Roni berjalan mendekat, mengabaikan domba muda yang telah lari meninggalkan tempat itu. Kecepatan lari domba kecil itu sungguh luar biasa, membuat mata Roni terbelalak.
Ia menghampiri Hans yang sudah tidak berdaya, perlahan memotong baju putih yang Hans kenakan. Ketika bajunya terbuka, menyingkap luka di bagian perutnya. Ia mengangkat lengan kanannya tinggi berusaha menusuk jantung Hans dengan cakarnya.
"Hatinya! Uma-nya pasti lezat!" Roni meneteskan liur hendak menelan Uma milik Hans yang menyimpan semua terkesan jiha yang telah Hans kumpulkan.
**
Jauh di dalam tanah, akar-akar tengah menerobos bebatuan menghancurkan semua penghalang yang merintanginya. Seperti bor yang mampu menembus batu terkuat sekalipun, akar-akar itu semakin dekat dengan permukaan tanah.
**
Boom!
Sebuah ledakan kuat terjadi tepat di belakang tubuh Roni. Tubuh besarnya yang tengah menunduk dan cakarnya yang hendak menghujam tubuh Hans terhenti, ia membalikkan kepalanya.
Kemudian berdiri dan bergetar, sesosok makhluk yang terbentuk dari ribuan akar yang menjadi satu berdiri di depannya. Kepala makhluk itu di penuhi lumut yang bersusun rapi seperti rambut, akar-akar itu bersusun rapi hingga ke bagian dada kirinya tempat di mana uma miliknya berotasi.
Roni menatap makhluk besar itu, ia tersentak.
"Pantas daerah ini di sebut daerah terlarang! Makhluk seperti ini rupanya bersemayam di tempat ini!" Roni salah paham, ia mengiri makhluk ini adalah penjaga daerah terlarang ini. Ia kemudian menunduk, berusaha menghindari serangan akar-akar tajam yang berotasi seperti bor. Kemudian melompat ke kanan dan memotongnya dengan cakar besarnya. Namun tepat setelah terpotong, akar-akar baru tumbuh dan menggantikannya.
"Sial!!" Roni berteriak dan melompat, berputar di udara sambil mengayunkan ke dua cakarnya. Sebuah tornado jiha terbentuk, cakarnya yang di selimuti jiha berotasi bersama dengan tubuhnya memotong puluhan akar yang bergantian hendak menyerangnya.
Brugh!
Brugh!
Brugh!
"Roar!"
Roni mengaum seperti harimau, ia kemudian menghindari dari kepungan puluhan akar yang seakan tidak berhenti menghujaninya seperti lemparan tombak.
Raksasa akar ini adalah makhluk yang di lepaskan tuan Atkinson ketika Hans memasuki gerbang ujian pertama kali. Sebuah pohon pelindung, meski hanya makhluk magis dengan satu kalimat aksara, namun jenis makhluk tumbuhan terkenal tak terkalahkan! Kemampuan mereka untuk menyembuhkan diri sangat luar biasa, terutama bila terus tertancap ke dalam tanah.
Lawan mereka hanyalah makhluk magis elemen api dan petir, Roni yang merupakan Magi pengguna totem animalia tentu bukanlah lawannya.
Ia bertarung sekuat tenaga, namun tidak berhasil menemukan celah. Ia putus asa, kemudian berusaha untuk lari.
Ia mendorong tubuhnya ke atas dengan kedua kaki besarnya yang kuat seperti pegas ke atas, ia berayun ke pepohonan dan berusaha untuk lari.
Raksaka [1]
[1]Aksara Jawa Hanacaraka, bertuliskan 'raksaka' atau berati penjaga.
Ketika Roni melompat dan hendak menjauh, sebuah kandang terbuat dari akar terbentuk dari ribuan akar yang tiba-tiba keluar dari tanah. Bersamaan dengan kalimat aksara yang terbentuk di udara.
Ribuan akar itu kemudian memenjarakan Roni di dalamnya, tak sedikit pun celah terbuka baginya untuk melarikan diri. Roni mengaum keras dari dalam, ia berusaha melubangi kandang akar itu dengan kedua cakar besarnya. Namun setiap lobang yang terbentuk akan tertutup lagi dengan cepat, membuatnya tak mampu keluar meski berhasil memotong akar-akar itu.
Roni tidak menyerah dan terus berteriak, sambil terus mencakar kandang yang semakin lama semakin mengecil. Tubuh besar Roni pada akhirnya terkungkung tak mampu lagi ia bergerak.
Ketika tubuhnya terpenjara seutuhnya dan terkungkung hingga kepalanya menyentuh lututnya. Seluruh hutan seakan menjadi sunyi sepi, Roni yang keselitan bergerak semakin panik akibat ruangan sempit dan ketiadaan suara.
Ia hanya melihat kegelapan menyapanya, sedang di luar bola akar, ribuan tombak akar terbentuk, semakin lama semakin banyak. Dan ketika jumlahnya tidak mampu lagi bertambah, ribuan akar itu menyerang bola itu secara bersamaan.
Woooosh
Woooosh
Suara gesekan dan dentuman terdengar bersautan, bersamaan dengan jeritan dan auman Roni dari dalam penjara akar yang menyelimuti tubuhnya.
Ketika seluruh tombak akar tertancap, tetesan darah mulai mengalir keluar dari dalam bola akar itu. Menetes perlahan hingga akhirnya bola itu terjatuh ke tanah, sedang sang makhluk yang terbentuk dari akar itu kemudian mengecil dan mengecil, kepalanya menatap ke arah tempat di mana tubuh Hans tergeletak, namun tidak menemukan siapa pun di sana. Tubuh sang raksasa akar menjadi semakin kecil hingga akhirnya menjadi sebuah tunas kecil yang kemudian masuk kembali ke dalam tanah.
Ketika tunas itu masuk ke dalam tanah sosoknya menghilang, bola akar terjatuh dan membuat darah terciprat ke segala arah.
Semua kericuhan tadi menutupi hilangnya tubuh Hans dari kubangan darah tempatnya tergeletak.
**
Ratusan meter dari tempatnya berada.
Seekor domba kecil memikul tubuh bocah berumur sembilan tahun di punggungnya, darah membasahi bulu-bulu putihnya menjadikannya merah seperti buah stroberi muda. Dengan bersusah payah iya berjalan, sesekali ia terjatuh yang di ikuti suara 'brugh-brugh' akibat tubuh Hans yang tergeletak.
Meski kelelahan domba kecil itu menolak menyerah dan membawa tubuh Hans lagi, kali ini ia menyeretnya menggunakan mulutnya. Dengan penuh perjuangan ia membawa Hans memasuki labirin yang terbentuk dari bebatuan penuh aksara, domba itu seakan telah mengingat jalannya dan membawa Hans masuk ke dalam labirin yang akhirnya membawa mereka ke sebuah penjara bawah tanah!
Ribuan sel-sel terbentang, di dalamnya Makhluk-makhluk buas mengaum berusaha menyerang domba kecil itu. Namun seakan tidak peduli ia berjalan membawa tubuh Hans masuk, ribuan makhluk buas itu semakin ribut dan membuat seluruh penjara bergetar.
"ROOAAAAAAAAAAAAAARRRR!" Sebuah teriakan yang begitu kuat menggetarkan seluruh bangunan, membuat makhluk-makhluk lainnya terdiam dan menjauh masuk ke dalam sel mereka. Tempat itu gelap tanpa lampu, namun tiba-tiba sepasang mata besar muncul di tengah kegelapan sebuah sel yang berukuran lima puluh dpa (seratus meter) dengan tinggi dua puluh lima dpa (empat puluh meter).
Sosok besar berukuran dua belas dpa tertidur di sana, seluruh tubuhnya di penuhi bulu putih dan pada lehernya terdapat kumpulan bulu panjang berwarna emas, melingkari leher dan kepalanya seperti jubah emas. Seekor singa besar berukuran raksasa memandang domba kecil itu dengan aura yang membuat semua yang melihatnya seakan harus berlutut padanya.
Domba itu meletakkan Hans di sampingnya, ia kemudian berlutut di antara dua kaki depannya. Mengeluarkan suara tangisan kecil seperti anak-anak di hadapan orang tuanya.
"Hai Anak Domba! Soedah koe kataken, djangan pergi meninggalken tempat ini seoenaknja!" Singa jantan itu berdiri dan memandang ke bawah, gaya bahasanya terdengar begitu tua, seakan berasal dari masa lampau.
"Dan, mengapa engkaoe membawa anak manoesia ke sini?" Makhluk besar itu seketika menunduk, sang domba kecil menjelaskan sambil menatap sang Makhluk raksasa. Beberapa kali melepas tangisan kecil, seperti seorang anak kecil tengah memohon pada orang tuanya.
"Djadi, anak ini menjelematkan engkaoe?!" Singa besar itu berucap, seluruh penjara bawah itu menjadi hening sepi. Kemudian ia mengangkat cakar kanannya, memberi gestur dengan salah satu cakarnya, membuat tubuh Hans tertarik masuk ke dalam penjara besar yang memenjarakannya.
Tubuh Hans melayang di udara, masih dalam keadaan tidak sadarkan diri. Darah mengalir turun membasahi lantai penjara itu, Singa besar itu kemudian meletakkan tangan kaki depannya menutupi seluruh tubuh Hans.
Ia kemudian menutup matanya, seketika itu juga apa yang di lihatnya berganti, tubuhnya seakan terbawa ribuan kilometer dari tempat ia berada. Singa besar itu tahu, bahwa ini hanya ilusi semata, ia melewati ribuan kilometer lautan dan berhenti di sebuah pulau di penuhi kegelapan.
Seekor naga dengan enam kepala menatap ke arahnya! Membuat seluruh penjara tiba-tiba bergetar, sebuah cahaya hitam keluar dari kepala dan mata Hans. Sebuah bayangan besar Naga berkepala enam muncul di hadapannya, singa besar itu membuka matanya!
ROARRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR!!!
Teriakan keras sang singa putih terdengar, kali ini lebih kuat dari sebelumnya. Seketika itu juga cahaya hitam itu hilang, hanya tubuh Hans yang masih melayang di udara yang tersisa.
"Hmmmph! Beelzeb bila boekan karena aku terperangkap di tempat ini kaoe soedah lama koe bantai!! Berani-beraninya djumawa di hadapan Koe!"
"Anak Domba! Di mana Koe menemoekan mereka?! Anak manoesia ini di koetoek oleh salah satu Radja Naga!"
"Akoe tidak bisa menolongnja oentoek menghilangken koetoeknja!" Sang Singa besar itu terlihat berpikir sejenak, tak lama ia terkejut.
Jiha di semesta seakan berusaha membantu Hans menyembuhkan lukanya dengan kecepatan yang luar biasa, saat itu tubuh besarnya bergetar.
"Hjang Widi[2]! Inikah anak manoesia yang akan memenoehi ramalan soeci?!" Ia menengadah ke langit, kemudian memandang Hans yang tengah melayang di udara, tak lama jiha melingkupi tubuh kecilnya. Singa itu tidak tinggal diam begitu saja, ia melubangi salah satu kaki depannya dan mengalirkan darahnya.
**
Hans tersadar, kepalanya berat seakan terhantam balok. Ia masih melihat dunia seakan berbayang-bayang, ketika ia hendak bangun seekor anak domba putih tertidur di antara lengannya.
"Kau kah yang menyelamatkan aku domba kecil?" Tanya Hans sambil membelai bulu domba yang memerah akibat darah yang keluar dari tubuhnya. Ia teringat, dengan Tergesa-gesa melihat tubuhnya yang terluka, kemudian ia terkejut karena semua luka telah tertutup dan hampir mengering. Ia melihat sekeliling, terlihat ia berada dalam jeruji besar, tempat itu begitu gelap, ketika ia hendak berbalik sepasang mata berwarna emas menyala menyambutnya!
Ketika ia mendongak dan melihat ke atas, tubuhnya bergetar hebat, sebuah aura yang begitu luar biasa menekan tubuhnya. Memaksa dirinya untuk berlutut, sebuah aura yang seolah berkata 'Berlututlah! Karena kau berada di hadirat sang Raja!'
Roar!
Sebuah auman kecil membuatnya kehilangan semua kekuatannya, terjatuh dan tersungkur di lantai penjara. Mendengar auman keras sang singa, domba kecil itu tersadar dan berdiri di depan Hans, melindunginya!
"Hai anak manoesia! Siapa namamoe?!" Suara bak petir terdengar, membuat Hans tersentak melihat tak ada orang lain di sana selain makhluk besar yang seperti gedung di hadapannya!
Catatan Kaki:
[1]Aksara Jawa Hanacaraka, bertuliskan 'raksaka' atau berati penjaga.
[2]Hyang Widi, sansekerta, tertulis dalam ejaan lama di mana 'y' di gantikan dengan 'j' kata ini berarti Tuhan.