Seminggu berlalu setelah kejadian besar terjadi di departemen kesehatan dan pertahanan, Hans berjalan keluar dari kelas Ny Margareth. Beberapa teman kelasnya mengerumuninya untuk bertanya apakah Hans bersedia mengajar mereka, dan dengan sok jual mahal Hans menerima permintaan mereka. Sebagian bahkan memaksa dengan menaikan harganya dengan suka rela, hal itu terjadi karena pada kelas yang kedua, seluruh kelas mendengar Ny Margareth atau yang dikenal sebagai Ny Frost memanggilnya dan menawarkannya menjadi asisten pribadinya, namun ia menolak dan membuat seisi kelas terkejut.
Sambil berbincang dengan teman kelasnya, ia berjalan ke arah pintu keluar. Belum sempat ia melewati pintu, suara Ny Margareth terdengar di telinganya,"Hans! Kemarilah ada hal yang ingin aku bicarakan berdua saja!" Suara dingin dan kaku itu terdengar, seluruh kelas sontak memandang Hans yang berbalik perlahan sambil menjawab,"Baik Nyonya Margareth!"
Seolah mengerti teman-teman yang lain bergegas berpamitan,"Hans sampai ketemu hari Rabu ya! Ingat kau sudah menerima tawaranku jangan lupa!"
"Ya benar, sampai bertemu hari Kamis Hans" Satu persatu memohon pamit hingga akhirnya tinggal Hans seorang.
Ia terlihat semringah,"Luar biasa, Minggu lalu aku mendapat lima batu semesta, sekarang meningkat menjadi sepuluh batu semesta." Hans berhasil mengumpulkan lebih dari dua ratus enam puluh lima batu semesta. Sebelumnya ia memang memiliki tiga ratus batu semesta, namun ia gunakan untuk membayar senjata dan membeli ramuan untuk pengobatan David.
"Setidaknya aku tidak perlu pusing lagi soal membayar kelas!" Ia berujar dalam hati sambil berjalan mendekati Ny Margareth.
"Ada apa Ny Margareth? Ada yang bisa aku bantu?!" Tanya Hans sopan, meski matanya memandang seolah ia adalah seorang pebisnis ulung.
Sang guru melihat Hans sambil menggeleng, bukan karena kesal melainkan perasaan tidak berdaya melihat muridnya yang selalu mencari keuntungan bak pebisnis tua yang telah lama mengarungi dunia usaha.
"Tuan Gyves memanggilmu, David telah sadar! Cepat ke sana, ia menyuruhku agar kau menemuinya setelah kau selesai mengikuti kelas!" Ujar Ny Margareth sambil berjalan pergi, Hans terlihat senang, ia berlari mendahului Ny Margareth dan berlari ke arah bangunan kepala Departemen.
"Terima kasih Ny Margareth!!" Suara Hans terdengar seraya ia berlari melewati tubuh sang guru. Wanita itu terlihat tersenyum, ia sangat menyukai Hans, terlepas dari kebiasaannya yang terkesan mata duitan tapi ia adalah anak yang baik.
**
Hans berlari secepat yang ia bisa, hingga akhirnya sampai di depan pintu masuk. Kedua penjaga itu melihatnya dari kejauhan, namun kali ini mereka berlagak tidak melihat dia.
Hans melihat keduanya tersenyum kaku, sempat terpikir untuk mengerjai mereka tapi ia mengurungkan niatnya,"Selamat sore paman!" Ujarnya sambil berlalu, kedua penjaga itu hanya tersenyum malu sambil menggeleng. Kali ini mereka sudah di perintah agar tidak menghalanginya.
Ketika ia sampai, wajah David yang tengah tersenyum di atas kasur menyambutnya.
"Hahaha Hans! Akhirnya kau datang, aku sungguh bosan di tempat ini! Aku sudah memaksa guru agar membiarkan aku tinggal bersama kau dan Marc, haha, bagaimana bukankah ideku bagus kan?!" Suara David yang tertawa sambil berteriak terdengar.
"Haha, kau mau tidur di mana? Kamar kami sudah sangat sempit, kecuali kau mau tidur di lantai?! Hahaha" Hans tertawa sambil berjalan mendekat. Ia sangat senang, melihat sahabatnya bisa tersenyum lagi.
"Oh iya cepat kau naik ke atas, nanti kita bisa bicara lagi! Guru menunggu mu!" Ujar David, ia tidak menggunakan kata 'guruku' tapi 'guru' Hans berjalan naik, meski sedikit merasa aneh dengan gaya bahasa David.
Ketika ia naik, Profesor Gyves tengah berdiri di depan kaca yang terbuka, matahari sore yang hendak meredup membuat siluetnya saja yang terlihat.
"Permisi profesor, kau mencariku?!" Tanya Hans sambil membungkuk dengan satu kakinya, hal ini biasa di daratan utara, seorang dengan hierarki lebih rendah harus memberi penghormatan pada yang lebih tinggi.
Sang Profesor berbalik, kemudian tanpa ada angin atau hujan tiba-tiba ia bertanya,"Berwarna kekuningan setelah masak, memiliki bunga putih seperti serabut. Berguna mengobati asma dan abses pada paru-paru."
"Buah Labu Ular, Fructus Trichosanthis[1]. Rasa buahnya manis dan dan sedikit masam." Jawab Hans secara otomatis.
"Hahaha tidak buruk, tidak buruk.."
"Sekarang coba jabarkan apa itu 'Segel Salomo'!" Profesor Gyves tertawa sambil berucap, merasa Hans tidak mungkin mengetahui apa yang ia sebutkan barusan.
"Sebuah tanaman langka, lebih tepatnya akarnya dapat meningkatkan kemampuan jiha yang setara dengan latihan seratus tahun. Semakin tua akarnya, semakin banyak jiha yang terkandung di dalamnya. Rasanya manis dan lembut, selain itu juga berguna untuk memperkuat organ-organ bagian dalam yang biasanya tidak akan berubah meski berlatih bertahun-tahun."
"Sebuah tanaman kaya akan jiha dan berbagai efek yang baik untuk tubuh manusia!"
"Rhizoma Polygonati![2[" Hans menjelaskan dengan lugas, matanya berbinar ketika ia menjelaskan. Bersamaan dengan setiap perkataan yang terucap, rasa penasaran timbul dalam hatinya namun kemudian menjadi sebuah rasa putus asa.
Tanaman ini sungguh langka, dan harganya luar biasa!
Sebelumnya ia telah mencoba bertanya pada pada tuan Zhu sang pemilik toko tanaman obat, setiap gramnya berharga sepuluh ribu batu semesta. Terlebih ia tidak memiliki stok di tokonya untuk saat ini.
"?!" Senyum di wajah tuan Gyves menghilang, digantikan ekspresi serius.
"Mana mungkin?!"
Sampai titik ini Gyves yang meremehkan Hans terkejut, meski ia masih tidak melepaskan pemikirannya itu. Dalam benaknya, Hans tidak lebih dari seorang anak kecil.
"Seberapa banyak pengetahuan yang anak kecil punya?! Haha kita lihat seberapa jauh ia bisa mengikuti! Aku perlu menggoyangkan sedikit rasa percaya dirinya agar ia tidak sombong!" Gyves membatin. Meski terkesan merendahkan, namun hal itu bukan tanpa alasan karena memang Hans masih terlalu muda, ditambah pengetahuan tentang tanaman langka seperti ini tersimpan dalam buku-buku pengobatan langka dan berharga.
"Fructus Cnidii![3]"
...
"Daun pohon ulat, Herba Artemisiae Scopariae![4]"
...
Nama demi nama terucap dari mulut sang profesor, hingga akhirnya ia terdiam. Lebih dari seratus nama obat dari edisi pertama hingga ke empat milik Melsie Decem sang tabib pengelana ia sebutkan dan Hans memberikan jawaban yang membuatnya menjatuhkan diri ke singgasana miliknya. Ia lemas seperti telah melihat hantu.
"Rumput Pedang, tanaman legendaris yang tumbuh di inti gunung berapi. Memberikan jiha yang luar biasa besar, menurut legenda seorang yang memakannya akan seketika mendapat satu set kalimat Aksara gunung berapi! Dengan syarat ia tidak mati ketika memakan satu tanaman utuh!"
"Untuk mengurangi efeknya-" Belum sempat Hans menyelesaikan penjelasannya, suara profesor Gyves terdengar.
"Cukup! Baiklah kau menang!" Suara kesalnya memenuhi ruangan.
"Menang? Memangnya kita sedang bertanding apa profesor?!" Tanya Hans polos.
"Ehmm! Tidak, maksudku kau lulus!" Ujar sang profesor yang tersadar ia berucap dengan mulutnya dan bukan dalam hatinya. Menyadari ia hampir mengakui kekalahan di hadapan anak yang belum mencapai sepuluh tahun ia dengan buru-buru mengalihkan perhatian Hans.
"Kau lulus kelas pengobatan dan tanaman obat tahap dasar! Kau tidak perlu mengikuti ujian lagi!"
"Satu hal lagi.." Profesor Gyves berdiri dan kedua tangannya bertumpu pada meja kristal di hadapannya.
"Mulai hari ini kau menjadi muridku, kau akan mewarisi semua kemampuan pengobatanku!" Ujar Gyves penuh emosi, bukan amarah melainkan sebuah perasaan yang ia simpan selama bertahun-tahun. Sebuah semangat untuk mengajar yang selama ini telah hilang darinya.
Kakak, aku menemukan seseorang yang akhirnya bisa mewariskan ilmu yang kau berikan padaku! Aku merasa beban di pundakku kini terangkat!
"Mohon maaf profesor, tapi apa untungnya bila aku menjadi muridmu?!" Ujar Hans berlagak polos.
Setidaknya berikan sesuatu padaku pak tua, meski ilmu yang akan kau berikan padaku sangat berharga tapi bukankah setidaknya aku mendapat kan sesuatu yang bisa kujual. Haha kita lihat saja!
Wajah Hans yang terlihat seperti wajah Paman Wiggin sang ahli bisnis, Hans sebenarnya mengerti seberapa besar keuntungan menjadi murid seorang profesor departemen, namun ia juga membutuhkan uang untuk meningkatkan kekuatannya.
"Eh?! Kau?! Kau?!" Merasa ia salah dengar, ekspresinya seakan ingin murka.
"Keuntungan apa?! Aku bisa mengajarkanmu berbagai resep obat dan ilmu pengobatan lainnya?!" Profesor Gyves terlihat tersinggung, namun jelas ia tidak ingin kehilangan kesempatan memiliki murid jenius seperti Hans.
"Tuan, bukankah dengan belajar di akademi dengan membayar aku pun akan mendapat pendidikan yang sama?" Tanya Hans, menyodorkan sebuah fakta pada sang profesor.
"..." Sang profesor terdiam.
"Tentu kau akan mendapat hal yang tidak di dapati murid akademi lainnya. Aku akan membantumu menjadi Magi yang kuat! Tentu aku tidak ingin kau mempelajari semua ilmuku dan mati di tengah jalan!"
"Aku akan memberikan kau ramuan seperti yang kuberikan pada David, aku harap di masa depan setidaknya kau bisa melindungi dirimu!"
"Hah? Tidak cukup?! Kau.. Kau!" Gyves melirik Hans yang menggeleng kecil ke arahnya. Wajahnya sangat menggemaskan sehingga profesor yang amat kuat itu pun tidak mampu marah padanya.
"Ambil ini!" Gyves berusaha meyakinkan, kemudian menyapu jubah merah dengan garis emasnya dan berbalik arah.
"Kita lihat saja apa kau bisa menolak godaan yang kuberikan! Hahaha!" Profesor Gyves tersenyum memunggungi Hans.
Hans menangkap apa yang di lemparkan profesor Gyves, ketika ia membuka telapak tangannya sebuah cincin berwarna biru dengan aksara yang tidak ia mengerti bersinar di tangannya.
"Cincin interdimensi!!" Hans memekik kecil.
"Ahaha bocah kena kau!" Senyum tuan Gyves semakin melebar.
Hans bergetar kecil karena antusias, Tuan Atkinson sebelumnya juga memberikan cincin interdimensi yang ia jaga dengan sangat hati-hati. Kali ini profesor memberinya satu lagi, dan dari yang ia lihat yang ia terima kali ini lebih berharga.
Ia kemudian mengalirkan jihanya ke dalam cincin yang ia genggam. Kemudian matanya terbelalak, ribuan kotak penyimpan tanaman obat ia temukan di dalamnya. Dan kapasitas cincin itu juga membuatnya tertegun, volume ruangan interdimensi itu mencapai enam belas meter kubik sedang cincin yang Tuan Atkinson beri hanya mencapai dua meter kubik dan harganya sudah luar biasa mahal.
Namun ketika ia mengeluarkan salah satu kotak dan membukanya, ia kecewa.
"Kosong?!" tanya Hans pelan.
Profesor Gyves berbalik dan tertawa,"Haha, tentu saja! Kau harus mengisinya sendiri dengan tanaman yang kau temukan. Dengan begitu kau bisa memiliki cincin itu selamanya! Kau pikir harga cincin interdimensi itu murah."
"Datanglah mulai besok! Kau wajib mengikuti aku mengajar dan belajar bersama para seniormu!"
"Pergilah!" Seakan tidak membutuhkan jawaban ia begitu percaya bahwa Hans akan mengikutinya.
"Baiklah guru!" Hans menunduk, meski kotak-kotak itu kosong namun ia cukup bahagia mendapat cincin berharga. Karena memang dari awal ia tidak berpikir untuk menolak, ia membungkuk penuh hormat dan berjalan keluar.
"Hei nak, jangan tunjukkan cincin itu pada siapa! David tidak memilikinya, karena ia terlalu banyak bicara dan tidak bisa menjaga rahasia jadi aku takut jika memberikan satu padanya ia akan mati sebelum waktunya! Jangan beri tahu dia!"
"Kau dengar?!" Tanya tuan Gyves.
Hans menunduk, ia pun sependapat dengan sang guru. Melihat murid barunya keluar dari ruangannya, profesor tersenyum lebar sambil bersandar di singgasana miliknya, ia terlihat begitu bahagia.
**
Catatan Kaki:
[1] Fructus Trichosanthis, Latin, sebuah tanaman bunga dalam keluarga Cucurbitaceae yang bisa dan biasa ditemukan di Henan, Shendong, Hebei, Shanxi di daratan Cina. Salah satu obat-obatan paling dasar dari ilmu pengobatan tradisional Cina. Di kenal dengan nama guālóu.
[2] Rhizoma Polygonati , Latin, atau dikenal juga sebagai 'King Solomon Seal', adalah bagian dari genus tanaman bunga. Dalam sistem klasifikasi APG III ia di tempatkan dalam keluarga Asparagaceae dengan subfamili Nolinoideae (sebelumnya di kenal sebagai keluarga Ruscaceae). Ia juga dulu di klasifikasikan dalam keluarga Convallariaceae seperti kebanyakan lilioid monocot, sebagai famili yang sebelumnya di kenal dengan nama ilmiah liliaceae. Secara etimologis panggilan raja salomo diberikan karena polyganatum berasal dari peradaban Yunani kuno yang berarti banyak lutut, seperti ribuan pasukan yang berlutut karena bentuk akarnya seperti puluhan kaki-kaki.
[3] Fructus Cnidii, Latin, sebuah tanaman tradisional yang di percaya dapat mengobati impotensi. Selain itu studi lebih dalam mengungkap bahwa tanaman ini dapat membantu pertubuhan dan pembuatan tulang pada tubuh manusia. Memperkuat ginjal manusia.
[4] Herba Artemisiae Scopariae,Latin, sebuah spesies eurasian dari genus Artemisia dalam keluarga bunga matahari. Tersebar di kawasan Eurasia dari Perancis hingga Jepang. Dalam bahasa Cina di kenal sebagai yīn chén.