedua tangannya setelah merobek leher, perut dan telinga penjaga. Sebagian yang lain menancap di pinggang dan paha penjaga yang lain.
"Hahaha… Ini hasil latihanmu dengan Master Neo! Hahaha…" Aswa menggoda Godel. "Ancrrriiiitt…! Jangan sebut nama si bodoh itu di saat seperti ini!" Godel membalas ketus.
"Anak ini…" seorang penjaga mulai menyadari kemampuan berpedang Aswa. Sambil mengobrol, Aswa masih dapat fokus pada tiap gerakan yang menyerangnya dan menyerang balik.
*Whooss…!**Whooss…!**Whooss…!**Whooss…!**Whooss…!* Godel melempar kembali seluruh pisau yang ia miliki. Lalu menarik kembali pisau-pisau itu ke tangannya. *Whooss…!**Whooss…!**Whooss…!**Whooss…!**Whooss…!*
Kerumunan penjaga ini mundur perlahan. "Tutup matamu, Deeell…!" teriak Aswa.
[Senandung Halilintar] *Cetaaaarrrr…!!!* tiga orang penjaga menembakkan tenaga petir berdaya besar. Kilatan petir ini sungguh menyilaukan hingga membuat Godel dan Aswa tidak terlihat.
Pendekar berelemen es mengeluarkan jurus [Tapak Fajar Utara] ke arah Aswa dan Godel. Lorong berubah menjadi gua es dengan seketika.
Tidak cukup dengan dua jurus sebelumnya, seorang penjaga memanggil binatang spiritual jenis air. Binatang seperti katak ini lalu memuntahkan lumpur dengan volume besar [Skill Nanah Beracun]. Lumpur beracun ini bahkan melebihi kapasitas tubuhnya. Tempat di mana Godel dan Aswa sebelumnya berada sekarang dipenuhi dengan lumpur dan bongkahan es.
"Akhirnya… Segera panggil unit PTK kemari! Biar tau rasa orang-orang ini!" perintahnya sembari tersenyum puas.
"Anggota Unit PTK sudah datang!" ujar seorang penjaga.
Dari arah belakang tempat Aswa dan Godel terakhir, enam orang anggota Unit PTK berlari dengan kecepatan tinggi. "Seperti yang diperintahkan komandan, hilangkan kemampuan silatnya, setelah itu beri penyusup itu peringatan," ujar salah seorang anggota Unit PTK.
"Anj… Huaaaaaaa…..!!!!" Godel berteriak. Hingga akhirnya ia berada di barisan belakang pejangga setelah dilempar Aswa.
"Kuuuraaang… aaaajaaarrr…!!!" para penjaga mengumpat panjang dan kompak melihat Godel sudah berada tepat di belakang mereka. "Cepat tangkaaap..!!!"
Seperti sedang kesetanan, Godel berlari sekencang-kencangnya. "Aswa bagsat! Anak haram!" Godel mengumpat di dalam hati.
"Satunya ada di sini!" seru seorang penjaga yang saat ini berhadapan dengan Aswa.
"Hehehe…" Aswa menyinyir. Ekspresi wajahnya akan terlihat bodoh andai tidak tertutup topeng.
Seorang penjaga yang merasa diremehkan Aswa langsung menebaskan kapak ke arah Aswa. "Dasar iiibliiisss…!!!"
*Sreeettt…!**Blink…!* Aswa menebas ganggang kapak, lalu memerintahkan tubuhnya sesuai persepsi yang ia inginkan menggunakan [Domain 2] ranah pikirannya.
[Sihir Ruang dan Waktu]
Aswa melihat lingkungan di sekitarnya seketika melambat. Faktanya ia berubah menjadi sub atom, lalu melewati sekumpulan penjaga. Kemampuan ini sangat menguras pikiran. Aswa paham dengan konsekuensi yang sedang ia ambil.
*Blink…!* Aswa tiba-tiba muncul di salah satu lorong tanpa penjagaan. Godel mendekatinya.
"Hah?! Jurus apa yang kau gunakan?" Tanya Godel, kaget.
Aswa berdiri dengan gontai. Sedetik kemudian tubuhnya tergeletak di lantai. "Gendong aku, Del… Aku lemas."
"Heh?! Begitu menyusahkannya kau ini!!!" Godel memanggul tubuh Aswa di leher, lalu berlari menuju lift.
Godel menghentikan gerakannya, tepat 10 meter dari lift yang mereka tuju. Keringat dingin mengucur dengan derasnya di tubuh gagah Godel. "Waduh… Skak mat, Anjiiirr!!! Di depan lift sudah banyak penjaga yang berkumpul!"
.........................................
#Halaman Rumah Pribadi Walikota#
Walikota Samareand, Master Abdel M. Syarhan tertegun sejenak. Ia mendapatkan pengetahuan tentang adanya tiga orang penyusup yang mencoba membobol masuk ruang penyimpanan harta di Balai Kota. Pengetahuan yang didapat bukan dari orang lain. Melainkan kemampuan dari hasil kekentalan ranah berpikir.
Ia dapat mensensasi kondisi di Balai Kota melalui bayangan hasil persepsi yang ia kuasai. Mirip dengan jutsu seribu bayangan yang dipertontonkan dalam serial manga Uzumaki Naruto. Hanya saja bentuk bayangan ini hampa. Sulit dideteksi pendekar tingkat tinggi sekalipun.
"Hahaha… Amazing! Salut… salut…" Master Syarhan berbicara sendiri setelah sempat termenung.
"Ada apa dengan Anda, pak Walikota? Apakah Anda gila?" Tanya Eel. "Astaga, Eel…" Bagong menepuk dahinya melihat Eel yang keponya kelewatan dan bahkan tanpa rasa hormat.
Mendengar perkataan Eel, Master Syarhan makin tertawa. "Hahaha… Bukan… Bukan… aku bukan gila. Saat ini ada kejadian yang menarik di Balai Kota."
Jeon membuka gadget miliknya. Suatu akun di media social peacebook sedang menyiarkan secara langsung pertarungan antar squad untuk memperebutkan Monster Cicak. "Monster Cicak sedang diperebutkan squad-squad yang hendak mendapatkan hadiah misi. Mungkin menariknya karena Monster Cicak sudah masuk ke Balai Kota, ya?"
Perkataan Jeon tidak digubris orang-orang yang hadir saat itu. Bahkan Master Syarhan cuek-cuek bebek. "Anj… Hiih… Gak enak rasanya dikacangin kayak gini… Aduh… Neo, Aswa… kapan kalian ke mari?" Jeon membatin.
"Kalian sudah bisa berangkat sekarang. Biar cepat, Aku meminjamkan fasilitas mobil. Satu mobil untuk satu squad. Perjalanan satu jam akan terasa lama karena kemungkinan terburuk bisa saja terjadi. Perlu diingat, sayangi nyawa kalian dan rekan kalian. Walau kalian gagal menjaga "sahabat"ku ini, kalian tetap mendapatkan hadiah misi. Aku harus segera ke Balai Kota. Jaga diri kalian. Semoga berhasil," tutup Master Syarhan.
Mendengar fasilitas mobil yang dipinjamkan Walikota, mata Neng Mawar terbuka lebar. Mengendarai mobil adalah impiannya sejak dari kecil. Tapi apa daya, kakek dan paman-pamannya sangat protektif menjaganya.
"Jeoon… biarkan aku yang mengendarai mobil, yaaa…?" ujar Neng Mawar kegirangan.
"Astaga, Neng… Kau sampai kegatalan seperti itu! Lakukanlah…" balas Jeon.
................................
*Baaam…!**Baaam…!**Baaam…!**Baaam…!**Baaam…!**Baaam…!**Baaam…!**Baaam…!*
"Buaaah… tebalnya kulit nih cicak! Dasar Babi!" kutuk Neo. Dia saat ini sedang sibuk memukul punggung cicak yang sudah masuk ke kolong bangunan Balai Kota.
Mendengar perkataan Neo, seorang yang juga sibuk memukul punggung Monster Cicak berkomentar, "Ku pikir aku saja yang goblok. Ternyata kau lebih goblog dari aku! Ini jelas Cicak, bukan Babi!!!"
*Baaam…!**Baaam…!**Baaam…!**Baaam…!**Baaam…!**Baaam…!* Neo tiba-tiba beralih memukul orang tersebut. "Sekarang, ini monster Cicak atau Babi?" Tanya Neo tanpa mengendurkan pukulan.
Merasakan sakitnya pukulan Neo, orang tersebut menjawab, "Aaagghh… Iya betulll… Ini jelas B-babi! B-bukan cicak!"
"Babi, kan?!!!" tandas Neo yang lantas kembali memukul punggung Monster Cicak. *Baaam…!**Baaam…!**Baaam…!**Baaam…!**Baaam…!**Baaam…!**Baaam…!*
Dua orang dari unit PTK yang sedang menganggur menyaksikan kebodohan Neo dan orang di sekelilingnya. Neo dan orang-orang itu memilih menghajar Monster Cicak tanpa menggunakan air.
Seseorang di antara mereka menjelaskan, "Betapa bodognya orang-orang itu! Monster Cicak sebenarnya hanya seukuran cicak rumahan! Walaupun sekarang sudah sebesar pesawat!"
"Terus, kenapa bisa sebesar itu!" Tanya rekannya.
"Saat ranah spiritualnya meluas dan mendalam, elemen tanah yang monster ini miliki mengalami sekresi dalam jumlah besar hingga membuat bobot tubuhnya dapat mencapai lebih dari satu ton."
................................................
#Balai Kota-Lantai 1#
"Tinggal beberapa langkah lagi, Del… Tabrak saja lift itu begitu sudah dekat!" ujar Aswa. Dalam keadaan cemas Godel masih bisa membentak Aswa, "Kalau kau pikir itu mudah, kenapa bukan kau yang menggendong aku ke sana?! Mereka sudah membentuk formasi blockade!"
"Kau harus melawan mereka satu per satu!" terang Aswa,
Godel semakin marah mendengar perkataan Aswa. "Kau masih bisa bercanda saat nyawa kita terancam?! Bangsat! Cuiiihh…!"
"Astaga, Del… Kau ini cupu! Sekali-kali kau acting seperti ini!" Aswa lalu memasang wajah kaget ke arah lift.
Sebagian besar penjaga spontan melirik ke arah lift! "Lari, Del!" perintah Aswa.
Tanpa basa-basi, Godel kembali berlari menuju lift. "Trik macam apa ini!!! Bodohnya! Hiaaaa…."
"Brengsek! Tangkap merekaaa…!" Belasan orang mencoba menahan laju Godel dan Aswa. Sebagian besar mereka adalah anggota Unit PTK. "Tangkap! Lalu hilangkan kemampuan silat mereka selamanya…!"
*Booom…!* Godel terkena pukulan di bahu. Bersama Aswa ia terlempar ke samping. "Aku tidak boleh mati di sini!" pikir Godel.
"Di mana ada kesukaran… di situ ada kemudahan… rapalkan itu, Del!" bisik Aswa.
"Di mana ada kesukaran, di situ ada kemudahan!" dalam kondisi seperti ini, apapun akan Godel lakukan untuk bertahan hidup.
"Di mana ada kesukaran, di situ ada kemudahan!"
"Di mana ada kesukaran, di situ ada kemudahan!"
Godel terus merapal… Sambil menghindari serangan…
"Di mana ada kesukaran, di situ ada kemudahan!"
*Cetarrr…!!!* sengatan listrik merobek tubuh Aswa. "Aaagghh…!" Aswa merintih kesakitan.
"Di mana ada kesukaran, di situ ada kemudahan!"
"Di mana ada kesukaran, di situ ada kemudahan!"
Kepala Godel turut terkena serang listrik hingga membuat luka bakar yang menganga. Namun ia terus merapal dan berlari menghindar…
"Hentikan mereka, bodoh! Mereka sudah dekat dengan lift! Berkumpul di depan lift!
"Di mana ada kesukaran, di situ ada kemudahan!"
"Di mana ada kesukaran, di situ ada kemudahan!"
Seluruh orang yang berada di depan lift menembakkan varian elemental. Sasarannya adalah Aswa dan Godel.
*BBOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOMMMM….!!!* pakaian Godel dan Aswa terkoyak! Bahkan topeng yang mereka kenakan retak sebagian. Aswa sudah hampir terlepas dari gendongan Godel karena tidak sadarkan diri!
"DI MANA ADA KESUKARAN, DI SITU ADA KEMUDAHAAAAN….. HIIIIIAAAAAA….!" Godel meraung sembari merengkuh Aswa.
Dengan sekuat tenaga Godel menghentak, melompat menuju lift yang tinggal beberapa langkah lagi.
Dua orang petugas berhasil meraih kaki Godel. Mereka memang berhasil menahan laju Godel, namun belum bisa menggagalkan upaya Godel menerobos lift!
***