Darah hitam mengalir keluar membasahi podium di tengah-tengah aula, sebagian siswa tak mampu menahan rasa mualnya dan berlari keluar untuk memuntahkan makan siang mereka. Hans merasa mual, namun ia telah melihat hal yang lebih mengerikan dari ini dan dia dapat menahan diri. Merry yang berada di sebelahnya memperhatikan wajah Hans yang sedikit pucat,"Untuk golongan anak baru kau lumayan juga, akan manis!" Tangan kiri Marry tidak henti-hentinya mengusap kepala Hans, wajahnya memerah akibat perlakuan gadis itu.
Penjelasan Ny. Margareth tidak terhenti meski sebagian siswa dan siswi berlarian keluar,"Meskipun pengguna totem memiliki tubuh bagian luar yang sekuat besi, namun bagian organ dalam mereka tetaplah seperti manusia pada umumnya,"
"Berbeda dengan para kesatria yang berfokus pada pembentukan tubuh mereka dari luar dan dalam, para pengguna totem lebih mementingkan kekuatan besar sedangkan kekuatan fisik bagian luar mereka hanyalah sebuah bonus tambahan."
"Secara umum anatomi tubuh manusia sama, terkecuali mereka yang melakukan manipulasi fisik atau para orang gila yang menggunakan bagian tubuh Hewan untuk mendapat efektivitas lebih dari totem yang mereka punya."
"Manusia memiliki satu pasang ginjal.." Penjelasan tentang anatomi tubuh dasar dan organ dalam berlanjut. Setelah melakukan pembedahan dan menunjukkan masing-masing organ sesi penjelasan pun berakhir
"Baiklah sebelum aku menutup kelas hari ini, adakah yang ingin mengajukan pertanyaan?" Ia menatap seluruh murid yang masih mencoba menyerap pelajaran yang baru mereka terima. Satu kelas berharga satu batu semesta, masing-masing dari mereka mengerti betul harga ini sangat mahal, sehingga mereka berusaha mencerna segala informasi dengan sungguh-sungguh.
"Bu, saya ingin bertanya!" Suara bocah memecah keheningan, seketika seluruh aula mencari-cari sumber suara dan melihat ke arah yang sama. Hans mengangkat tangannya,"Berdasarkan penjelasan sebelumnya beberapa benang jiha masih tertutup dan tidak dapat di aliri jiha. Aku pernah membaca beberapa sumber literatur, bahwa selain dengan meningkatkan tingkat pengendalian jiha kita juga dapat membukanya dengan bantuan hal-hal eksternal?"
Aku akan tunjukkan sedikit keahlianku, aku harap beberapa dari mereka tertarik belajar pada ku. Bila ini berhasil aku kaya!
Hans berusaha sebisa mungkin mengatur ekspresi mukanya agar tidak tersenyum licik, usahanya membuahkan hasil dan dia dapat bertanya dengan ekspresi datar.
"Beberapa teori juga mendukung hal ini, Pietzer dan Melsie Decem bahkan memiliki beberapa resep untuk membuat ramuan obatnya." Ujar Hans.
"WOAH!!" Penjelasan Hans membuat decak kagum para siswa yang lain, Marry pun melihat Hans dengan pandangan berbinar. Pengetahuan ini tentu bukan hal yang luar biasa untuk para senior, namun bukan berarti informasi ini dapat di peroleh oleh sembarang orang, terlebih Hans dari penampakan luarnya bukanlah seorang dari keluarga bangsawan kerajaan daratan utara.
"Bila begitu kita bisa menjadi lebih kuat meski belum mencapai tingkatan selanjutnya dari pengendalian jiha?!" Seorang dari para siswa bertanya.
"Tentu, permasalahannya adalah resep dan bahan baku untuk membuatnya yang sulit di temukan adalah alasan mengapa cara ini tidak banyak di ketahui," Hans mengangguk, kemudian melepas nafas putus asa. Ia berpura-pura menunjukkan ekspresi depresi, meski ia memiliki resepnya tentu ia tidak akan memberi tahu mereka atau itu justru akan membawanya ke dalam bahaya.
"Beberapa pertumpahan darah besar-besaran terjadi ketika Melsie Decem menemukan ramuan sakti yang membuat seorang Magi dapat membuka seluruh benang Magi di tubuhnya,"
"Bukan hanya sampai di sana, namun ia diduga mampu melepaskan segel buah pengetahuan pada kepalanya!" Hans menerangkan sejarah seluruh daratan sambil membayangkan kejadian itu, sampai saat ini ia lupa Ny. Margareth masih berdiri di podium.
"Eh! Maafkan aku bu!" Hans menyadari tatapan Ny. Margareth, beruntung tatapan itu tidak mengandung opini buruk atau niat jahat.
"Siapa namamu?!" Tanya sang guru cantik sambil manatap Hans. Aura kecantikannya seolah menyeruak dan membuat Hans tidak mampu berkata-kata, beruntung Marry mencubit pinggangnya sehingga ia tersadar.
"Eh, ehm.."
"Namaku, Hans Swarawidya!" Hans terbata-bata dan sedikit panik, seluruh mata tertuju padanya. Sebagai seorang anak kecil yang belum pun lewat sepuluh tahun ia tentu akan panik mengalami keadaan seperti ini.
"Kau masih memerlukan jawabanku?!" Tanya Ny. Margareth meledek Hans.
Hans yang mengetahui niatnya pamer pengetahuan tertangkap oleh sang guru tersenyum malu, kemudian mengangguk,"Tentu bu, karena dari apa yang kulihat, beberapa benang jiha milik mayat pria itu seperti terbuka paksa, beberapa bagiannya seperti terluka dan tidak terbuka dengan benar,"
"Apakah hal ini dikarenakan ia membukanya secara paksa?" Hans tentu punya alasan lain ketika bertanya, yang ia bingung adalah apakah membuka secara paksa benang jiha akan menimbulkan efek samping, atau dapat menciderai progresnya di kemudian hari?
Bocah ini, menarik!
Hans tidak menyadari bahwa pertanyaannya bukan saja menarik perhatian teman-teman kelasnya, namun juga menarik perhatian sang wakil komisaris Ny. Margareth.
"Kau cukup jeli dapat memperhatikan detil sekecil itu, benar, benang-benang cahayanya mengalami kerusakan karena membukanya secara paksa. Namun bukan dengan ramuan, melainkan dengan teknik terlarang. Teknik ini biasanya di gunakan untuk saat genting ketika ia menghadapi bahaya yang luar biasa."
"setelah menggunakannya ia harus beristirahat lebih dari satu tahun, dan tidak bisa mengalirkan jiha ke benang-benang yang terluka, atau benang-benang itu akan lumpuh selamanya."
"Sedangkan menggunakan ramuan biasanya tidak berbahaya bagi tubuh, meski memiliki efek samping yang menyakitkan." Mendengar penjelasan itu Hans melepas nafas kecil, Marry melihat Hans dengan wajah berbinar.
"Aku tidak menyangka kau ternyata berpengetahuan luas!" Ia berbisik kecil dan mencubit pipi kanan Hans—ia duduk di sebelah kanan Hans.
"Bukan apa-apa.." Hans menunduk malu, ia terlihat canggung akan kontak fisik dengan lawan jenis.
Sesi tanya jawab berlangsung lima belas menit, hingga Ny. Magareth berjalan keluar ruangan.
**
Seharusnya aku cukup berhasil, setidaknya satu dua orang akan mendaftar untuk kelas belajar denganku. Semoga ini berhasil!
Hans membatin seraya berjalan keluar kelas dengan Marry, gadis ini terlihat lebih riang dari sebelumnya.
"Hei Hans, hari ini hari terakhir aku menjadi penunggu kelas pendaftaran. Aku tinggal di departemen penelitian Roh dan Jiwa, aku tinggal di sana kau bisa mengunjungiku bila kau mau!"
"Eh tidak! Aku akan menjemputmu setelah kelas minggu depan bagaimana?"
Marry menatap langit yang kini sudah gelap, tanaman-tanaman seperti tanaman paku muncul dari dalam tanah dan mekar, kemudian bersinar menerangi jalan sepanjang gedung.
"Hans ayo kita pergi alun-alun! Kita cari makanan di sana!" Marry menggandeng Hans seperti sebelumnya. Hans memandang sekeliling, ia melihat beberapa orang berjalan ke arah mereka.
"Baiklah Marry, tapi tunggu sebentar." Marry berbalik dan melihat beberapa orang berjalan ke arahnya.
"Hei kalian mau apa?! Mengganggu Hans?!" Marry justru terlebih dahulu berdiri di depan Hans, jubah cokelat miliknya membuat mereka langsung tahu bahwa ia adalah senior.
"Ti-dak kak, kami hanya ingin meminta Hans mengajari kami!" Satu dari antara ketiga orang itu menjawab terbata-bata.
"Oh?!" Marry sedikit terkejut, kemudian memberi jalan bagi mereka.
Hahah uang-uang!
Berbeda dengan Marry yang tidak mengerti, Hans sudah mengantisipasi hal ini iya merasa senang.
"Kalian ada perlu denganku?" Tanya Hans, pura-pura bodoh. Wajahnya datar, tanpa ekspresi, berusaha bertindak seperti pelaku bisnis profesional.
"Begini Hans, kami ingin meminta bantuan mengenai pelajaran kelas hari ini. Bisakah kau membantu kami?" Tanya mereka bertiga, seorang yang memiliki mata yang besar dengan hidung pesek, yang berbicara pada Marry sebelumnya menjawab.
"Tapi waktuku tidak banyak dan ini sudah malah?" Hans berusaha pura-pura menolak.
Hehe mari kita lihat.
Hans membatin sambil mengatur strategi dalam hati.
"Tentu kami tidak akan melakukannya dengan Cuma-Cuma, kami akan membayar untuk setiap kali belajar!" Jawab seorang yang lain dengan hidung runcing dan tubuh kurus.
"Teman-teman, aku ini bukan dari keluarga bangsawan. Sehingga aku perlu memanfaatkan waktuku yang ada untuk mengambil misi jadi waktuku tidak banyak."
"Tapi aku akan berusaha membantu kalian, untuk setiap jam untuk belajar privat satu orang di kenakan lima puluh koin emas. Aku akan pastikan kalian mengerti benar, tenang saja," Hans berujar, sambil membuat ekspresinya seolah ragu namun berusaha membantu.
Ketiganya terlihat ragu, meski harga itu lebih murah dari harga setiap kelas, namun tetap terlalu mahal. Hans mengalihkan matanya, memandang Merry. Merry sebetulnya ingin meminta Hans menerima berapa saja yang mereka berikan, namun mendengar Hans bukan dari keluarga bangsawan ia memutuskan untuk diam.
"Tapi lima puluh koin masih terlalu mahal Hans, kami tidak mempunyai cukup uang untuk itu!" Jawab salah satunya.
"Baiklah kalau kalian belajar bertiga sekaligus aku akan memberi potongan satu orang cukup membayar dua puluh lima koin saja? Bagaimana?"
"Kalian tahu kan misi termudah saja biasanya memberi komisi paling tidak 80 koin emas sampai satu batu semesta per misinya?" Hans memberi alasan lain agar mereka kembali mempertimbangkannya, Hans tidak berkata bohong, misi yang di terima dari sentra misi memang memberikan upah sebesar itu.
Mendengar itu ketiganya berbisik satu sama lain,"Baiklah Hans, kami akan mengambil kursus dalam kelompok. Kau tinggal di asrama kan? Bisakah kau memberitahu nomor kamarmu?" Tanya siswa bermata besar dengan hidung pesek.
Hans memberitahukan ia tinggal di asrama nomor dua puluh dua, selain ketiga orang siswa itu enam sampai tujuh orang lain datang Hans semringah mengetahui ia sukses, setidaknya ia memiliki pemasukan lain.
"Haha kau luar biasa Hans! Kau harus mentraktir ku ya!" Ujar Marry, tidak sedikitpun canggung menunjukkan tingkahnya di hadapan seorang anak baru, hal ini sedikit aneh. Namun Hans yang sedang di mabuk rasa bahagia karena uang dan juga karena senyum Marry lupa segalanya.
Keduanya berjalan melewati kerumunan kunang-kunang yang terbang melewati danau, cahaya dari tanaman yang remang-remang dan di tambah bayang pohon sakura yang indah memayungi keduanya. Keduanya memesan satu kereta kuda untuk menghemat biaya.