Hari-hari pun berlalu, semenjak kembalinya Elif ke Indonesia, gadis itu jarang keluar rumah dan hanya berdiam diri di kamar hanya dengan bermain biola hadiah dari Jnas, setiap hari Elif hanya menangis dan menangis, ia hanya memandangi foto kenangan mereka sewaktu di turki, mama papa Elif sangat khawatir dengan kondisi putri mereka, tubuh Elif semakin hari semakin kurus, tak ada semangat hidup dalam dirinya, ia terus memandangi kalender dengan hati yang sakit, sudah dua puluh sembilan hari ia di Indonesia, dan besok ia genap satu bulan di rumahnya dan satu hari lagi adalah pernikahan Jnas, Elif menangis memegang album foto-foto dirinya dengan Jnas, ia terus mengusap wajah Jnas di fotonya, ia hanya di temani buku hariannya dan sesekali berbicara dengan ruqia sahabatnya di telepon.
handphone nya berdering saat menatap layarnya nama ruqia disana Elif cepat mengangkatnya.
"Halo ruqia "
" Elif sayang, apakah kamu baik-baik saja suara mu sangat serak " tanya ruqia dengan khawatir
" Tak ada yang baik-baik saja ketika jiwa ku sedang sekarat saat ini " ucapnya lirih.
" Elif.... " ruqia mendesah sedih dengan jawaban sahabatnya, ia tak tahu harus bilang apa, sudah banyak usaha dia dan orang tua Elif lakukan untuk membuat Elif melupakan kesedihannya, cintanya terlalu dalam untuk Jnas, usaha mereka sia-sia saat ini.
" besok adalah hari pernikahan Jnas " kata Elif dengan suara serak
" sayang, aku ingin bilang lupakan Jnas, tapi kamu tak akan mendengarkan ku, aku harap kamu harus bisa bangkit lagi Elif, pria bukan hanya Jnas, masa depan mu masih panjang, bangkitlah jangan buat aku dan kedua orang tua mu juga seluruh keluarga mu sedih Elif, jangan siksa dirimu sendiri "
" terima kasih ruqia, tapi Jnas seperti ada dalam setiap hembusan nafas ku di setiap denyut nadi ku, aku mencintainya, sangat mencintainya, dan aku juga ingin melupakan dirinya, tapi jiwa dan hati tidak bisa, ia selalu datang di setiap nafasku, aku sangat merindukannya ruqia, aku ingin mendengar suaranya mencium aroma nafasnya, aku lelah aku sangat lelah, aku ingin tidur untuk selamanya "
Ruqia terkejut dengan ucapan terakhir Elif, dia sangat sakit dan sedih dengan keadaan sahabatnya, ia ingin berada di sampingnya memeluknya dan menjadi kekuatannya, tapi mereka sangat jauh.
setelah mereka berbicara cukup lama , Elif mematikan handphone nya dan mulai menangis kembali, ia merasa pusing saat dia hendak ke kamar mandi tubuhnya ambruk ke lantai, Elif pingsan.
***
Mama Elif terus menangis dia sangat sedih dengan kondisi putrinya, papa Elif terus memeluk istrinya, ingin sekali pria setengah baya itu mencari Jnas, meski berada sangat jauh, tapi putrinya tak pernah mengizinkannya.
" Tenanglah ma, Elif akan baik-baik saja dokter sudah menanganinya " ucap papa Elif lembut.
" Pa bagaimana aku harus tenang, putri kita sakit bukan hanya jasadnya saja tapi jiwanya juga, mama sangat sedih kenapa harus putri kita, mama ingin menggantikan rasa sakitnya Pa, mama tak ingin kehilangan dirinya, lakukan sesuatu pa !" ucap mama Elif dengan isakan tangisnya
" sudahlah ma kita harus berdoa, Elif kita akan baik-baik saja"
tak lama kemudian pintu ruangan itu terbuka dokter keluar, mama dan papa Elif segera menghampiri dokter dan menanyakan keadaan Elif.
" dokter bagaimana keadaan putri kami dok ?" tanya mama Elif sambil menangis.
" mari ke ruangan saya " kata dokter itu lalu di ikuti kedua orang tua Elif.
dokter Heri mempersilakah kedua orang tua Elif untuk duduk.
" dokter bagaimana keadaannya dok ?" tanya mama Elif dengan tidak sabar.
dokter Heri membetulkan kacamatanya dan membuka hasil laporannya lalu memandang kedua orang di depannya.
" dengan hasil pemeriksaan kami, Elif tidak memiliki penyakit yang serius, mungkin beberapa hari sebelumnya Elif meminum obat tidur terlalu sering dan tampa resep dokter, bisa jadi dia mengalami depresi, jadi untuk sementara dia harus di rawat di rumah sakit " kata dokter Heri.
" apa dokter, dia minum obat tidur, kami tidak tahu hal itu " tanya papa Elif.
" apakah Elif mengalami tekanan atau dia memiliki masalah saat ini" tanya dokter Heri
" iya dok, Elif kami baru putus dari kekasihnya, sudah satu bulan dia hanya mengurung diri di kamar, tadi sewaktu kami menghampirinya untuk makan dia sudah tak sadarkan diri di depan kamar mandi " ucap mama Elif sambil terisak.
" baiklah untuk sementara Elif di rawat disini, dan saya minta untuk kalian sering-seringlah berbicara dengan Elif meski dia belum sadarkan diri, pancinglah dia untuk bangun "
" apa maksud dokter kami harus memancing dia untuk bangun, ada apa dengan putri kami dokter ?" tanya papa Elif dengan khawatir
" meskipun Elif tidak memiliki penyakit yang serius, tapi dia koma saat ini, dia tidak memiliki keinginan untuk bangun, meskipun dia dalam keadaan tak sadarkan diri dia masih bisa mendengar pembicaraan orang-orang yang berada di sampingnya"
mama Elif terkulai lemah di pelukan suaminya, ia tak pernah menyangka dengan keadaan putrinya saat ini, ia menangis dalam pelukan suaminya, dan papa Elif menuntun istrinya keluar dari ruangan dokter menuju ke kamar Elif.